60

939 91 11
                                    

Matahari tampak terbit dari arah Timur. Tepat Seminggu lamanya, jisoo akhirnya sadar dan ia sudah di pindahkan ke ruang inap dua hari lalu karena kondisinya yang mulai membaik.

Saat membuka mata, jisoo hanya melihat jennie pasalnya anggota keluarganya yang lain tengah di luar.

"Apa kau merasakan sakit eonni?" tanya jennie ketika selesai memeriksa kondisi sang kakak.
"Aniyo" jisoo tentunya berbohong, ia merasakan nyeri tepat di bagian dadanya.

"Dasar" jennie sedikit berdecak, ia amat tahu kakaknya itu tengah kesakitan ditambah ekspresi wajah jisoo tidak bisa berbohong.
"Apa yang kau lakukan?" jisoo tentu bingung, jennie mengusap lembut dadanya, seakan-akan tahu akan rasa sakitnya.

"Apa sangat sakit?".
"Ne?".

"Dadamu, apa sangat sakit?".
"Sedikit" jisoo sadar bahwa adiknya itu adalah seorang dokter. Dan jangan lupakan bahwa tempo hari jennie dan rose melakukan CPR terus-menerus untuk mengembalikan detak jantung sang kakak hingga mengakibatkan salah satu tulang rusuknya patah.

Jennie hanya mengangguk dan terus mengusap dada jisoo.

Tidak lama, pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok gadis berambut blonde. Jennie menghentikan usapannya dan menatap ke arah sang adik. Ia tahu bahwa sebentar lagi, satu persatu anggota keluarganya akan datang setelah membaca pesan yang dikirimkan olehnya.

"Eonni" rose buru-buru mendekat ke brankar dan memeluk sang kakak yang masih dalam posisi baring.
"Kenapa menangis eoh?" jisoo mengusap air mata adik keduanya itu.

"Tidak apa, aku hanya bahagia eonni. Apa rasanya sangat sakit?" rose mengusap dada jisoo persis seperti yang dilakukan jennie tadi.
"Ada apa dengan kalian? Aku tidak apa-apa" jisoo memegang tangan rose guna menghentikan usapannya sambil tersenyum.

"Mianhae eonni, aku tidak berniat menyakitimu".
"Apa maksudmu? Kau tidak pernah menyakiti eonni chaeng ah".

"Jisooni" belum sempat rose menjawab, sosok lisa muncul dan melangkah mendekat ke arah mereka.

Jisoo memutuskan untuk mengubah posisinya menjadi duduk.

"Baring saja eonni" ucap jennie.
"Aniyo" jisoo tetap berusaha untuk duduk. Jennie dan rose buru-buru membantu sang kakak.

"Aigoo uri lili" jisoo merentangkan tangannya ketika melihat adik bungsunya itu sudah berkaca-kaca.

"Bogoshipo eonni" lisa menenggelamkan wajahnya di ceruk leher jisoo.
"Nado" jisoo mengelus lembut rambut lisa tanpa berniat menghentikannya.

Beberapa jam tidak bertukar kabar (saat jisoo sibuk dengan pekerjaan) sudah membuat ketiganya rindu, apalagi tujuh hari mereka tidak bisa mengobrol dengannya, rasanya sungguh berat.

Beberapa saat kemudian, jennie memutuskan untuk bersuara.

"Lisa ya, sudah ya?" jennie mengusap lembut bahu sang adik.
"Aku masih ingin memeluk jisoo eonni" lisa tidak berniat melepaskan pelukannya.

"Tapi jisoo eonni baru sadar lisa ya, dia perlu istirahat" ucap rose.

Akhirnya lisa melepas pelukannya dan menatap wajah jisoo yang tersenyum memandangi dirinya.

"Apa kau sudah sembuh?" tanya jisoo penasaran, pasalnya tepat sebelum dirinya mengalami insiden penusukan sang adik tengah di rawat di rumah sakit akibat kecelakaan mobil yang dialaminya.

"Ne, aku baik-baik saja eonni".
"Jinja?".

"Benar eonni, sekarang istirahat kembali eoh?" rose menuntun sang kakak untuk kembali berbaring.
"Aww" tanpa sengaja jisoo meringis karena merasakan nyeri".

Keluarga KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang