KANGEENNNN. . .
Di tengah hamparan laut yang luas, berlayar sebuah kapal yang sunyi mulutnya. Bukan apa, canggung, perasaan bersalah, gundah, dan lain hal berserakan di sana.
Itu teramat dirasakan oleh satu-satunya tuan putri di dalam kapal, ia manut saja saat Ethan berpesan untuk mengajak Arienne bicara. Disebabkan Arienne mungkin tidak akan terganggu ataupun marah oleh hadirnya.
Sempat diselimuti ragu, Rosemary menggeleng. Ia lantas mengetuk pintu Arienne yang memang tidak dikunci sejak tadi. "Boleh aku masuk?" tanya ia, suaranya lembut buat hati Arienne seketika terbuka. Rasanya ada magis di tiap kata Rosemary sejak ia kembali tersadar, atau hanya perasaan Arienne saja?
Gadis yang rambutnya pendek sekitar bahu itu masih meratapi kakinya, ia menarik napas dalam-dalam sembari duduk di tepi ranjang. Rosemary mendekat, ia duduk di samping Arienne, tak memutuskan pandangan padanya.
"Aku tidak tahu kenapa kau memutuskan untuk melompat pada seseorang yang sepertinya adalah musuh. Tapi aku tak merasa kalian bermusuhan, saljunya mulai melambat sesaat." Rosemary menjelaskan dari sudut pandangnya, buat Arienne lagi-lagi merasa berat hati berpisah bersama North karena takdir yang berbeda.
Arienne termenung sekali lagi, ia mendesah frustasi sembari menutupi wajahnya yang kusut. Kemudian ia melempar punggungnya ke punggung. Dilihatnya langit-langit kapal, merasa tak berguna ia ketika dunia kembali berputar.
Rosemary dalam hati membantin apa yang harus ia katakan pada Arienne, tetapi ia memutuskan untuk ikut berbaring memasrahkan punggungnya pada kasur empuk.
Tidak ada tenaga, tidak ada semangat, Arienne merasa ia kehilangan sesuatu setelah Demian dan North meninggalkan kru. Ia tahu, kelompoknya dibuat tidak seserius itu, hanya tercipta main-main oleh ide yang terlintas di atas kapal. Namun, rasanya kenapa keduanya memberi pengaruh besar? Kepingan dalam hati Arienne berantakan banyak.
"Setelah ditinggalkan oleh orang yang berharga bagi kita, rasanya hampa, kehilangan ketertarikan untuk maju, dan bingung ke mana arah yang dituju." Rosemary ikut merenung, hanyut akan emosi yang Arienne rasakan.
Mendengarnya, atensi Arienne tertuju pada Rosemary, entah kenapa, lagi-lagi suara tuan putri itu terasa seperti magis yang menenangkan dirinya. Lutut serta bahunya rileks seketika.
"Tapi, jangan lupa alasan utama kenapa kita harus melangkah ke depan. Mungkin orang-orang yang tak lagi berjalan beriringan akan selalu mengingat kita di belakang sana, akan selalu mendoakan kita agar baik-baik saja tanpa penjagaan mereka," ungkapnya, lembut dan penuh, seolah saat ini ia mengucapkannya dengan hati. Saat Arienne berlari ke pandangan Rosemary, ada sendu yang bersemayam dalam matanya. Kenapa?
Mungkin pelan-pelan, Rosemary mulai mengenal dan memahami Arienne, tetapi bagi Arienne, Rosemary itu masih sebuah misteri yang membuat jiwa dan hatinya penasaran. Seperti buku berhalaman ratusan yang digembok dan kuncinya entah di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM'S WAY
FantasíaBACA SCYLLA'S WAY DULU YA *** Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...