36

745 72 0
                                    

Bintang tampak bersinar indah di langit kota paris. Jisoo tengah bersiap untuk berjalan-jalan di sekitar hotel. Ia mengenakan baju kaos dibaluti jaket putih dengan celana panjang dan topi hitam.

Ia memutuskan untuk mengunjungi salah satu tempat makan yang jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Jisoo memang suka mencari tempat-tempat yang klasik, ia juga menemukan tempat ini dari searching di handphonenya tadi sore.

"Selamat datang nona" sapa seorang wanita paruh baya.
"Malam Ahjumma, aku ingin pesan hot pot".

"Panggil halmonie saja nak, aku tidak semudah itu untuk di panggil ahjumma".
"Ahh ne halmonie".

Wanita itu tampak tersenyum mendengar panggilan dari jisoo.

"Minumnya?".
"Air putih saja".

"Aku baru ketemu pelanggan sepertimu nak. Biasanya anak muda seumuranmu akan memesan soju".
"Ahh sebenarnya aku juga ingin seperti itu, tapi adikku melarangnya".

"Adik? Ahh jadi kau menunggu adikmu?" wanita paruh baya itu penasaran akan sosok jisoo. Saat jisoo memasuki tempat ini, ia terus memperhatikannya. Sebenarnya ia tadinya sedang istirahat di depan meja kasir, sementara pegawainya melayani para pelanggan. Namun ketika melihat sosok jisoo yang duduk di salah satu meja, joo cheon-sook beranjak dari tempatnya dan menghampirinya gadis tersebut.

"Aniyo, dia ada di korea sekarang" jisoo tersenyum hangat. Ia terus menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya didepannya dengan sopan.
"Eoh?" joo cheon-sook dibuat heran dengan perkataan jisoo.

"Adikku ada tiga orang, dan dua orang berprofesi sebagai seorang dokter. Ia sangat protektif terhadap makanan dan minuman yang ku konsumsi karena itu aku tidak minum soju" jisoo yang mengerti ekspresi wanita itu segera menjelaskan.
"Ahh aku mengerti. Aku akan membuat pesananmu, tunggu sebentar ya".

"Ne halmonie" jisoo lagi-lagi tersenyum manis.

Jisoo tidak keberatan dengan beberapa pertanyaan tadi, ia memang suka mengobrol terlebih wanita paruh baya tadi mengingatkannya dengan sang nenek yang telah tiada.

*Kakek dan neneknya telah tiada baik dari pihak ayah maupun ibunya.
Kim hyu bin sudah kehilangan sosok ibu sejak kecil dan ia hanya dibesarkan oleh seorang ayah yang sangat baik lagi hebat. Sementara son ye jin kehilangan sosok ayah sejak menginjak usia sepuluh tahun dan ia hanya dibesarkan oleh ibunya yang juga tidak kalah hebat dari sang ayah.

Jadi keempat putri kim hanya mendapatkan peran kakek dari pihak ayah dan nenek dari pihak ibu. Meskipun begitu, mereka sangat bersyukur karena keduanya sangat menyayangi keempatnya tanpa membeda-bedakan. Tapi saat jisoo duduk di bangku SMA kelas 12, ia harus kehilangan sosok kakeknya itu. Dan saat duduk di bangku kuliah, selang dua tahun ia juga harus kehilangan sosok neneknya.*

"Ini pesanannya nak" tidak menunggu lama, hot pot pesanan jisoo pun tiba.
"Gomawo halmonie".

"Ne, apa aku bisa duduk sebentar disini. Aku jadi merindukan cucuku, kau mengingatkanku padanya".
"Tentu saja, anda bisa duduk".

"Namamu siapa nak?" tanya joo cheon-sook ramah.
"Kim jisoo, halmonie bisa memanggilku jisoo".

"Kau baru pertama kali ke tempat ini ya? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya".
"Ne, ini kali pertamaku. Aku melihat tempat ini banyak diminati dari hasil searching tadi".

"Ahh aku mengerti. Makanlah nak, aku hanya bersantai sebentar".
"Arraseo" jisoo segera menyantap hot pot panas itu dengan nikmat.

Wanita pemilik kedai ini terus memperhatikan jisoo yang tengah menyantap makanannya dengan nikmat. Hingga suara seseorang yang sangat dikenalinya muncul.

"Halmonie" panggil seorang pria yang berdiri didekatnya.
"Eoh? Kenapa kau disini?" tanyanya dengan heran.

"Apa maksudnya? Tentu saja aku ingin makan hot pot buatan nenek".
"Tapi aku tidak ingin melayanimu kali ini, datanglah di lain waktu atau kau bisa pesan dan mereka akan mengantarnya nanti".

"Mwo?" pria itu tampak tersenyum tipis dan seketika ekspresinya berubah setelah menyadari ada seorang wanita yang sedang menikmati hot pot buatan neneknya langsung.

"Pergilah" usir neneknya polos.
"Siapa gadis ini? Apa karena dirinya nenek tidak ingin melayaniku?".

"Maja, aku sedang ingin bicara dengannya jadi pergilah".
"Maaf nona, apa kau bisa segera menyelesaikan makanmu? Aku ingin mengobrol dengan nenekku".

"Ne? Ahh arraseo" jisoo yang sedari tadi fokus dengan makanannya tanpa ingin terlibat akhirnya bersuara setelah menyadari bahwa pria itu berbicara kepadanya.

Jisoo pun buru-buru menghabiskan hot potnya yang memang tinggal sedikit dan segera meneguk sebotol air putih hingga setengah.

"Gomawo atas hot potnya halmonie, rasanya sangat enak" jisoo yang mendengar penuturan dari pria tadi menyadari bahwa wanita paruh baya yang ada dihadapannya ini adalah pemilik kedai.

"Ahh arraseo, kau tidak perlu buru-buru nak. Kau ingin makan sesuatu lagi? Aku dengan senang hati melayani" wanita itu tersenyum hangat.
"Halmonie" rengek pria tadi yang merasa dirinya tidak dihiraukan.

"Hentikan!".
"Aku sudah kenyang, sekali lagi terimakasih untuk makanannya. Aku pamit eoh?" jisoo buru-buru bersuara.

"Ahh arraseo, hati-hatilah".
"Nee" jisoo pun membungkuk hormat lalu berlalu dari tempatnya menuju meja kasir.

Joo cheon-sook yang melihat jisoo tengah berdiri di depan kasir buru-buru melangkah kesana.

"Tidak perlu membayarnya, anggap saja ini traktiran dariku" ucapnya dengan hangat.
"Tapi halmonie ak~" ucapan jisoo terhenti karena ucapan joo cheon-sook.

"Gwenchana, kau mirip dengan cucuku nak. Datanglah lain kali saat kau di Paris eoh? Dan jangan lupa ajak ketiga adikmu".
"Nee, gomawo halmonie" jisoo tersenyum lebar, ia seakan-akan tengah berbicara dengan sosok neneknya sekarang.

Tanpa pikir panjang jisoo segera mendekat dan memeluk wanita paruh baya itu dengan hangat.

"Gomawo halmonie, kerinduanku kepada almarhum nenekku jadi terobati berkata dirimu".
"Nee, kau bisa menganggapku nenekmu nak".

Jisoo pun melerai pelukannya sambil tersenyum lebar dan ia segera berpamitan ketika tidak sengaja bertatapan dengan seorang pria yang notabenenya adalah cucu dari nenek ini.

°°°

Keluarga KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang