50

1K 96 3
                                    

Sudah seminggu berlalu, lisa sudah di pindahkan ke ruang perawatan VIP.
Ketiga kakaknya masih setia menunggu dirinya terbangun dari tidur panjangnya. Sementara jungkook dan eunwoo harus kembali ke paris karena tuntunan pekerjaan.

Rose tengah menduduki kursi tepat di samping ranjang lisa. Ia terus memandangi wajah damai adiknya sambil mengelus lembut tangannya.

Jisoo dan jennie yang duduk di sofa juga memandang ke arah lisa berharap agar adik bungsunya itu segera sadar.

Lima menit berlalu, tiba-tiba jari tangan lisa mengalami pergerakan. Rose yang memang tengah menggenggam tangan sang adik merasakan hal itu.

Tanpa menunggu lama, ia segera memeriksa kondisi lisa.

"Waeyo?" jennie yang melihat rose segera mendekat disusul oleh jisoo.

"Jari tangannya bergerak eonni. Dia akan segera sadar".

Jennie mengecek kondisi lisa untuk memastikan dan tidak diragukan lagi jika informasi dari rose benar adanya.

"Ayo bangun lisa ya, eonni merindukanmu" ucap jisoo sambil mengelus rambut milik adiknya.

"Akkhh~" lisa mulai membuka matanya perlahan dan tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian dadanya.
"Kau merasakan sakit di bagian mana lisa ya?" tanya jisoo khawatir.

Jennie dan rose tampak diam sejenak karena tahu bahwa hal ini akan terjadi.

"Dada ku eonni" lisa menjawab terbata-bata.
"Ya! kenapa kalian diam saja eoh? Lisa kesakitan" jisoo mulai meninggikan suaranya.

"Dia akan merasakan hal itu untuk sementara eonni, salah satu tulang rusuknya patah".
"Mwo? Jangan bercanda jennie ya, kau tidak lihat uri lisa kesakitan? Setidaknya berikan obat untuk meredakan rasa sakitnya".

"Obat itu tidak akan berpengaruh besar".
"Aku tidak peduli, kau kan dokter! Jadi lakukan apapun untuk adikku!".

"Eonni! Apa kau pikir aku ingin dia merasakan hal itu? Aku sudah berusaha dan kau tinggal bersabar saja hingga dia sembuh. Lisa juga adikku dan aku amat tahu yang terbaik untuknya".
"Benarkah? Tapi kenapa kau hanya diam melihat adikmu kesakitan seperti itu eoh?".

"Tutup mulutmu kim jisoo. Kau hanya berkomentar tanpa tahu apapun".
"Mwo?".

"Jebal geumanhae, lisa baru saja sadar eonni!" ekspresi wajah rose tampak murka.

"Lisa ya, eonni keluar sebentar eoh?" jisoo menatap hangat ke arah lisa.
"Ne" lisa mengangguk mengerti. Ia paham betul jika kakaknya itu perlu waktu untuk menenangkan diri.

Jisoo pun bergerak cepat keluar ruangan dengan ekspresi dingin.

"Dasar menyebalkan" jennie bersuara ketika pintu kembali tertutup. Ia pun melangkah lebih dekat kearah lisa karena rose tiba-tiba keluar tanpa mengatakan apapun.

"Lisa ya, apa rasanya sangat sakit eoh?" tanya jennie lembut.
"Hmmm".

"Tahanlah untuk sementara eoh? Itu akan segera sembuh".
"Ne eonni".

Rose kembali dengan obat di tangannya.

"Apa itu?" tanya jennie.
"Untuk mengurangi nyeri di dada lisa".

"Aissss, kau tahu sendiri itu tidak berpengaruh besar chaeng".
"Aku tahu tapi setidaknya rasa sakitnya berkurang".

"Terserahmu sajalah" jennie mempunyai alasan kenapa dirinya tidak ingin memberikan obat pereda nyeri kepada sang adik. Ia ingin lisa terbiasa dengan nyeri itu hingga perlahan hari demi hari dirinya akan merasa lebih baik tanpa harus mengandalkan obat yang memiliki resiko efek samping jika dikonsumsi.

Sejam berlalu, lisa kembali tidur setelah mengonsumsi makanan serta obat yang diberikan jennie kepadanya.

"Kau sudah mengabari appa dan eomma eonni?" tanya rose.
"Aniyo, lagian ini sudah siang. Appa dan eomma juga akan datang saat malam nanti".

"Algesso".
"Ngomong-ngomong, kenapa jisoo eonni lama sekali? Ini sudah empat jam sejak dia keluar".

"Telpon saja jika kau khawatir".
"Aku sudah melakukannya sedari tadi, tapi dia tidak mengangkat panggilan dariku".

"Ohhh".
"Lagian kenapa sih kalian harus berdebat tadi?".

"Kau tidak lihat dia yang mulai lebih dulu?".
"Aku tahu, tapi setidaknya kau bisa menurutinya eonni. Lagian pada akhirnya kau juga menyetujui hal itu tadi".

"Sudahlah, aku hanya kesal karena dia sangat sok tahu".
"Jisoo eonni hanya khawatir dan tidak ingin lisa kesakitan".

"Arraseo, aku akan meminta maaf kepadanya nanti".
"Baguslah" secarik senyuman terukir di wajah rose.

°°°

Tepat pukul 8 malam, langit tampak tidak bersahabat. Hujan deras disertai angin kencang melanda kota Seoul.

Anggota keluarga kim tampaknya sudah berkumpul di dalam ruang perawatan lisa, kecuali jisoo. Sepasang suami istri itu sudah tiba di rumah sakit sejak dua jam lalu, tepatnya pukul 6 sore.

"Jennie ya" kim hyu bin yang sedang duduk di sofa ruang rawat lisa tampaknya mulai bertanya-tanya akan keberadaan sosok jisoo yang notabenenya selalu berada di rumah sakit.

"Ne appa?" jennie yang sedang berada di dekat ranjang lisa berbalik menatap kearah sang ayah.
"Di mana eonnimu?".

"Molla, dia sudah keluar sejak sore dan belum kembali" jawab jennie santai.
"Mwo? Kau sudah menghubunginya?" kim hyu bin merasa aneh dengan respon jennie tapi ia tidak ingin menganggap serius hal tersebut.

"Aku sudah menghubunginya appa, tapi handphonenya tidak aktif sedari tadi" rose memutuskan untuk bersuara.
"Tugaskan seseorang untuk mencarinya yeobo, aku takut dia kenapa-kenapa" ucap son ye jin yang tengah menyuapi lisa.

"Arraseo" kim hyu bin merogoh handphonenya yang ada di kantong celana untuk menghubungi salah satu orang kepercayaannya.

"Yeouboseyo" sapa seseorang di seberang telpon.
"Temukan keberadaan jisoo, handphonenya tidak aktif. Jangan sampai putriku kenapa-kenapa eoh?".

"Arraseo tuan. Kami akan segera menemukan nona jisoo".
"Ne".

Kim hyu bin mengakhiri panggilan teleponnya.

°°°

Keluarga KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang