...
Eiros menatap penuh harap. Rupanya teman lama Actassi berkumpul di ruangan yang sama, meskipun di penjara. Ia menggengam sel jeruji dari logam, mendekat pada mereka. Sensasi dingin hadir melalui telapak tangannya.
"Bagaimana kalian bisa sampai ke sini?" Eiros bertanya, terbatuk-batuk. Ethan mendekat lebih dulu, penyihir itu tampak lebih dewasa dari dua belas tahun terakhir mereka bertemu.
"Apa yang terjadi padamu, Eiros?" Ethan iba, ia meraba dari selnya sendiri pada pakaian jomplang Eiros.
Carsein mengernyit. "Apa bayanganmu juga diambil?!" seru penyihir bermata ungu.
Eiros menggeleng. "Tolong selamatkan teman-temanku!" Bibirnya kering dan berdarah, meminta tolong pada harapan satu-satunya.
Mengetahui tahapan tersebut merupakan salah satu dari teman mereka, Juward ikut mendekat. "Tenanglah. Coba kau ceritakan dulu apa yang terjadi padamu dan Actassi sehingga kau ditahan di sini," tutur Juward, mencoba menenangkan Eiros.
Mata Eiros dipejam, diingatnya kembali peristiwa itu. "Awalnya kami diserang oleh angkatan laut, sepertinya anak baru. Karena kekuatannya bisa jadi ancaman, Ken bilang untuk mengambil sebagian tenaga dan ingatannya."
Namun, sepertinya kekuatan dari laksamana yang diangkat oleh Qesia baru-baru ini bukan main. Seperti tabung yang berisi air, lama-lama akan membengkak jika terlalu banyak pasokan air yang disimpan. Akan merembes keluar.
Saat itu, mungkin karena gelombang kekuatan yang cukup tinggi, menyinggung energi lain. Yang Actassi tahu, pusaran air yang mengelilingi kapal mereka tak bisa dielakkan. Sehingga kapal mereka terseret hingga terdampar di pulau asing, bahkan navigator mereka, Eiros, merasakan hal yang tidak beres dari pulau tersebut.
Pulau Phantom.
Kapal Actassi dibiarkan begitu saja di perairan hutan bambu. Namun, sepertinya pulau ini lebih dari sekadar pulau biasa. Rakyat yang ditelantarkan memuja dewi bulan, tapi membenci putri kerajaan. Diam-diam, penuh selidik memasuki kawasan abu-abu─apakah penghuni kerajaan adalah musuh?
Jawabannya, tergantung.
"Jika kau menuruti perkataannya secara sukarela, tiada masalah. Namun, jika kau menolak ... kau akan dipaksa mengabdi padanya. Hatimu menolak, tapi tubuhmu bergerak sebaliknya." Eiros memandang penuh protes.
"Dia menyimpan dendam terhadap Actassi, perasaannya menjadi benci ketika kami diasumsikan berusaha menggagalkan rencananya untuk menguasai pulau ini, padahal kami hanya ingin kembali." Eiros meraup wajahnya, frustasi, terdengar helaan napas singkat.
"Apakah kalian ingat pangeran Romani yang hendak mencuri kerang pustaka itu?" tanya Eiros sebelum para awak kapal Caspian mencerna semua ceritanya.
Bagai menemukan titik terangnya, Juward angkat bicara. "Delbert ... kakaknya Demian."
"Yang memicu tindakan Pangeran adalah penyihir Warlock, tingkat atas. Dia mampu mengendalikan pikiran manusia, memanipulasi hingga mereka dengan muda menjadi budak untuknya," jelas Eiros, mimik wajahnya serius.
"Dalam kasus yang sama, teman-temanku menjadi korbannya. Aku tidak bisa dipengaruhi karena aku juga penyihir seperti dirinya, jadi aku dibiarkan mati secara perlahan di tahanan dingin ini." Eiros menundukkan pandangannya, menyandarkan punggungnya ke dinding dengan pasrah. "Kalau kalian juga ditahan sepertiku, semuanya sama sia-sianya. Tidak ada harapan."
Ethan menatap tak percaya. "Actassi cukup hebat untuk menyerangnya bersama-sama, bukan? Apa Warlock Warlock itu sangat kuat?" tanya Ethan, penuh rasa khawatir juga penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM'S WAY
FantasyBACA SCYLLA'S WAY DULU YA *** Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...