58

527 84 3
                                    

Jennie terdiam beberapa saat setelah ayahnya berucap.

Perawat itu pun melanjutkan kembali kegiatannya, ia melepaskan satu persatu peralatan yang terhubung dengan tubuh jisoo.

"Hentikan!" jennie, rose dan lisa berteriak bersamaan saat perawat itu hendak melepaskan peralatan terakhir yang amat sangat berpengaruh.

Jennie menahan tangan perawat itu, iapun mendekat kearah jisoo lalu menciumi wajahnya dengan lembut.

Rose memberontak lagi untuk melepaskan cekalan tangan seokjin.

"Lepaskan dokter jin" ucap irene di sampingnya, alhasil dokter pria itu melepaskan cekalannya.

Rose segera bergabung dengan jennie, ia juga melakukan hal yang sama, mencium setiap sudut wajah jisoo.

Lisa pum melerai pelukannya dengan sang ibu, ia juga bergabung dengan kedua kakaknya.

Kim hyu bin memeluk erat tubuh istrinya yang sudah tidak mampu lagi menahan isakannya menyaksikan ketiga putrinya yang tampak amat hancur.

Irene berusaha menahan isakannya, ia dekat dengan keluarga jennie, terlebih saudara sahabatnya itu jadi tidak bisa dipungkiri jika ia juga merasa kehilangan.

Seokjin dan perawat tadi menatap iba, keduanya memilih diam karena tidak tahu harus melakukan apa terlebih kim hyun bin tidak lagi bersuara.

"Jisoo eonni, aku janji tidak akan berdebat lagi denganmu, aku janji tidak akan membantahmu. Aku akan menuruti semua keinginanmu, aku mohon bangunlah eonni!" jennie terisak sambil memegang erat tangan kanan jisoo.

"Jangan seperti ini eonni, apa kau marah karena aku terlalu mengatur hidupmu? arraseo aku tidak akan melarangmu melakukan apapun, tapi tolong kembalilah eonni, buka matamu!" isak rose.

"Eonni, soo eonni. Aku menyayangimu melebihi apapun. Bagaimana aku harus melanjutkan hidup jika kau tidak disisiku? aku mohon kembalilah eonni" lisa terus menciumi bibir hati milik kakaknya.

"Yeobo, aku harus bagaimana lagi?".
"Ikhlaskan kepergiannya, jangan membuat jisoo tidak tenang. Kita harus memberikan kekuatan untuk ketiga putri kita".

Son ye jin makin menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik sang suami.

"Buka matamu kim jisoo!" jennie lagi-lagi berteriak.
"Eonni jebal jangan seperti ini!" rose.
"Aku akan amat membencimu jika berani meninggalkanku jisoo eonni!" lisa.

Semua orang terdiam, kecuali tiga orang yang terus memanggil nama kakak mereka.

"Jisoo eonni!!!" ketiganya berteriak secara bersamaan.

Waktu terus berputar, tidak ada respon apapun dari tubuh dingin itu.

Ketiganya enggan berhenti, mereka terus berbicara seakan-akan jisoo mendengarnya.

waktu demi waktu berlalu, namun lagi-lagi tubuh itu tidak memberikan tanda-tanda kehidupan sedikit pun.

Mereka mulai tersadar akan kenyataan, pergerakan ketiganya pun mulai terhenti. Tapi tiba-tiba, Tuhan seakan mengasihi mereka. Ia mengabulkan doa tulus dari keluarga kim, terutama tiga orang adik yang tampak sangat menyayangi kakaknya. Usahanya membuahkan hasil, detak jantung jisoo kembali meskipun amat lemah.

"Detak jantungnya kembali!" irene berteriak kala melihat layar monitor yang masih terhubung dengan detak jantung jisoo.

"Terimakasih tuhan" son ye jin berkali-kali mengucap syukur, begitupun dengan suaminya.

"Hahhh" jennie bernapas lega, tapi tubuhnya tiba-tiba lemas seketika.
"Eonni?" untungnya rose berdiri di belakangnya, ia menahan tubuh jennie.

Kim hyu bin segera mendekat lalu mengambil alih tubuh jennie yang sudah hilang kesadaran dan membawanya keluar ruangan.

°°°

Bagaimana kondisi jisoo nak?" kim hyu bin menghampiri irene yang baru saja keluar dari ruang ICU.

"Dia koma dan aku belum bisa memastikan kapan jisoo eonni sadar samchon. Paman bisa masuk, tapi jangan terlalu lama karena kondisi jisoo eonni yang tidak baik".
"Arraseo, gomawo irene ya".

"Ne samchon" irene pun berpamitan dan diangguki oleh kim hyun bin.

Di depan ruang ICU itu, kim hyu bin terduduk seorang diri pasalnya sang istri sedang menemani anak-anaknya yang tampak masih terguncang terlebih jennie yang tidak sadarkan diri.

Setelah menenangkan diri, ia memutuskan untuk masuk ke ruangan yang amat dingin itu.

"Gomawo jisoo ya, appa tidak tahu harus melakukan apa untuk ketiga adikmu jika kau benar-benar memilih pergi" kim hyu bin duduk di samping putri sulungnya sambil menggenggam tangan jisoo yang terbebas dari jarum infus.

"Rasanya pasti sakit eoh? mianhae, jika kami menyakitimu tapi asal kau tahu adikmu melakukannya karena mereka sangat menyayangi dirimu" kejadian dimana jennie serta rose yang terus menekan dada jisoo masih terekam jelas di kepalanya.

"Jisoo ya, cepatlah bangun. Kau tahu sendiri bagaimana sifat ketiga adikmu kan? mereka tidak akan peduli dengan kesehatan sendiri jika dirimu terus seperti ini".
"Eommamu juga terus menangis, kau tidak suka saat dia menangis kan? Jadi appa mohon jisoo ya, cepat bangun ya?".

Kim hyu bin pun mencium telapak tangan putrinya lalu beralih mencium pucuk kepalanya. Setelah itu ia memutuskan untuk keluar karena dia teringat akan ucapan irene tadi.

"Appa akan kembali besok pagi nak" ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan ruang ICU.

"Jisoo eonni!" jennie tersentak dengan keringat bercucuran di wajahnya.
"Tenanglah nak" son ye jin yang memang sedari tadi menemani jennie segera memeluk erat tubuh putrinya itu.

"Dimana jisoo eonni? dimana eonniku eomma?" air matanya kembali turun, bayang-bayang dalam mimpinya masih terekam jelas.
"Eonnimu sedang di ruang perawatan, dia kembali kepada kita jadi jangan menangis eoh?".

"Tapi eomma, aku melihat jisoo eonni~".
"Hustt, kau hanya bermimpi tadi. Istirahatlah, besok kita menemuinya".

Jennie pun menurut saja karena tenaganya juga tidak stabil, ia masih lemas.

Setelah melihat mata jennie tertutup rapat, ia pun menyelimuti tubuh anak keduanya itu lalu beranjak dari ranjang.

Tidak lama, sosok hyun bin memasuki ruang rawat jennie.

"Aku akan mengecek lisa" pamitnya kepada sang suami.
"Arraseo" kim hyu bin tersenyum sambil mengangguk.

Son ye jin pun melangkah ke luar ruangan menuju ke ruangan lisa.

"Aigoo" son ye jin tersenyum kecil saat melihat lisa tertidur di atas ranjangnya sambil memeluk tubuh rose.

"Terimakasih tuhan, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kacaunya keluargaku terutama anak-anakku ketika salah satu dari mereka tiada" son ye jin tidak hentinya mengucapkan syukur akan kuasa tuhan.

"Rose ya" son ye jin mengusap lembut kepala putrinya.
"Ne eomma" rose merasa terusik, iapun membuka matanya.

"Ingin menemani adikmu?" kondisi lisa belum sepenuhnya pulih, maka dari itu rose sedari tadi terus membujuknya agar kembali ke ruang rawatnya.
"Aku ingin menemui jisoo eonni sebentar" rose pun mulai melepaskan tangan lisa yang melingkar di perutnya dengan hati-hati.

"Eon-ni" lisa nampak terusik, ia justru mengeratkan pelukannya.

"Besok saja sayang, istirahatlah bersama adikmu. Eonnimu tidak akan suka jika kau kurang istirahat".
"Hmm arraseo eomma" rose menurut karena perkataan ibunya tidak ada salahnya.

°°°

Keluarga KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang