Bab XXX

662 51 8
                                    

Harap bijak dalam membaca










"Mengambil benda tajam yang menyangkut pada sepatuku, sebenarnya apa yang kau rencanakan?" Batin jeongwoo.

"Sepertinya ini jus delima" yoshi.

"Patung ini terlihat sepertiku yang sedang mimisan, ya kau bisa saja tertawa. Tapi sebenarnya aku mengatakan hal itu bukan untuk ditertawakan" Jeongwoo masih malu mengingat kejadian saat ia mimisan didepan haruto.

"Haha sebenarnya kadang-kadang saya merasa kasihan pada patung batu ini. Semua paladin magang erendil mengadakan upacara setidaknya sekali. dan mereka pasti pernah mimisan sambil berdiri diam seperti ini" yoshi.

"Ya?, apa kau mengatakan mereka harus tetap diam?" Jeongwoo.

"Itu semua karna kau mempekerjakan tubuhmu diluar batas wajar. Tapi itu membuktikan bahwa kau menjadi lebih kuat. Orang-orang yang membual dan membuat keributan, mereka semua akan dipukul dan memulai dari awal lagi. Paladin yang sesungguhnya tidak akan pernah menyombongkan diri" bangga yoshi.

"Tapi katamu laki-laki itu (haruto). Kau bilang bahwa dia itu arogan?" Batin jeongwoo.

"Apa kau berbicara tentang proses pelatihan awal?" Jeongwoo.

"ya dalam proses perpaduan stamina dan ilmu pedang yang tepat, yang merupakan kondisi penting bagi seorang paladin....." belum selesai yoshi berbicara ada seseorang yang memotongnya.

"Tuan jeongwoo".

"Oh uskup agung?" Jeongwoo.

"Terimaksih telah menghadiri acara amal kami. Tunggu, tidak maukah anda jalan-jalan bersama saya?".

Jeongwoo melirik ke arah haruto.

"Sepertinya haruto sedang pergi kesuatu tempat" batin jeongwoo.

"Kalau begitu aku akan pergi duluan tuan yoshi" jeongwoo.

"Baiklah" yoshi hanya bisa terdiam sambil memegang tiga cangkir gelas dengan gemetaran, karna jujur saja gelas-gelas itu sangat berat.














"Aku pikir aku harus menjaga jarak dari kuil jika memungkinkan. tapi tidak  buruk juga untuk mengamati sambil menjaga hubungan pada jarak yang masuk akal. Mungkin aku dapat menemukan petunjuk siapa disini yang memiliki hubungan dengan jaehyuk" jeongwoo.

"Sebenarnya saya mengira jika anda akan langsung berkunjung ke kuil setelah sampai di erendil".

"Itu...".

"Aku tau jika keadaan anda sempat tidak memungkinkan. Anda merasa tidak enak dan juga anda harus mengerjakan ini dan itu. Padahal istrinya bukan satu-satunya orang yang harus melakukan semua itu".

"Sebenarnya apa yang mau kau katakan?" Heran jeongwoo, karna sedari tadi uskup terus memutar-mutar omonganya.

"Tuan haruto adalah orang berbakat yang juga saya dukung, tapi kadang kemarahanya perlu dikendalikan".

"Pernahkan saya diabaikan?, tolong bersikap baik pada saya seperti anda memperlakukan suami saya" sindir jeongwoo.

"Sepertinya dia sedang membicarakanku ya?" Batin jeongwoo.

"Seperti yang diharapkan dari malaikat sistina. Memiliki rasa kerendahan hati dengan kemurahan hati yang tak tertandingi".

"Ahaha jangan berkata seperti itu" jeongwoo.

"Melihat ikatan kusus diantara kalian berdua. Itu benar-benar sebuah kehormatan. Tapi semoga kalian beruntung, jika sesuatu yang sulit untuk ditanggung terjadi. Anda boleh datang kemari kapan saja tanpa memerlukan izin. Karena pedang besar erendil tidak akan mengkhianati rahmat roh suci".

How To Make My Husband On My Side | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang