Can't Live Without You

87 12 6
                                    

Wooseok terbangun dari tidurnya memeriksa jam di atas nakas yang sudah menunjukan pukul 4 pagi. Biasanya dia akan menelepon seseorang untuk membangunkannya, namun kegiatan itu tidak lagi dilakukannya selama tiga minggu ini. Wooseok menuju dapur dan membuat kopi untuknya, kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dijalaninya, begitu bangun pagi dia pasti langsung membuat kopi. Setelah kopinya siap, Wooseok membuka gorden kamarnya melihat langit yang masih gelap. Bintang masih terlihat, dulu Wooseok akan meminum kopinya sambil melihat bintang itu diiringi suara serak kekasihnya yang baru bangun tidur, jujur saja Wooseok sangat merindukannya.

Tiga minggu yang lalu Wooseok dan Seungwoo kekasihnya bertengkar hebat, merasa pasangannya itu terlalu mengaturnya dan Wooseok merasa tidak bebas dan dikekang, ketika itu Wooseok hampir mengatakan kata putus pada Seungwoo hingga mereka memutuskan untuk rehat dengan hubungan mereka.

"Aku gak suka kamu ngatur-ngatur aku!" Teriak Wooseok.

"Ini demi kebaikan kamu Seok, orang tua kamu udah nitipin kamu ke aku, aku harus jagain kamu Seok! Kamu kebiasaan banget kalau clubbing tuh lupa waktu sampai pulang pagi." Seungwoo tidak mau kalah, saat ini Seungwoo tidak bisa lembut lagi. Sudah sering Wooseok seperti ini, Seungwoo khawatir terjadi apa-apa dengan Wooseok sudah berulang kali pula dia menasehati Wooseok, namun dia sudah berulang kali juga melanggar janjinya.

"Aku kan gak minta kamu jemput, aku bisa pulang sendiri aku bisa jaga diri aku! Aku gak mau kamu ngatur-ngatur aku!"

"Bukan itu masalahnya! Aku khawatir kamu kenapa-kenapa Seok."

"Aku udah 27 tahun Woo!"

"Iya kamu udah 27 tahun tapi masih belum bisa ngatur diri kamu sendiri kapan kamu harus udah balik apart! Iya kamu udah gede, tapi sikap kamu masih kekanak-kanakan, masih belum dewasa, masih egois dan masih mau seneng-seneng sama temen kamu!"

"Cukup Woo!"

"Oke Seok, aku juga gak mau kita berantem terlalu lama apalagi ini udah pagi." Disaat inilah Wooseok mengira Seungwoo akan memutuskan hubungan mereka. "Gini aja! Kita break dulu sebulan."

"Apa?"

"Selama satu bulan ini aku gak akan ngehubungi kamu, gak akan nemuin kamu. Aku juga gak akan ngelarang kamu kemana pun kamu mau, kamu mau pulang jam berapa aku gak akan ngelarang begitu pun kamu, kamu gak usah hubungin aku nemuin aku. Kita akan atur waktu dan tempat kita ketemu satu bulan lagi, disaat itu kamu bisa putusin kamu mau lanjut sama aku atau nggak Seok. Semua keputusan kamu aku terima." Ucap Seungwoo panjang lebar.

"Oke aku setuju."

Itulah awal dari semuanya. Awalnya Wooseok merasa senang dia bisa pergi kemanapun dan pulang kapan pun sesuka hatinya, namun tidak sampai satu minggu Wooseok sangat menyesalinya. Dia butuh Seungwoo di sampingnya, suara tawanya, candaannya yang kadang tidak lucu, kehangatan tubuhnya, Wooseok membutuhkan semuanya. Sesuai perjanjian mereka, mereka tidak boleh mengubungi atau menemui satu sama lain.

"Kamu dimana Woo? Lagi ngapain? Udah bangun belum?" Tanya Wooseok sambil memandang bintang pagi di hadapannya.

***

Seungwoo meraba jam wekernya yang bernyanyi begitu kerasnya, biasanya kekasihnyalah yang membangunkannya dengan meneleponnya. Setelah mematikan jam tersebut dia menuju wastafel dan membasuh wajahnya, dia melihat garis hitam dibawah matanya, sepertinya dia butuh tidur lebih lama lagi. Seungwoo kemudian menuju dapur untuk membuat kopi, Seungwoo membuka gorden ruang TV sambil menyesap kopinya melihat bintang pagi yang terlihat di hadapannya. Fikirannya menuju pada beberapa minggu yang lalu saat dia dan kekasihnya masih mengobrol di pagi hari sambil menyesap kopi masing-masing. Meskipun hanya mendengar suaranya melalui sambungan telepon, namun saat itu Seungwoo merasa seperti Wooseok berada di hadapannya.

Corat Coret Seuncat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang