. . .
Terkadang Arienne lupa, dahulu ketika ia mencoba mengarungi samudera mencari kakaknya, ia bertemu orang-orang yang menaruh antipati terhadap orang yang ia cari. Pertama Actassi, lalu para siren, dan sisi jahat Carsein. Ternyata musuh Ethan Whiteney memang banyak, ya?!
Arienne segera meloncat dari atas meja, berlari dan memunggungi kakaknya sembari Carsein dan Pierre membuat formasi melingkar.
"Kakak berbuat apa, sih, sampai para bajak laut dendam padamu!" sinis Arienne.
Ethan yang mendengarnya seketika terbatuk, ia menggaruk tengkuknya sembari menyodongkan pedang ke perompak yang mulai berdiri mengepung mereka.
Baldomar berdiri, Jaquan melangkah maju. Ia mengeluarkan belati dari rompinya, pantulan tajam matanya yang terlihat di belati itu buat Arienne meneguk salivanya diam-diam.
Seluruh perompak dan penyihir menggertakkan giginya, Arienne rasa itu bukan respon yang bagus.
Bola sihir berwarna ungu itu hilang, Carsein menatap musuh lamat-lamat, seolah mengancam mereka agar tak berani mengambil langkah.
Pierre menaikkan satu alisnya, rada bahaya muncul dalam kepalanya. Pasalnya jika benar para perompak itu hendak menyerang, keempat orang ini kalah jumlah!
Ethan menghela napasnya, saat ia mendongak tatapannya berubah serius dan tajam. Kilau di pedangnya beradu dengan sinar bulan. Fajar yang sudah sepenuhnya terlelap, kini menyisakan dingin malam.
"Orang yang ingkar janji dan tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Tanpa malu, berdiri di sini." Jaquan mendesis, ia memutar belati di udara dan kembali menangkapnya seolah terbiasa.
Joe berjongkok di atas meja bundar itu, merekak seolah tempat itu adalah miliknya. "Ah, Ethan yang itu. Kami pikir kau mati jadi setidaknya kami bisa memaklumi, tapi apa ini? Kau datang untuk bersenang-senang?"
Wajah Arienne berusaha senetral mungkin, ia menyikut kakaknya. Ethan hanya memiringkan kepalanya tanpa menoleh. "Orang yang didatangi Reliquia hitam, cenderung terpengaruh untuk meninggalkan segalanya di belakang demi mencapai keinginannya. Aku ceroboh saat itu." Ethan berbisik pelan, berusaha agar Arienne memahami apa yang ia katakan.
"Tapi kau tidak berubah, ya?" Joe melompat dari meja, mengeluarkan sebuah pistol.
Perompak di sana mengeluhkan hal yang sama, mereka menyimpan dengki dan dendam sebab pertikaian dulu bersama Arzov. Bukankah semua itu harus ditanggung oleh sang kapten?
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM'S WAY
FantasiaBACA SCYLLA'S WAY DULU YA *** Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...