Beautiful Sunday

61 8 4
                                    

Minggu, tentunya diantara tujuh hari dalam seminggu hari minggu terdengar menyenangkan bukan? Ini adalah hari bersantai bagi orang yang lelah bekerja. Sebelum datang hari senin, hari minggu digunakan untuk menghabiskan waktu bersama teman, keluarga, atau hanya sekedar bersantai di rumah, bermain game misalnya. Namun ditengah serunya permainan game itu…

“Seungwoo bantu Ibu ambil pesenan kue ya!” Ibu Seungwoo langsung membuka kamar anaknya itu tanpa mengetuk pintunya.

“Hah? Gak mau! Woo lagi seru main game, suruh Dongpyo aja!” tolak Seungwoo

“Dongpyo lagi ngerjain PR setelah itu dia lanjut belajar buat besok ulangan.”

“Gak bisa minta anterin ke sini aja?” Seungwoo masih mencoba menolak dengan halus.

“Nggak bisa kalau hari minggu pesenan mereka banyak, ayo cepetan manasin mobil.”

“Iya bentar tanggung.”

“Cepetan Han Seungwoo, Ibu banting HP kamu!” ancam Ibunya

“Iya iya ampun.” Gue gak mau beli HP baru lagi. Entah ini HP yang keberapa dia beli karena Ibunya membanting HPnya akibat tidak menuruti perkataannya.

“Lagian kamu hari minggu malah males-malesan aja kerjanya.”

“Besok Woo harus masuk kerja lagi Bu, minggu ya hari bersantai, kan Woo kerja buat Ibu juga.”

“Yaudah, cepetan ambil kuenya.”

“Iya iya.”

Seungwoo mengambil kunci mobilnya dan menuruti permintaan Ibunya. Di perjalanan tentu saja dia mengomel sendiri karena di hari minggu ini dia harus repot-repot keluar rumah hanya untuk mengambil pesanan kue. Mau menolak juga percuma Ibunya sangat menakutkan jika sedang marah, sementara adiknya dia sangat yakin di dalam kamarnya dia bukan belajar melainkan sedang main game juga.

“Duh ngapain sih minggu mendung gini gue malah harus keluar? Tadinya kan gue mau bikin mie instan abis main game.” Seungwoo masuk ke gang sebuah perumahan, sambil membaca alamat yang diberikan Ibunya serta melihat maps di handphonenya. “Oh ini dia!”

Seungwoo turun dari mobilnya dan memperhatikan rumah sederhana di depannya.

“Mana belnya ya?” Seungwoo kemudian membuka pintu pagar dan mengetuk pintu rumah. “Permisi.”

“Iya sebentar.” Terdengar suara dari dalam rumah membukakan pintu. “Iya ada apa?” pemilik suara lembut itu tersenyum pada Seungwoo.

“Ehm… itu…” Seungwoo tidak menyangka manusia seindah ini yang membukakannya pintu.

“Iya…?”

“Saya… mau ambil… kamu… EH! Maksudnya saya mau… bawa kamu… EH! Maksudnya mau ambil kue.” Ucap Seungwoo gelagapan dengan wajah memerah.

Astaga gue ngomong apa sih? Kenapa jadi gini? Malu-maluin aja!

“Oh… mau ambil pesenan kue?”

“I… iya hehe”

“Atas nama siapa pesanannya?”

“Han Seungwoo! Eh maksudnya…” Aduh nama Ibu siapa ya? Kenapa gue jadi lupa.

“Oh pesanan Nyonya Han ya? Saya ambil sebentar ya.”

“I… iya.” Seungwoo melihatnya kembali ke dalam rumah, dia memegang dadanya yang dari tadi berdegup kencang. “Si Ibu kenapa gak bilang-bilang kalau yang punya rumah imut banget! Gue kan harus nyiapin diri dulu.”

“Maaf ya merepotkan harus jauh-jauh datang ke sini, karena kalau hari minggu pesanan kita banyak untuk dikirim besok.” Ucapnya sambil membawa pesanan kue Ibu Seungwoo yang lumayan banyak.

“Iya tidak apa-apa, saya kan jadi bisa ketemu kamu… Eh! Maksudnya sekalian keluar rumah menghirup udara segar hehe.” Padahal tadi sepanjang jalan dia terus mengomel.

“Ehm… kuenya masih ada, saya ambil lagi ya.” Seungwoo tersenyum mengangguk, setelah itu dia membawa kue yang ditangannya menuju mobil, tidak lama kemudian Wooseok datang membawa dua kantong besar.

“Terima kasih ya.” Ucap Seungwoo.

“Iya sama-sama.”

“Ehm… Seungwoo” Seungwoo mengulurkan tangannya tanda ingin berkenalan.

“Wooseok.” Wooseok menyambut tangan Seungwoo. “Hati-hati ya, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.” Ucap Wooseok.

“I… iya, terima kasih. Ehm… boleh minta nomor HPnya? Itu… jadi kalau Ibu saya mau pesan kue bisa langsung ke kamu.” Itu siasatnya saja agar mendapatkan nomor HP Wooseok.

“Oh… Nyonya Han sudah punya nomor saya kok.”

“Maksudnya nomor pribadi kamu bukan nomor untuk pesan kue.”

“Iya nomor saya, Nyonya Han kalau pesan langsung ke nomor pribadi saya.” Jelas Wooseok

“Oh… oke kalau begitu.” Ucap Seungwoo ceria, nanti dia tinggal minta nomor Wooseok ke Ibunya. “Saya… pulang dulu ya” pamit Seungwoo sambil melambaikan tangannya.

“Iya hati-hati.”

Hujan akhirnya turun juga, namun meskipun di luar sana hujan lebat hati Seungwoo terasa sangat cerah. Sangat berbeda dengan awal dia berangkat tadi penuh dengan omelan, dalam perjalanan pulang Seungwoo bersenandung sepanjang perjalanan.

“Ibu ini kuenya!” Teriak Seungwoo menaruh kue pesanan Ibunya di atas meja.

“Iya sebentar.” Ibu Seungwoo menghampiri Seungwoo.

“Banyak banget sih pesennya Bu.”

“Iya mau ibu bagi-bagiin juga ke tetangga. Kamu mau nggak? Besok bawa ke kantor aja ya kasih ke temen-temen kamu.”

“Yaudah boleh. Ehmm….HP Ibu mana? Woo mau minta nomor Wooseok.”

“Idiih ngapain?” Dongpyo langsung muncul sambil mengambi kue dan memakannya. “Mau PDKT sama Kak Wooseok ya? Mana mau Kak Wooseok sama Bang Seungwoo, Bang Seungwoo kan udah tua.”

“Heh! Yang sopan kamu sama Abang sendiri, gak dikasih uang jajan nanti ya!” Ancam Seungwoo.

“Eh iya ampun Bang! Bang Seungwoo sama Kak Wooseok kan beda 10 tahun.”

“Kok kamu tahu banget Pyo?”

“Iyalah kan aku PDKT duluan, Kak Wooseok kan kadang-kadang anterin kue ke sini. Bang Seungwoo kan yang selalu nyuruh aku buka pintu kalau ada tamu, ya itu salah satunya Kak Wooseok.”

“Oh… Bu mana HPnya? mau minta nomor Wooseok.” Seungwoo kembali menagihnya.

“Kalau kamu mau main-main sama Wooseok Ibu gak mau ngasih.”

“Ya nggaklah Bu, Seungwoo serius! Ibu mau Seungwoo jomblo terus?!”

“Kasih aja Bu, kasian Bang Seungwoo nanti jadi jomblo abadi.” Seungwoo menatap tajam Dongpyo, Dongpyo langsung mengalihkan pandangannya.

“Yaudah nih.” Ibu Seungwoo akhirnya memberikan nomor Wooseok

***
“Gimana cara mulainya ya? Bilang Ibu mau pesen kue lagi? Tapi nanti dia nanya kenapa gue yang pesen, kan Ibu punya nomor dia. Oh iya!” Seungwoo langsung memencet nama Wooseok di Handphonenya. Tidak diangkat, dia mencobanya lagi, tidak diangkat lagi. “Apa dia tipe orang yang gak akan ngangkat telpon kalau gak kenal nomornya ya?” Seungwoo mengetuk-ngetuk layar handphonenya, kemudian handphonenya berdering

Corat Coret Seuncat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang