53 : Two years ago

798 197 22
                                    


Dua tahun lalu.

Kepulauan Congealed, tampak seperti biasanya; dingin, kelabu, dan bertumpuk salju. Penghuni satu-satunya pulau yang berselimut salju itu adalah North dan Demian. Dua pangeran tangguh, yang aslinya rapuh oleh jeratan masa lalu.

Qesia, Laksamana dengan kekuasaan tertingginya mengirim pasukan untuk menangkap buronan di sana. Yaitu, keponakannya sendiri. Pangeran es.

Sejak pertemuan terakhir di Romani, Qesia sadar ia harus bertindak. Baginya, North berada dipihak yang salah, apa yang dilakukan North bukan hal benar. Maka, ia coba tanamkan itu pada North.

North tidak mudah berpengaruh. Karena baginya, apapun yang ia lakukan berdasarkan keinginannya sendiri, berdasarkan rasa aman dalam hatinya membawa ke mana ia pergi. Termasuk berlayar bersama bajak laut Caspian, teman pertamanya yang mengisi penuh relung hatinya.

Akan tetapi, waktu itu Qesia membawa semua kebenaran. Cerita mengenai, kaum Dufo.

Kaum yang terlahir dengan mental budak, lemah tak punya kuasa. Namun, tidak semua kaum Dufo seperti itu. Orang yang memiliki ketahanan kuat dan kekuatan fisik di atas rata-rata merupakan sisi lain dari kaum tersebut. Contohnya, Qesia, Pak Tua yang mengajarkan Arienne bela diri, dan mungkin North itu sendiri.

Alasan Qesia membenci bajak laut sudah jelas. Kelompok bajak laut senang menganiaya kelompok lain, merenggut orang-orang yang ia cintai, dan meskipun ada yang bilang menjadi bajak laut berarti menjadi bebas, nyatanya bajak laut merampas kebebasan orang lain.

Qesia ingin menciptakan di mana dunia aman dan tentram, mendapatkan celah terbuka untuk bernapas tanpa ketakutan. Mengetahui North adalah bagian dari kaumnya, Qesia tidak bisa diam.

"Setiap manusia dilahirkan dari manusia lainnya, seorang Ibu. Neffara keras kepala ingin membawamu ke dunia yang berantakan ini, dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri." Qesia menatap ke luar, paparan lautan dilapisi oleh es dan salju.

North termangu. Keduanya berada di atas kapal armada. Pangeran es dibawa menyusuri lautan lepas dan pulau-pulau selama lima hari lima malam.

Di sana, North menyaksikan rakyat-rakyat tak berdosa yang mengangkat kedua tangannya pada langit. Berharap semesta segera menghentikan rantai penderitaan mereka.

Di sana, North menyaksikan rumah-rumah terbakar. Yang ketika beberapa jasad ditemukan gosong terbakar, seorang ibu masih mengenali apapun wujud anaknya.

Di sana, North menyaksikan sumpah serapah bajak laut yang diserang di samudera. Dengan keteguhan dan pengabdiannya, para angkatan laut rela terluka bahkan binasa. Demi mengadili bajak laut di penjara dan demi mengurangi korban di masa depan.

Hari lima, North mengunjungi pulau yang dilindungi oleh Qesia. Peristirahatan kaum dufo dan orang-orang yang tersisa dari mereka tinggal.

Kebanyakan dari mereka berkulit sawo matang. Waspada dan ketakutan ketika North menginjak wilayah mereka. Namun, berganti dengan mata penasaran dan hangat ketika Qesia muncul di belakangnya.

Ini adalah sebagian dari mereka. Menurut informasi yang Qesia dapat, jejak sisa kaum Dufo menghilang di samudera. Dengan kekuasaan ia sebagai Laksamana, Qesia mengerahkan pasukan khusus untuk mencari orang-orang yang hilang, termasuk teman dan keluarganya yang sesama kaum Dufo.

Nihil.

"Dengan memihak bajak laut, sama saja kau mengkhianati kaum-mu sendiri, Ibumu sendiri." Qesia bercakap, tanpa menoleh pandang pada kaum Dufo yang sedang melakukan aktivitas sore mereka.

Seorang anak kecil menghampiri, menyodorkan manisan. "Selamat datang!" cengirnya. Giginya ompong satu, berseru lucu.

North ragu-ragu. Canggung. Anak kecil itu menunggu North mengambil manisannya. Barulah North mengunyah manisan dengan ekspresi kakunya. Matanya langsung berbinar. Bisa jadi manisan tersebut menjadi makanan kesukaannya mulai sekarang.

PHANTOM'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang