78 : Once In A Lifetime

540 158 70
                                    



Carsein membelah cakrawala yang memaparkan birunya semesta. Rambutnya melambai ke belakang, tak mampu menghadapi hembusan kencang yang menyejukkan. Ia berada di atas naga raksasa, bersenandung sembari melihat pantulan dirinya dan sayap Dustin yang membentang di atas permukaan laut. Perairan ini tak ada ujungnya, ia memutuskan untuk kembali ke pinggir pulau.

Alisnya naik, senyumnya lebar antusias menemukan Pierre di dekat bangkai kapal. Sedang memakai baju. Melihat temannya basah kuyup dan setengah telanjang, pasti anak Dewa Laut habis menyelam. Sepertinya dua tahun terakhir digunakan dengan baik untuk belajar berenang.

"Pierre!" seru Carsein. Sangat lantang sampai suaranya tersebar ke lautan lepas.

Pierre lantas menoleh, mengancingi kemejanya sebelum memakai rompi kulit. Menyisir rambut basahnya ke belakang. "Sein." Respon kecil darinya tetap membuat senyum penyihir muda itu merekah.

Mereka mengobrol ke tepi pulau, tempat yang sama saat mereka bermalam pertama kali ke Pulau Phantom. Tak jauh dari keduanya, Dustin meminum air tanpa bertingkah.

"Tak kusangka wajahmu akan sepanik itu kemarin!" Carsein menepuk-nepuk pahanya, tertawa lepas. "Biasanya kau bersikap santai dan malas. Apa itu di luar dugaanmu?" tambahnya.

Pierre mendengus. "Aku selalu mengikuti skenario hidup layaknya air yang mengalir. Adaptif. Setiap hambatan pasti ada jalan keluar, tetapi waktu itu aku benar-benar takut asal kau tahu," cetus Pierre seolah ia menyesal sudah mengkhawatirkan Carsein.

Gelak tawa Carsein didengar oleh seseorang yang sedari tadi mencari-cari mereka.

Arienne menghela napas lega. "Rupanya kalian ada di sini," ucapnya.

Carsein memiringkan kepala, seolah mencari keberadaan yang lain. Arienne menunjuk ke arah belakang dengan ibu jarinya. "Mereka akan menyusul."

"Kami masih belum menemukan petunjuk apapun." Carsein memajukan bibirnya, mencabik kesal. Pierre melirik keduanya bergantian. "Kecuali, satu hal. Air lautnya surut secara drastis, tidak ada satupun ikan di sini. Seolah semulanya tak pernah ada."

Telunjuk Carsein terangkat bersama mulutnya yang terbuka seakan ia mendapat sesuatu untuk dikatakan, tetapi Pierre membungkamnya. "Bukan, aku sudah menyelam ke dasar. Tidak ada jalan masuk atau keluar, benar-benar membingungkan." Benang kusut berputar-putar di benak Carsein, ia pun sudah terbang cukup jauh, tidak menemukan apa-apa selain hamparan lautan yang luas.

"Ngomong-ngomong, bagaimana keputusanmu malam itu? Kami berdua tidur lebih dulu. Jake mengatakan sesuatu pagi tadi." Pierre mengambil salah satu batu di bibir pantai. Dilemparkan batu itu hingga melompat tiga kali pada permukaan air sebelum akhirnya tenggelam.

Dustin beranjak dengan perut kembung, merengek mendekat. Carsein mengelus kepala monsternya. "Apa itu sesuatu yang serius?"

Sembari Arienne memikirkan kata yang bagus untuk menjawabnya, ia ikut melemparkan batu seperti Pierre. Kali ini hanya bertahan dua lompatan. Kemudian Arienne kembali menghadap Carsein. "Tidak juga."

"Kali ini aku akan berpisah baik-baik dengan pria itu." Arienne mengangkat bahunya acuh tak acuh. Carsein menaikkan alisnya, tak menangkap apa yang dibicarakannya.

Sedetik kemudian, suara Pierre mengejutkan keduanya. "Hei! Apa yang baru saja kau lempar?!"

Saat berbalik, permukaan laut beberapa meter dari mereka membentuk sebuah pusaran, yang tengah-tengahnya bersinar seperti bintang. Barulah Arienne mengetahui bahwa ia melempar Batu Eterea tanpa sadar karena fokusnya melayang. Padahal ia hendak menyimpan batu itu baik-baik dalam genggamannya. Ia menjambak rambut depannya frustasi. "Astaga, bagaimana bisa aku seceroboh ini? Itu barang berharga ... yang ..."

PHANTOM'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang