Wooseok nelangsa melihat apartmentnya yang habis dilahap si jago merah, Wooseok juga tidak ingat bagaimana dirinya bisa keluar dari sana, saat itu dia sedang tidur kemudian alarm kebakaran berbunyi dia sekuat tenaga menuruni tangga darurat hingga akhirnya sampai dibawah.
"Terus gue tinggal dimana? Hhuuueee" Wooseok langsung terduduk menangis. "Gue udah gak punya apa-apa lagi huee huee." Saat Wooseok terduduk dan menangis dengan sendunya, seseorang menghampirinya.
"Wooseok? Lu Wooseok kan?" tanya seseorang yang kemudian berjongkok di depan Wooseok. Wooseok mendongak melihat orang berpakaian rapi di depannya.
"Si... hiks... siapa... ya...?" Tanya Wooseok.
"Seungwoo" Ucapnya tersenyum.
"Seung... woo...?"
"Kita pernah sekelas waktu SMP."
"Hah...?"
Seungwoo yang mana ya? Wooseok mencoba mengingat yang dulu pernah satu kelas dengannya. Satu-satunya orang benama Seungwoo yang pernah sekelas dengannya adalah laki-laki tinggi berhidung mancung dengan poni yang selalu menutupi matanya.
"Seung...woo yang sekelas waktu kelas tiga ya?"
"Iya." Penampilan Seungwoo sangat berbeda saat ini, poni yang dulu selalu menutupi mata dan dahinya tidak sepanjang dulu dan tersisir rapi ke belakang. "Kenapa? Kok nangis?"
"Itu... apart gue kebakaran, gue gak tau mau tinggal dimana."
"Di tempat gue aja, apart gue ada kamar kosong gak kepake."
"Ap... pa...? "
Sampailah Wooseok di apartment Seungwoo, Wooseok sempat terbengong dengan mulut menganga begitu sampai di apartment Seungwoo, dia tidak tahu jika Seungwoo itu seorang konglomerat.
"Kamar lu sebelah sana ya Seok, besok lu bisa ngurus segala keperluan lu dibantuin asisten gue ya tadi gue udah ngehubungin dia buat bantuin lo." Ucap Seungwoo
"I... iya Woo makasih banget ya."
"Yaudah lu istirahat dulu aja Seok."
Wooseok masuk ke dalam kamar yang ditunjukan Seungwoo. Sudah dua jam dia berbaring di atas tempat tidur namun matanya tidak kunjung terpejam, banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini dan berjalan dengan begitu cepat. Pagi ini dia bangun tidur dan pergi bekerja seperti biasa, dia pulang bekerja serta tidur seperti biasa sampai sebuah alarm membangunkannya dan dia langsung berlari keluar gedung.
"Kok jadi gini ya?"
Wooseok akhirnya masuk ke dalam mimpinya, dalam mimpinya itu dia melihat dirinya yang mengenakan seragam SMP sedang berlari mengejar bis menuju rumahnya, tepat saat dia akan sampai halte bis, dia terjatuh. Wooseok melihat lututnya yang berdarah.
"Sakit..." tanpa dia sadari air matanya jatuh, dengan kasar dia mengusap air matanya. Seingat Wooseok dia dari dulu memang cengeng. Tiba-tiba seseorang dari arah halte menghampirinya, dia menunduk meniup lutut Wooseok yang berdarah kemudian mengeluarkan air dan sapu tangan dari dalam tasnya. Dia membasahi sapu tangannya dan mengelap luka Wooseok.
"Auw..." agak perih saat sapu tangan basah itu mengenai lukanya.
"Gue bersihin dulu abis itu dikasih plester, lu tahan sebentar." Ucapnya, Wooseok akhirnya tahu bahwa itu Seungwoo, teman sekelasnya yang matanya selalu ditutupi poni. Setelah membersihkan luka Woosoek, Seungwoo mengeluarkan plester dan menempelkannya di lutut Wooseok.
"Makasih ya Woo." Wooseok mencoba berdiri namun dia langsung terduduk kembali. "Sakit..." Seungwoo langsung membalikan badannya, di depan Wooseok saat ini terpampang punggung lebar Seungwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Corat Coret Seuncat
Storie d'amoreHanya cerita singkat, cerita yang muncul karena ide mendadak dan gak mau bikin cerita panjang dan mungkin hanya beberapa part saja