...
Seharusnya Ethan dapat melihat Arienne memanaskan makanan untuk sarapan, tetapi pagi ini gadis itu hilang entah ke mana. Ethan diselimuti kekhawatiran, memikirkan apakah adiknya itu masih marah padanya. Setelah perdebatan panjang mereka tentang kelanjutan pelayaran Arienne, rupanya itu diakhiri dengan perang dingin.
Mereka tak saling menyapa setelah sampai di rumah.
Tetapi Ethan harus segera mencarinya, dan tempat yang dituju adiknya dapat dengan mudah ditebak. Di mana lagi kalau bukan pantai?"Aku tinggal minta maaf dan bicara baik-baik supaya dia memberi pengertian ...," gumam Ethan. Sandalnya menuntun ia pada dermaga, dilihatnya dari ujung ke ujung. Namun, herannya ia sama sekali tidak melihat helaian rambut berwarna merah kecoklatan yang biasanya menari dengan angin.
Dengan cepat jantungnya berdetak, matanya melirik panik. Ia menajamkan fokusnya untuk menerawang kapal dan perahu yang berlayar. Matanya memicing seolah ia menyeleksi mereka satu persatu. Melihat kapal-kapal dan perahu-perahu kecil di sana.
Sampai akhirnya matanya bertemu dengan seseorang yang tengah mendorong gerobak berisikan buah-buah segar, gadis itu tak sengaja bertatap mata dengan Ethan. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya dan pura-pura menghitung karung.
"Bella?"
Bella memejam. Sial, seharusnya dia membawa barang-barang sejak tadi. Baiklah, petama-tama gadis itu akan tersenyum seolah ia tidak tahu apa-apa.
"Apa kau tahu kenapa perahumu ada di tengah-tengah samudera?" tanya Ethan. Bella meneguk salivanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Yang ia tahu, kakak temannya ini bukan orang biasa yang mudah ditipu, bahkan menatap mata Ethan saja canggung sekali.
"Mu-mungkin terbawa arus ...?"Mendengar respon tersebut, Ethan mengepalkan tangannya. Tahu-tahu Ethan berlari melepas sandalnya, lalu melompat ke jembatan. Loncatan air terdengar, seolah melahap Ethan di dalam sana. Bella ternganga. Aduh, gadis itu lupa kalau Whiteney bersaudara itu sama-sama nekat!
. . .
Di tengah samudera, gadis yang menyelipkan rambutnya ke daun telinga membaca pelan peta lama. Peta yang dibuat oleh tangan navigatornya dulu. Ia tersenyum kecut. "Sombongnya mereka tidak mengunjungi aku, setidaknya kalian bisa menulis sesuatu, kan? Huh, kata-kata kakak sebenarnya tidak salah juga.”
Rambut lembabnya diikat. Arienne meraih ujung peta, teringat akan seseorang yang mengatakan kalau rambutnya akan rusak jika diikat dalam keadaan masih basah. Maka tak lama kemudian ia menarik pita putih itu sehingga rambutnya jatuh.Arienne menatap laut lepas, kali ini ia tidak memuja kekasihnya karena pikirannya terbang ke mana-mana.
"Apa kalian menjalani kehidupan dengan baik?" monolognya. Arienne memeluk lututnya. Berada di tengah samudera membawakan ketenangan yang tak disangka. Begitu nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM'S WAY
FantezieBACA SCYLLA'S WAY DULU YA *** Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...