. . .
Mata sebiru laut itu mengobservasi, hatinya mulai terdengar gemericik api. Ketika tirai itu dibuka, ketika matanya menangkap sosok yang telah lama tak dijumpa. Sementara di sebelahnya, penyihir yang rambutnya merah muda itu tengah meremas lututnya sendiri. Matanya menatap nyalang bersamaan rambutnya yang berubah menjadi seputih kapur sekali tiupan angin.
Juward. Teman mereka dijadikan objek lelang di sana.
Namun, ketika mereka hendak berdiri menghajar siapapun yang melakukan itu terhadap Juward. Bahu mereka memberat, seolah gravitasi menekan mereka untuk tetap duduk manis di sana, dan memperhatikan sosok gadis yang berjalan gontai ke depan.
Arienne Whiteney.
Ethan meringis, bahunya ia regangkan berkali-kali. Ia menggigit bibir, sejak kapan adiknya itu bisa melakukan hal seperti ini?
Dan di depan matanya sendiri, ia menangkap sosok itu membunuh manusia. Kekejian itu memeluk adiknya dari belakang, matanya berkabut dan emosinya tersulut.
Algojo itu akan menyakiti adiknya! Ethan buru-buru merampas papan yang sama dan melayangkan itu tepat sasaran!
Ah, ini akan lebih kacau dari sebelumnya.
Di depan sana, pria bertopeng merah menengadah dan sedikit memiringkan kepalanya. Seolah menganggap remeh gadis di atas panggung tersebut. Seperti topengnya yang merah begitupun iris matanya yang gemerlap.
Ruby yang diterangi oleh rembulan, berkilau tajam. Tatapan itu terkesan mahal dan arogan. Arienne tidak menyukainya.
"Mati? Jangan merasa lebih kuat dariku."
Pria itu mendengkus geli, menampakkan seringainya yang menawan. Arienne meremas belati erat-erat, menyalurkan emosi yang tak pula mereda.
Tiba-tiba, secara tak terduga bahunya mendadak berat dan dadanya bak terhimpit. Mau tak mau lututnya jatuh ke lantai kayu itu. Kepalanya dipaksa menunduk seolah udara mendorong kepalanya ke bawah.
"Aah!" desahnya. Arienne memejam erat karena kesulitan melawan gravitasi. Dia tak pernah mengalami ini sebelumnya, tubuhnya seperti terintimidasi! Saat ia secara perlahan mengangkat kepala untuk menatap kepalanya, kaki pria itu sudah ada di depan wajahnya. Dan wajahnya ditendang kuat sampai ia terhempas ke dalam tirai panggung.
Ketika pria itu mencoba mendekati Juward, datang cahaya ungu menyilaukan mata dan tubuhnya tersungkur dari panggung. Ia terguling, mendesah kesal setelahnya. Mencoba bangkit, tetapi perompak lain maju menduluinya untuk merebut Juward.
Di balik tirai, hidung yang meneteskan banyak darah dan memar itu berdenyut hebat. Rasa sakit itu mengalir sampai kepala, seolah dunia berputar-putar. Arienne mencoba menyadarkan dirinya, ia berdiri meraih tirai itu dan merangkak keluar dari sana. Ia melihat kobaran api, mata hazelnya mengilap. Tubuhnya hangat karena suhu ruangan yang mendadak tinggi. Matanya yang layu ia paksa untuk tetap sadar dan mencari Juward ada di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM'S WAY
FantasyBACA SCYLLA'S WAY DULU YA *** Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...