. . .
Iris hijaunya memancar kala tubuhnya diselimuti kain tebal yang kusam. Juward secara perlahan didatangi rasa aman. Seiring detak nadinya berbunyi, memberikan ketenangan kala orang-orang yang ia percayai melingkarinya.
Arienne menatapnya penuh syukur. Ia dihujani perasaan lega dan hampir putus asa. Ia tidak pernah menyangka Juward akan mengalami hal seperti ini.
Sekiranya siap berbicara, Juward menarik napasnya dalam-dalam. "Aku ingin menepati janjiku, jadi aku mencoba pergi ke Mercene sendirian. Sepertinya aku terlalu gegabah, dalam perjalananku aku bertemu bajak laut." Juward meremas kain itu, menyalurkan emosi yang ditahannya.
"Aku ingat dia punya luka di matanya dan dia menyerangku ramai-ramai." Mendengarnya, hati Arienne terbakar.
Pierre bersandar pada lemari koleksi Calypso. Sembari menatap dengan seksama, diam-diam ia teringat dulu kekuatan guardian Juward diambil oleh Poseidon karena temannya itu memutuskan untuk ikut dalam pelayaran Arienne.
Namun, sampai saat Pierre kembali berjumpa dengannya. Tidak ada penyesalan apapun yang tersirat pada mata hijau itu.
Sampai pada pertanyaan yang Arienne paling sulit menjawabnya. "Ke mana yang lain?" Juward memandang satu persatu dari mereka.
Dengan lidah yang kelu, Arienne pun menceritakannya dari awal. Banyak pertanyaan yang tak terjawab dibenaknya, ia tak mengajukan itu secara langsung di depan mereka.
Biarlah waktu yang menjawab kala gadis itu termangu.
Sementara mereka melakukan reuni, Gadis elf yang berada di dekat Arienne merasa bulu kuduknya berdiri ketika Calypso menyentuh rambutnya. Seperti terkagum-kagum oleh kemolekan warna dan helainya, Calypso tersenyum.
Salahnya wanita itu tersenyum memamerkan gigi hitamnya yang menajamkan kesan penyihir menakutkan.
Sang elf pun terperangah dan makin menempel pada Arienne. Arienne yang rambutnya sekarang sudah terpotong pendek itu menoleh, ia merangkul gadis bertelinga runcing itu mendekat.
"Hey, jangan begitu!" pintanya dengan sedikit mengembungkan pipi kanannya.
Sedetik kemudian gadis itu sadar bahwa tidak ada masa lagi ia bersantai, segera ia menatap penyihir itu lamat-lamat.
"Apa kau mungkin menyimpan peta Pulau Phantom?" tanya Arienne, keteguhan di matanya dapat Calypso rasakan. Wanita itu tersenyum dan berbalik. "Aku sebenarnya sudah menunggumu, gadis manis." Ia pun berjalan ke arah lemari tua dengan kaca yang berdebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHANTOM'S WAY
خيال (فانتازيا)BACA SCYLLA'S WAY DULU YA *** Hampir dua tahun lamanya sejak Arienne kembali dari perjalanannya, gadis yang berhasil membawa kakaknya pulang. Kini ia hanya menghitung hari, berharap setidaknya teman-temannya mengabari. Namun, tidak ada tanda-ta...