39

641 66 0
                                    

Jennie berangkat tepat pukul satu siang dengan jet pribadi milik kim hyu bin. Sepanjang perjalanan ia lebih banyak tidur dan tidak terasa setelah menghabiskan waktu selama empat belas jam, dirinya tiba di kota paris tepat pukul 8 malam.

"Nona jennie, kita sudah tiba di paris" seorang pramugari membangunkannya.
"Ahh ne" jennie segera beranjak dari kasurnya dan melangkah keluar kamar sambil membawa kopernya.

"Gomawo telah mengantarku" ucap jennie kepada pilot pesawat sebelum turun.
"Sama-sama nona" balas sang pilot dengan senyuman.

Jennie mendarat di lapangan khusus dekat apartemen milik ayahnya. Ia segera melangkah ke apartemen untuk menunggu jemputan dari seseorang.

"Selamat malam nona jennie" sapa lee min ki ketika melihat putri kedua kim hyu bin berdiri di depan gedung apartemen.
"Malam tuan lee" jennie tersenyum dan mulai memasuki mobil ketika lee min ki memasukkan kopernya ke dalam bagasi.

"Tuang lee" panggil jennie ketika mobilnya sudah melaju.
"Ne nona?".

"Kenapa eonniku tidak menginap di apartemen?".
"Ahh katanya nona jisoo ingin lebih dekat dengan lokasi kantor tuan hans".

"Ohh" jennie kembali diam ketika rasa penasarannya terjawab.

Jennie tampak memandangi kota paris yang sangat indah di malam hari. Ia segera merogoh ponselnya di saku celana dan mengambil sebuah gambar.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, ia tiba di depan sebuah hotel mewah dengan tulisan 'hotel del luna'.

"Woah jadi jisoo eonni menginap di hotel ini, aku dari dulu ingin kesini tapi belum kesampaian" ucap jennie lalu segera melangkah keluar mobil.

Lee min ki tampak tersenyum mendengar penuturan dari jennie.

"Mari saya antar nona" lee min ki mendekat dengan koper milik jennie di tangannya.
"Ahh gwenchana, biar aku saja tuan lee. Anda bisa pulang sekarang" tolak jennie dengan ramah.

"Ne, kalau begitu aku pamit nona. Telpon saja jika perlu sesuatu".
"Arraseo, gumawo tuan lee".

"Ne" lee min ki kembali ke mobilnya dan berlalu meninggalkan jennie seorang diri.
"Jisoo eonni, i'm coming for you" jennie tersenyum lebar dan mulai melangkahkan kakinya memasuki hotel.

Ia menghampiri meja resepsionis dan menanyakan keberadaan sang kakak. Awalnya petugas itu menolak memberitahu tapi jennie berhasil memberikan pengertian kepadanya alhasil dirinya sudah mendapat nomor kamar jisoo.

"442, 443, nah 444" jennie segera menekan bel ketika tiba di depan kamar sang kakak.

Ting tong

Jisoo yang sedang asyik menikmati secangkir kopi sambil bermain handphone di balkon kamarnya beranjak ketika mendengar suara bel.

"Mianhae, tapi aku tidak ingin pesan apapun" jisoo membuka pintu sekilas tanpa melihat sosok yang berdiri di depannya.

Tidak mendapatkan respon apapun, tangannya bergerak hendak menutup kembali pintu kamarnya.

"Jamkkanman" seseorang menahan pintu dan berhasil menghentikan pergerakan tangan jisoo.

Jisoo yang sedari tadi menatap layar handphonenya mendongak dan menatap ke asal suara. Dan seketika ekspresi wajahnya berubah terkejut.

Sosok jennie tengah berdiri di depannya sambil tersenyum manis menatap ke arah jisoo.

"Jendeuk?" jisoo masih tidak percaya akan keberadaan sosok di depannya ini.
"Ne, ini aku eonni" jawab jennie tanpa melunturkan senyuman di wajahnya.

Jisoo tampak masih mencerna peristiwa ini, ia diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Apa kau tidak mempersilahkan adikmu masuk eonni? Kau tahu aku sangat lapar sekarang".
"Eoh? Mianhae, masuklah" jisoo tersadar dan segera mengambil alih koper milik jennie untuk dibawa ke dalam kamar.

Keduanya segera mengobrol begitu tiba di dalam kamar. Jisoo sangat penasaran akan kedatangan jennie, sementara adiknya itu hanya menjawab santai jika dirinya rindu dan langsung mengajukan cuti untuk menghampiri sang kakak.

Setelah memberikan penjelasan, jennie segera membersihkan diri hingga lima belas menit kemudian ia keluar kamar mandi memakai pakaian santai dengan setelan baju dan celana panjang merk Dunst.

"Eonni, aku lapar" rengek jennie sambil melangkah kearah jisoo yang tengah bersantai di sofa sudut ruangan. Ia mendudukkan dirinya di atas pangkuan sang kakak karena sofa itu memang hanya untuk satu orang.
"Aigoo, adikku ingin makan apa eoh?" jisoo meletakkan handphonenya dan beralih memeluk tubuh jennie dari belakang.

"Hmm, apa kita perlu makan hat pot sekarang eonni?" jennie tampak bersemangat, ia mengeratkan pelukan hangat milik jisoo.
"Terserah kau saja. Sebenarnya eonni sudah memakannya kemarin malam" jelas jisoo.

"Yahh, kalau begitu kita makan yang lain saja eoh?".
"Aniyo, kita bisa datang ke kedai itu. Aku juga penasaran dengan menu lainnya".

"Jinja? Kalau begitu tunggu apa lagi" jennie beranjak dari duduk dan menarik tangan jisoo semangat.
"Jamkkanman, aku harus mengambil dompet" jisoo melepas tangan jennie dan segera melangkah ke arah nakas untuk mengambil tas kecil berisi dompet dan beberapa barang lainnya. Tidak lupa ia mengambil dua buah jaket yang cukup tebal.

"Pakailah" jisoo menyerahkan jaket kepada jennie sambil menutup pintu kamar.
"Gomawo eonni. Apa aku perlu menghubungi tuan lee untuk menjemput kita?".

"Tidak perlu, kedainya tidak terlalu jauh dan kita bisa berjalan kaki kesana".
"Mwo? Ayolah eonni, aku tidak ingin jalan kaki sekarang. Kau tahu aku baru saja tiba tadi" rengek jennie.

"Arraseo kalau begitu kita naik mobil".
"Taksi?".

"Aku sudah menyewa mobil kemarin" jelas jisoo sambil melangkah.
"Baguslah" jennie tersenyum dan segera menyusul langkah kakaknya, tidak lupa ia menggandeng lengan jisoo layaknya anak kecil.

Jisoo tampak tersenyum melihat tingkah jennie, ia sudah memaklumi kelakuan dari adik pertamanya ini yang selalu menempel padanya.

°°°

Keluarga KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang