BACA SCYLLA'S WAY DULU YA
***
Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Tubuh tinggi serta tegap itu menatap aksesoris yang menghiasi lehernya pada cermin besar. Pantulan bayangannya terlihat maskulin dan tegas. Ia menoleh ke samping, rahang tajam dan indah itu tercetak jelas di sana.
Ia mengajak sepatu boots hitamnya ke cermin yang lebih besar. Tampak seluruh penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Rambut blonde yang potong rapi, undercut. Lalu blouse putih yang dibalut rompi hitam. Di tengah-tengah ada kain yang dihias oleh aksesoris tadi. Celananya agak ketat, tetapi membuatnya terlihat menawan.
Mata biru mudanya tersenyum puas. Akhirnya setelah sekian lama ia kembali merasa seperti bangsawan pada umumnya. Kemudian ia melemparkan sekantong emas ke kasir dan pergi dari toko itu. Bergabung pada kerumunan di sana.
Ia membawa tas dipundak sembari berkeliling, berharap ia menemukan sesuatu yang menarik.
Ia pun berhenti melangkah saat melihat pusat jalan di mana terdapat poster-poster yang memenuhi dinding bangunan. Wajah-wajah yang ia kenal ada di sana. Langkahnya mendekati mereka dan melirik poster yang paling tengah.
Jake Gyllenhaal, harga kepalanya bertambah 700.000 pen sejak setahun yang lalu. Laki-laki itu mendesis.
Demian, satu-satunya yang selamat dari Romani itu memakai sarung tangannya. Mungkin karena angkatan laut mengenalnya sebagai korban kejadian itu, ia tidak dianggap sebagai kriminal, posternya tidak dibuat.
Matanya melirik bagian kosong itu. Ia menatap penuh arti. Seharusnya ada poster temannya di sana, pangeran es yang berpisah dengannya sejak lama.
Rasanya hanya Demian yang mampu merasakan apa yang North rasakan hari itu. Bahkan lelaki itu berharap pangeran es itu dapat melihat apa yang ingin ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Dan saat itu terjadi, entah ia akan memihak siapa nantinya.
Hari itu ... hari di mana udara Congealed menjadi lebih dingin dari biasanya. Demian dan North berjalan di dalam istana es bersama-sama. Berbeda dengan North yang melamun cukup lama dan terbiasa dengan dinginnya. Demian justru sebaliknya! Bangsawan itu menahan gigil dan terus-terusan menghembuskan napas dalamnya ke telapak tangan.
"Demi Tuhan dan seisinya, dekatkan kasurku tepat di perapian." Demian memerintah. Ia buru-buru melempar kayu bakar ke dalam perapian. Mereka membuat perapian sejak Demian pertama kali datang ke mari.
"Kan, aku pernah bilang padamu. Jika terlalu banyak kayu bakar, nanti dindingnya akan meleleh." North menahan hendak mengambil kayu bakar itu kembali, tetapi cipratan api membuatnya mundur dengan kaget.