54

576 80 8
                                    

Jennie memutuskan untuk membawa jisoo kembali ke ruang rawatnya. Seorang perawat juga tampak berada di sana.

"Apa yang kau lakukan eoh?" jisoo menahan tangan jennie yang hendak membuka baju miliknya.
"Jangan berlebihan eonni, aku hanya ingin memeriksa lukamu" jawabnya dengan nada ketus.

"Ahh, arraseo" jisoo tersenyum kikuk dibuatnya.
"Lagian kenapa sih? bukannya kita sering mandi bersama?".

"Yak!" jisoo tentunya tidak terima, pasalnya perawat tadi masih berada diantara mereka. Harga dirinya bisa-bisa hancur karena perkataan milik jennie.
"Ahh ruka ssi kau bisa keluar sekarang, terimakasih sudah mengantarkan peralatanku".

"Ne dokter kim" ruka dengan senang hati bergegas keluar karena wajah jisoo terkesan sangat dingin sekarang.
"Ruka ssi, aku tidak suka orang bergosip tentangku maupun ketiga saudaraku. Jadi aku bisa mempercayaimu kan?".

"Ne nona, aku mengerti".

"Aisss, kau membuat harga diriku hancur kim jennie" jisoo mulai mengutarakan isi hatinya ketika sosok ruka sudah tidak terlihat.
"Wae? Apa salahnya dengan mandi bersama? Aku bangga dengan itu".

"Kau benar-benar, arraseo aku memang tidak mempermasalahkannya. Tapi kau tidak perlu juga menceritakannya kepada orang lain".
"Wae? Kau itu kakakku, jadi tidak ada salahnya".

"Orang - orang bisa berpikiran negatif akan hal ini jennie ya, ingatlah bahwa tidak semua orang di dunia ini menyukai kita".
"Aku tidak peduli" jennie memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi.

Ia mulai membuka perban yang melilit di perut jisoo. Tampaknya luka sang kakak kembali berdarah pasalnya jahitannya belum kering sepenuhnya. Dengan telaten ia membersihkan bercak darah di perut jisoo.

"Jennie ya, aku~".

Jennie yang tampaknya sudah tahu arah pembicaraan sang kakak mulai merasa kesal, tanpa sengaja ia sedikit menekan luka jisoo.

"Aww~" alhasil perkataan jisoo tidak selesai, berakhir dengan ringisan.
"Eoh mianhae eonni" jennie tentunya amat kaget, ia sontak menjauhkan tangannya.

Setelah berkutat lima menit lamanya, akhirnya luka jisoo sudah selesai di tangani.

"Aku ambilkan sarapan untukmu ya eonni?" tawar jennie.
"Aniyo, aku tidak lapar".

Jennie tidak mendengarkan, ia justru melangkah keluar dari ruangan.

"Untuk apa bertanya kalau tidak mendengar" jisoo menghela nafas panjang.

Hanya membutuhkan waktu 2 menit, jennie kembali ke ruang rawat.

"Cepat sekali".
"Hmm, kalau begitu kita sarapan dulu".

"Ne".

Jennie pun mulai menyuapi jisoo dengan telaten. Ia juga sesekali mengelap sudut bibir kakaknya yang belepotan.

"Sudah".
"Ini tinggal sedikit eonni".

"Tapi perutku sudah kenyang jennie ya".
"Arraseo" jennie pun menyimpan mangkok bubur di atas nakas, lalu mengambil segelas air beserta sedotan.

"Minumlah eonni".

Jisoo meraih lalu mulai menyeruput air mineral di tangannya.

"Aku sudah boleh pulang hari ini kan?" tanya jisoo.
"Aniyo, kau masih perlu di rawat disini.

"Ayolah jennie ya, lukanya sudah membaik".
"Sekali tidak, tetap tidak".

"Kalau besok?".
"Molla, kita lihat saja nanti".

"Aisss".

Jennie diam tidak menanggapi.

Sejam berlalu, rose datang.

"Bagaimana lukanya eonni?" tanyanya kepada jennie.
"Sudah ku jahit kembali".

"Baguslah. Sebaiknya jangan temui lisa sampai lukanya benar-benar kering eonni" ucapnya sambil menatap kearah jisoo.
"Kenapa begitu? Aku berencana untuk menemuinya sebentar lagi".

"Yak eonni, kau ingin lisa tahu tentang lukamu eoh?".
"Aniyo".

"Kalau begitu jangan keras kepala, jangan temui lisa setidaknya sampai luka itu mengering".
"Berapa lama luka ini mengering?".

"Mungkin seminggu" celetuk rose.
"Mwo?".

"Palingan dua hari" jennie bersuara ketika melihat ekspresi wajah jisoo yang tengah kesal.
"Kau mengerjaiku chaeng? mentang-mentang kau dokter" marahnya.

"Aigoo, aku hanya bercanda eonni" rose langsung mencium pipi milik jisoo.
"Pergilahh, jangan menempel kepadaku".

"Jinja?" rose terkekeh dan kembali mencium pipi milik jisoo.
"Yakk".

Jennie hanya terkekeh melihat wajah pasrah jisoo karena adik blondenya tidak takut sama sekali dengan ancamannya.

Dua hari kemudian, sesuai perkataan jennie luka di perutnya sudah mengering dengan sempurna.

"Aku ingin menemui lisa" pagi-pagi sekali jisoo merengek kepada rose yang kebetulan sedang menemaninya.

"Kita tunggu jennie eonni dulu ya eonni".

"Aniyo, aku ingin sekarang".
"Aku takut di marahi eonni".

"Kau kan juga dokter, lagian kau lihat sendiri lukanya sudah mengering chaeng".
"Tapi tetap saja eonni~".

"Kau tahu lisa tengah marah kepadaku karena tidak menemuinya selama dua hari ini".
"Jangan khawatirkan itu, dia akan membaik dengan sendirinya".

"Aniyo, dia terus mengabaikan pesanku sedari kemarin".
"Aku akan membantumu untuk menjelaskan kepadanya eonni".

"Aku tidak peduli" jisoo mulai beranjak dari tempat tidurnya.
"Arraseo, sini biar aku yang lepas infusnya" rose menahan tangan jisoo yang ingin mencabut asal jarum infus dari tangannya.

Hanya membutuhkan waktu lima menit, keduanya kini tiba di ruangan lisa.

"Morning" sapa rose ketika memasuki ruang rawat lisa.
"Morning chaengi" balas lisa sambil tersenyum.

Tidak berlangsung lama, senyum itu hilang berganti tatapan datar ketika melihat sosok jisoo yang berjalan di belakang rose.

"Kenapa kau mengizinkannya kesini?" bisik jennie kepada rose.
"Dia terus memaksa eonni. Tapi kau tenang saja, lukanya sudah benar-benar kering jangan khawatir".

"Hmm arraseo".

"Lisa ya" panggil jisoo tapi tidak mendapat respon apapun dari sang adik.
"Kau marah kepada eonni?" jisoo kini sudah duduk di samping lisa.

"Jennie eonni" lisa benar-benar mengabaikan jisoo.
"Ne" jennie tengah duduk santai di sofa sambil memperhatikan ketiga saudaranya yang lain.

"Aku lelah ingin istirahat sebentar ya?" ia mulai berbaring membelakangi jisoo dan tidak lupa menutup dirinya dengan selimut.
"Yak kim lisa!" rose geram dengan tingkah lisa.

"Chaengi" jisoo berkata lembut sambil menggeleng pelan kepada rose.
"Tapi eonni~".

Perkataan rose lagi-lagi tidak selesai ketika melihat jisoo yang menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Istirahatlah uri lili, eonni akan menunggumu di sini" jisoo berucap setengah berbisik tapi masih bisa di dengar oleh lisa.

Jisoo beranjak dari duduknya lalu melangkah ke arah sofa untuk bergabung bersama jennie, begitupun dengan rose.

Kini ketiganya saling diam dengan pikiran masing-masing sambil menatap punggung lisa.

°°°

Keluarga KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang