Bab XLIV

573 66 14
                                    

Harap bijak dalam membaca















"Hmm jadi semua monster yang kau temui termasuk si naga, hanyalah monster berdada emas?. Semua monster yang berkilauan seperti emas bukanlah monster yang agresif dan mereka memiliki bermacam-macam bentuk. Sedangkan para monster bajingan bercahaya merah, mereka memiliki sifat yang buruk. Hal yang sama berlaku bagi jenis undead (mayat hidup)" Haruto.

Mendengar kata undead membuat jeongwoo teringat kembali pada kesatria tanpa kepala yang ia temui dihutan.

"Monster mengerikan yang pernah kutemui dulu memiliki hawa yang berbeda dari popo. Tidak seperti popo  aku merasa dia adalah mahluk yang sangat berbahaya, disisi lain monster yang datang mendekat padaku mereka semua adalah monster tipe hewan" batin jeongwoo.

"Saat pertama kali aku datang kemari, lalu perapianya mati dan monster yang kulihat adalah...".

"Specter, dia adalah monster tipe undead. Tapi dia bodoh dan tidak mengintimidasi" jelas haruto.

"Monster yang menariku ke dasar danau, aku merasakah hawa yang sama dari mereka. Hmm apa yang harus kulakukan selanjutnya?" Bingung jeongwoo.

Haruto terus memperhatikan wajah jeongwoo yang sedang berbicara.

"Ini pertama kalinya aku menyukaimu, tapi aku akan menyimpanya sebagai rahasia. Kau juga, kau harus menghindari kontak dengan monster untuk saat ini. Walaupun itu teman yang mengajakmu melarikan diri, mereka pasti punya sesuatu yang mereka inginkan darimu. Disilain mereka juga tidak tau apa yang sebenarnya mereka inginkan darimu" haruto.

".........".

"Kenapa?" Haruto heran saat melihat jeongwoo menatapnya dengan kebingungan.

"Tidak!" Jeongwoo.

"Aku tidak menyangka dia akan mengatakan hal itu. Jadi aku kurang paham, kukira haruto akan menganggapku sebagai penyihir juga. Atau dia akan mengira bahwa aku telah bersekongkol dengan keluargaku. Apakah karna aku berasal dari dimensi lain??, makanya aku punya kemampuan ini...." jeongwoo merasa pusing memikirkan semua hal itu.

"Apa kau ingin memberikan kabar pada keluargamu?" Mendengar itu jeongwoo langsung terdiam.

"Tidak" jeongwoo.

"Baiklah, maka sementara hal ini akan jadi rahasian diantara kita berdua" haruto menurunkan jeongwoo dari pangkuanya lalu mengandeng tangannya.

"Bagaimana dengan rekan kerjamu?" Jeongwoo.

Tap

"Mereka menggunakan pakaian yang berat jadi jangan kawatir" haruto menepuk-nepuk tangan jeongwoo.

(Pakaian yang berat : punya tanggung jawab yang berat dan bisa dipercaya).

"Apa itu, apakah benar tidak ada yang perlu dikawatirkan?" Batin jeongwoo.

"Ngomong-ngomong junghwan dan yoshi mengatakan hal yang aneh" haruto.

"Memang apa yang aneh?" Jeongwoo.

"Apa mungkin doyoung menganggumu lagi?" Haruto.

Flasback...

Saat menghilangnya jeongwoo, haruto sempat bertanya pada doyoung. Tapi jawaban yang doyoung berikan malah membuat haruto semakin emosi.

"Beberapa waktu yang lalu aku sudah mengatakanya pada nyonya...".

"Doyoung" haruto menatap tajam mata doyoung.

Melihat itu doyoung jadi ketakutan dan langsung mengalihkan pandanganya dari haruto.

Setelah pencarian jeongwoo berlangsung selama beberapa hari, mereka belum menemukan hasil juga.

"Oh ya haruto, ngomong-ngomong aku memiliki sesuatu yang harus kukatakan padamu. Pada waktu itu saat dikuil....".

"TUAN HARUTOOOO!" Junghwan tak jadi menyelesaikan kalimatnya karna teriakan yoshi.

"Saya menemukan sepatu nyonya yang satunya!" Yoshi.

Junghwan melirik sebentar ke arah wajah tampan yoshi yang dipenuhi plester.

"Hey yoshi dari mana kau tiba-tiba baru datang?, lihatlah itu luka-luka diwajahmu. Bukankah kau adalah pria yang tidak pernah mau berkelahi?" Junghwan.

"Tidak kali ini, semua ini terjadi karna apa yang telah bajingan doyoung itu katakan tentang nyonya" yoshi.

"???" Junghwan.

"Tidak-tidak!" Yoshi menggelengkan kepalanya, jika dia meneruskan ceritanya maka doyoung akan terkena masalah yang lebih mengerikan.

End of flasback.

"Apa?" Muka jeongwoo terlihat pucat dan sedikit ketakutan saat haruto menanyakan tentang doyoung.

Tanpa perlu penjelasan haruto sudah tau apa yang telah terjadi dari ekspresi jeongwoo.

"Tidak bukan apa-apa, aku menanyakan hal itu sebagai perumpamaan. Kau tidak perlu kawatir tentang urusan junkyu, pertama-tama ini adalah masalah otoritas jadi kau tidak perlu kawatir" entah kenapa melihat haruto yang seperti ini membuat jeongwoo jadi ingin berharap, tapi disisi lain ia takut jika ia akan dihancurkan oleh harapanya sendiri.

"Kenapa kau sangat yakin?, kenapa kau selalu membuatku merasa aman?. Rasanya seperti kau benar-benar ada disampingku" batin jeongwoo.











Setelah mengantarkan jeongwoo pulang haruto langsung bergegas menemui doyoung.

Brakk...

"Doyoung".

Doyoung memundurkan badanya dengan ketakutan.

"Sebenarnya apa yang telah kau lakukan. Apa kau tau jika kau telah membuat banyak sekali keributan disekitarku. Apa yang kau tunjukan pada istriku?. Perlakuan arogamu, apa kau pikir aku tidak tau?" Bisik haruto pada telinga doyoung.

"I-itu-itu" doyoung.

"APA?" haruto mencengkram wajah doyoung dengan kuat, lalu mengangkat wajah doyoung agar bertatapan langsung denganya.

"Katakan dengan jelas sebelum aku merobek mulutmu itu" haruto.

"Y-ya saya tidak tau, a-aku apa yang sudah kulakukan..." doyoung masih saja tidak mau mengakui kesalahanya. Dan itu adalah kesalahan terbesar yang doyoung lakukan.

Haruto melepaskan cengkramanya, tanganya mengepal di bawah sana. Doyoung pikir dirinya sudah selamat namun.

Bughh...

Haruto memukul wajah doyoung sampai-sampai tubuh doyoung terlempar ke arah samping.

"Dengarkan ini dengan jelas, sekali lagi kau berkeliaran disekitar istriku..".

"Uhuk-uhuk coughh..." doyoung.

"Aku akan menghabisimu".






























Bersambung......

Kalo kata saya mah mending kamu diem aja deh doy. Daripada dihantam lagi sama pak tono😌.

 Daripada dihantam lagi sama pak tono😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



How To Make My Husband On My Side | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang