. . .
Pierre membawa ketiga temannya dengan cara berselancar pada ombak yang ia buat. Ethan mendekap adiknya erat-erat, tak ingin ada gangguan luar yang menyentuh saudara satu-satunya itu. Sedangkan penyihir yang wajahnya kotor oleh tanah itu memeluk kaki sang peselancar.
Sehingga Pierre merasa risih dan menoleh ke belakang kakinya. Hal itu buatnya tak fokus ke depan, Arienne matanya membulat ketika mereka akan menabrak pohon yang menjulang tinggi itu. Segera ia menjambak rambut yang tak lagi panjang itu ke belakang, Pierre mengadu kesakitan. "Aw, aw, aw!" ringisnya.
"Lihat ke depan, bodoh!" teriak Arienne.
Pierre terperanjat kaget dan meledakkan ombak itu ke depan. Mereka terhempas ke arah yang berbeda, tetapi tidak terlalu berjarak. Pohon itu tumbang bersama mereka yang mencium tanah. Arienne menimpa Ethan, kepala kakaknya lagi-lagi kena, kali ini tersantuk gundukan tanah.
Sedangkan Carsein dan Pierre masuk dalam jerami. Penyihir itu merangkak tertatih-tatih dan tergeletak tak berdaya. "Bodoh pun tak tanggung-tanggung," gumamnya.
Rambut Pierre dihuni oleh beberapa jerami, ia menggeleng-geleng dan menepuk-nepuk badannya yang kotor. Ia melepas ikat kepala itu dan menyambarnya ke bagian yang ditempeli jerami. "Setidaknya kita sudah melarikan diri, kan?" Pierre mendongak dengan mantap, seolah bangga.
Arienne menyambut Ethan, tangan mereka sama-sama memerah. Ethan mendecak ketika pakaian Arienne sobek-sobek dan berdarah, apalagi leher Arienne terluka cukup parah. Ia merobek kain bajunya seolah itu berbahan dasar kertas. Ia meniup leher Arienne, adiknya dapat merasakan deru hangat di sana, ia memejam ketika Ethan membersihkan lukanya sedikit demi sedikit dan mengikat bagian lehernya dengan kain.
"Ini lebih baik," ungkap Arienne. Gadis itu tersenyum.
Keempatnya saling mendekat. Atensi beralih pada Carsein. Penyihir itu berdeham dan raut wajahnya berubah serius. "Calypso mungkin berada di Belldown. Pasar lelang barang-barang tabu, seperti pasar gelap."
Telunjuk Carsein menuju ke depan, di balik pepohonan ada seperti sorotan cahaya yang bergerak ke atas secara melingkar. Sepertinya ada sebuah pertunjukan sirkus di sana.
Arienne menghela napas, lalu mengangguk. "Ayo bergegas, kita tak bisa meninggalkan Rosemary terlalu lama bersama Hanze." Setelah ketiganya kompak melangkah, jarak antara mereka dan balai pasar itu mulai sedikit demi sedikit terkikis.
Sementara di dalam balai pasar itu, calon pembeli acara lelang itu duduk dengan rapi. Berbeda dengan perompak di kedai rum yang banyak bersenang-senang melalui rum, mereka bersenang-senang dengan menghamburkan uang mereka untuk sesuatu yang menarik. Dikoleksi, digunakan, atau sekadar memamerkan kedudukan.
Sebut saja kriminal generasi atas yang harga kepalanya begitu tinggi. Balai lelang seperti ini hanya untuk bermain-main dengan harga diri saingannya.
Salah seorang yang memakai topeng mata guna menutupi setengah wajahnya itu melirik pada orang yang berpakaian sobek-sobek. Ia berbicara dengan gestur kepalanya, sontak orang itu mendekat dengan gugup dan menumpu ke lantai. Si pemilik topeng berwarna merah itu hanya menggerakkan bola mata tanpa menoleh sepenuhnya, barulah pria itu duduk dan meluruskan kakinya menimpa punggung orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM'S WAY
FantasíaBACA SCYLLA'S WAY DULU YA *** Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...