56

475 81 6
                                    

"Eonni!" jennie berteriak saat melihat kepala kakaknya di pukul dengan balok.

Jisoo yang awalnya tengah melawan dua pria itu akhirnya tumbang karena pukulan di area belakang kepalanya.

"Brengsek, lepaskan aku!" jennie terus memberontak, tapi tenaganya tidak cukup kuat, ditambah tangannya diikat.

Di lain tempat, rose dan lisa gelisah entah mengapa.

"Perasaanku tidak enak chaeng".
"Aku juga".

"Kau sudah hubungi appa dan eomma?".
"Ne, mereka sudah di parkiran tadi".

"Jisoo eonni dan jennie eonni?".
"Tidak ada yang menjawab teleponku".

"Mereka tidak apa-apa kan?".
"Jangan membuatku khawatir lisa ya".

"Kenapa putri appa tampak tidak bersemangat eoh?" kim hyu bin berucap kala memasuki ruangan tapi justru melihat kedua putrinya tampak tidak seperti biasanya.
"Appa, bisa minta pak kang untuk mencari keberadaan jisoo eonni dan jennie eonni?".

"Bukankah mereka di rumah sakit?"
"Aniyo, mereka keluar untuk membeli cake tapi perasaanku tidak enak sedari tadi ditambah tidak ada yang menjawab teleponku appa".

"Arraseo, appa akan menghubungi pak kang" kim hyu bin melangkah ke arah sofa sambil berkutat dengan handphonenya.
"Kalian sudah makan malam?" son ye jin tetap berpikir positif.

"Sudah eomma" jawab keduanya.
"Kalau begitu waktunya untuk beristirahat" son ye jin berniat mengubah sandaran lisa menjadi datar, posisi berbaring.

"Nanti saja eomma, aku ingin menunggu jisoo eonni dan jennie eonni".
"Hmm arraseo".

Setengah jam berlalu, para bodyguard kim hyu bin belum mendapatkan titik terang akan keberadaan jisoo dan jennie.

"Kenapa kalian tidak becus begini? lakukan apapun asalkan kedua putriku ketemu!" suaranya meninggi di seberang telepon.
"Ne tuan" ucap kang ji sub.

"Apa lokasinya sudah ketemu?" tanyanya kepada salah satu anak buahnya.
"Ne, lokasinya terlihat".

Kang ji sub pun buru-buru mendekat kearah komputer dan melihat titik merah disana.

"Apa yang nona muda lakukan di sana?" gumamnya dalam hati.

Tidak menunggu lama, para bodyguard kim hyu bin segera bergegas ke lokasi.

"Akhh" jisoo meringis kala membuka mata dan tiba-tiba ia merasakan nyeri di area belakang kepalanya.
"Eonni, gwenchana?" jennie berucap kala mendengar ringisan sang kakak.

"Hmm, jangan khawatir" jisoo tidak ingin membuat adiknya khawatir, iapun mulai mengamati setiap sudut ruangan itu.

"Ahh kau sudah sadar rupanya" sosok yang sangat dikenalinya kini muncul di hadapannya.
"Jadi ini perbuatanmu?".

"Ne, aku terpaksa. Kau tidak ingin menemuiku saat kuminta baik-baik kan? makanya aku melakukan hal ini".
"Brengsek, aku bersyukur karena diselamatkan dari pria sepertimu jung haein!".

"Jangan berkata begitu jisoo ya, aku terluka".
"Yak sekkia, berhenti berbicara! lepaskan aku dan eonniku sekarang!" teriak jennie.

"Ne?" haein tertawa mendengar penuturan dari jennie. Tidak lama ia melangkah mendekat kearahnya.
"Jangan berlagak sok berani, aku bisa membuatmu mati detik ini juga!" haein menampar pipi kanan jennie sangat keras hingga membuat sudut bibirnya berdarah.

"Bajingan! jangan berani menyentuh adikku!" jisoo berteriak.
"Ahh mianhae, aku kelepasan" haein menatap kearah jisoo.

"Apa yang kau inginkan eoh?".
"Dirimu".

"Dasar pria gila!" sindir jennie.

Plakk

Haein kembali menampar pipi kanan milik jennie.

"Yak sibal sekkia!" jisoo susah payah melepaskan ikatannya dan saat berhasil, ia berlari kearah haein.

Plakk

Jisoo menampar pipi haein dengan sangat keras.

Haein memegang pipinya yang terasa perih lalu tersenyum tipis.

"Woah tenagamu sangat kuat jisoo ya".
"Berhenti menyebut namaku!".

"Ahh tidak usah banyak drama, sekarang kau ikut denganku". haein menarik lengan jisoo cukup kuat.
"Lepaskan!" jisoo memberontak tapi tenaganya lagi-lagi kalah kuat.

"Enyalah pria brengsek" jennie ternyata diam-diam juga berhasil melepaskan ikatannya, ia meraih balok yang tergeletak di sampingnya lalu memukul kepada haein dengan keras.

"Akhh" haein merasakan nyeri, alhasil cekalan tangannya melonggar dan jisoo tidak menyia-nyiakannya.
"Kajja jennie ya" jisoo menarik jennie, keduanya berlari kearah pintu.

"Berhenti!" haein berteriak tapi tidak dihiraukan keduanya.

Dorr

Suara itu berhasil menghentikan langkah jisoo juga jennie. Keduanya berbalik dan melihat sosok haein berdiri dengan sebuah pistol di tangannya.

"Jangan macam-macam jung haein!" jisoo amat takut, tapi ia berusaha mengontrol diri.
"Hahahaha" haein tertawa dan kembali mengangkat pintolnya.

Jisoo dan jennie saling berpegangan tangan satu sama lain.

Haein mengarahkan pistolnya ke arah jisoo, sedetik sebelum menarik pelatuk ia menggeser dan mengarahkannya ke arah jennie.

Dorr

Jisoo bergerak secepat kilat, ia berdiri di depan jennie.

Haein mematung kala melihat baju jisoo sudah di penuhi oleh darah.

"Eonni?" air mata jennie berjatuhan, ia berusaha menahan tubuh kakaknya yang mulai kehilangan keseimbangan.

Bersamaan dengan itu, beberapa pria bertubuh besar memasuki gedung dengan paksa.

"Nona!" kang ji sub berlari kala melihat keduanya.

Sementara bodyguard yang lain menghajar haein habis-habisan. Meskipun ia seorang mafia, dirinya akan kalah jika melawan sepuluh orang tanpa bantuan siapapun.

"Jangan pejamkan matamu eonni!" jennie berusaha tetap menjaga kesadaran jisoo
"Aku mengantuk jennie ya".

"Andwee andwee, jangan sekarang eonni" jennie menggeleng dengan air mata yang mengalir terus-menerus  di pipinya.

"Ambulancenya sudah tiba nona" kang ji sub segera mengangkat tubuh jisoo dengan hati-hati.

Jennie terus memang tangan jisoo hingga masuk ke dalam mobil.

Dua orang perawat tampak memberikan pertolongan pertama kepada jisoo, sementara jennie terus menangis sambil mencium telapak tangan kakaknya itu.

"Jendeuk" panggilnya lemah.
"Ne eonni" jennie menjawab cepat.

"Eon-ni me-nga-tuk".
"Aniyoo, tetap buka matamu eoh?".

Jisoo sudah berusaha tetap mempertahankan kesadarannya, tapi rasa kantuk itu amatlah besar hingga ia kalah dan berakhir memejamkan mata.

"Eonni, jisoo eonni!" jennie menepuk-nepuk pipi sang kakak.

Perasaannya amatlah kacau, ia seakan-akan lupa jika dirinya seorang dokter dan justru membiarkan para perawat yang memberikan pertolongan pertama.

°°°

Keluarga KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang