Harap bijak dalam membaca
"Malam pertama bersama istrimu".
"Apa?!" Haruto.
Haruto yang baru tau maksud jeongwoo langsung memalingkan mukanya.
"Kenapa dia mengatakan hal itu dengan sangat jelas" batin haruto malu.
(Ya karna anda tidak paham-paham!!).
"Aku tidak peduli" haruto.
"Apa?" Kaget jeongwoo.
"Aku tidak peduli apa yang ayah katakan" haruto.
"Dia ayahmu makanya kau bisa berkata seperti itu, tapi bagiku ini seperti berjalan di atas tali kematian".
"Tapi aku peduli" jeongwoo.
"Aku tidak mengerti kenapa kau peduli pada hal itu, aku tidak pernah mengira kau menyukai hal seperti itu" haruto.
"Hanya saja selama aku masih jadi istrimu, aku berharap kita bisa melakukan tugas kita sebagai pasangan. Dan tentang apa yang kukatakan aku benar-benar tidak mau pulang ke rumah. Tidak mau!!" Jeongwoo berdiri sambil menatap haruto.
"Aku sangat menyukaimu, hanya dengan berada disampingmu saja sudah membuatku bahagia. Jika kau ingin menikahi orang yang lebih baik, maka aku tidak punya pilihan lain selain menerimanya" jeongwoo.
Haruto terdiam sejenak.
"Kau terlihat seperti tidak mau pulang ke rumahmu sendiri".
"Itu karna kau berada disini!!" Jeongwoo.
"Apakah benar, hanya itu satu-satunya alasanmu?" Haruto.
"............".
"Sebagai fans garis keras aku sudah sangat berusaha, tapi ini balasanmu hah!!. Kau meragukan perasaanku?" Kesal jeongwoo.
Haruto kembali menatap jeongwoo sebentar lalu berdiri dari duduknya.
"Kau benar, setelah bekerja bersamamu. Tidak akan ada yang percaya dengan pernikahan ini. Jika kau ingin berubah pikiran katakan padaku sekarang" haruto.
"Tidak akan pernah ada hal yang berubah" senang jeongwoo.
"Okay, kalau begitu sampai bertemu nanti malam" setelah mengatakan itu haruto langsung berlalu pergi.
"HAH BENARKAH?!!, APAKAH ITU BENAR-BENAR NANTI MALAM" jeongwoo.
Mendengar teriakan jeongwoo membuat haruto langsung menghentikan langkahnya, apa yang sebenarnya ada dipikiran jeongwoo?. Bagaimana jika ada orang yang mendengarnya.
"Aku minta maaf, aku sangat bahagia. Lalu haruskah aku pergi kekamar?, oh atau aku harus menunggu saja dikamarmu?, sepertinya lebih baik aku pergi kesana saj...mphh" belum selesai bicara haruto langsung membungkam mulut jeongwoo.
"Jangan lakukan apapun, pergi dan tidur sianglah" haruto.
"Baiklah sampai jumpa" jeongwoo terus-terusan melambaikan tanganya sambil tersenyum lebar.
Malamnya jeongwoo sedang termenung sambil menunggu kedatangan haruto.
"Jaehyuk pikir haruto tidak akan pernah menyentuhku. Mungkin itulah alasan terbesar kenapa aku dinikahkan dengan haruto. Jika hari ini benar-benar terjadi maka tidak akan ada kesempatan untuk kembali. Itu lebih membuatku berfikir apa yang akan terjadi kedepanya" batin jeongwoo.
Jeongwoo duduk dikasur miliknya, ia telah mengenakan gaun tidur tipis yang pelayan siapkan.
Deg deg deg
"Apa aku benar-benar akan melakukan ini?".
"Bagaimana jika dia tidak datang?, bagaimana jika dia tiba-tiba merubah pikiranya?. Ngomong-ngomong bulanya bersinar sangat terang sekarang. Tiba-tiba aku teringat malam saat bertemu popo, popo telah banyak membantuku. Apakah popo baik-baik saja sekarang?, akan sangat menyenangkan jika suatu saat kita dapat bertemu lagi suatu saat. Tapi sekarang bukanya waktu untuk memeikirkan itu, apa suamiku tidak datang malam ini?" batin jeongwoo melihat pemandangan di luar kamarnya.
Ia langsung merebahkan tubuhnya sambil menggengam kedua tanganya lalu mulai berdoa.
"Ya tuhan kumohon-kumohon, kumohon biarkan malam ini berpihak padaku. Tolong buatlah suamiku yang dingin itu jadi sedikit vulgar. Tolong buatlah dia percaya dengan apa yang kukataka dan tindakan yang kuperbuat. Biarpun dia tertarik atau biarpun.........".
"Apa kau tertidur setelah memintaku kemari?" Haruto.
Mendengar suara haruto jeongwoo langsung mendudukan badanya. Dan saat ia melihat haruto, ia langsung melongo dan wajahnya mulai memerah. Karna saat ini haruto hanya mengenakan bathroob.
"Bukankah aku sudah di dalam sini, aku sangat yakin itu bukan ekspresi seorang istri yang menanti suaminya" haruto.
Apa?, sekarang jeongwoo harus menjawab apa?. Kepalanya sangat pusing sekarang, terlebih lagi melihat pemandangan di depanya ini.
"Ya untuk sesaat aku tidak menyangka kau benar-benar datang. Ini rasanya seperti mimpi haha" jeongwoo.
"Baiklah satu pertanyaan terakhir, sekali kita melakukan hal ini maka tidak akan ada jalan untuk kembali. Apa itu tidak masalah buatmu?" Haruto.
".............." jeongwoo terdiam sejenak.
"Di dunia ini kau bisa melakukan apapun jika kau serang protagonis. Maka aku akan jadi pemeran pembantu yang akan melakukan apapun unntuk bertahan hidup".
"Semuanya jadi baik saat aku bersamamu" melihat senyum jeongwoo haruto hanya bisa menghela nafasnya.
Sret....
Jeongwoo sejenak bingung dengan apa yang haruto lakukan, tapi kemudia ia tersadar setelah bathroob yang haruto gunakan sudah turun sampai ke pinggang. Memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang berotot.
Jeongwoo membeku, seumur hidupnya ia belum pernah tidur dengan siapapun. Jadi bagaimana ia harus menyikapi hal ini. Wajahnya terasa seperti akan mendidih sekarang.
Haruto semakin mendekat membuat jeongwoo langsung memalingkan wajahnya.
"Kenapa kau takut saat melihatnya?" Haruto berbicara tepat di depan wajah jeongwoo.
"B-bukan seperti itu" jeongwoo.
"Kau bergetar seperti aku akan memakanmu sekarang" haruto.
"Aku hanya sedang gugup" melihat wajah jeongwoo yang semakin memerah membuat haruto menarik pinggang jeongwoo dan mendudukan jeongwoo dipangkuanya.
"Santai ini jadi canggung karna aku juga merasakan hal yang sama" walaupun wajah haruto tetap datar, namun sejujurnya ia juga sangat gugup sekarang.
Sret....
"Oh" jeongwoo kaget karna haruto tiba-tiba menarik tali yang ada di gaunnya.
"Berhenti menggigiti bibirmu, itu adalah tugasku bukan?" Goda haruto.
"Uhmmm!!" Karna kaget bibirnya disentuh tiba-tiba membuat jeongwoo malah semakin menggigit bibirnya.
"Kenapa jadi seperti ini!!".
Bersambung...........
Haruto serem uy.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Make My Husband On My Side | Hajeongwoo
Romancecerita ini diambil dari manga yang berjudul sama "how to make my husband on my side". Dalam novel asli aku adalah penjahat yang digunakan sebagai alat politik oleh ayah dan kakaku. yang pada akhirnya aku akan mati ditangan suamiku sendiri. suamiku a...