Harap bijak dalam membaca
"Nyonya aku membawakanmu pil pereda nyerinya" luci (pelayan pribadi jeongwoo).
Jeongwoo mengangguk lalu meminum pil yang luci berikan.
"Luci tolong panggilkan wony untuku, okay?" Jeongwoo.
"Beliau tidak ada diluar, sepertinya beliau sudah berangkat ke pestanya" luci.
"Ah jadi begitu, baiklah terimakasih" luci nampak sedikit kawatir melihat wajah pucat jeongwoo.
"Baiklah permisi" luci meninggalkan kamar jeongwoo.
"Apa yang harus kulakukan?, dia bilang aku orang gila. Jika aku memberikan sapu tangan ini padanya. Apa dia akan memberikan ini pada haruto?".
Jeongwoo menatap sapu tangan yang ia buat.
"Walaupun dia marah padaku tapi bukankah dia sudah berlebihan sampai tidak memperbolehkanku datang kepestanya?. Tapi.....bagaimana jika yang dikatakan kepala pelayan benar?" Batin jeongwoo cemas.
"Hah tapi jika itu haruto, maka memang mungkin seperti itu" ia tersenyum pahit sambil mengelus-elus hasil sulamanya.
"Aku ingin percaya bahwa ini bohong, tapi bagaimana jika dia melakukan semua ini untuk memutus semua perasaanya padaku?".
Tik tok tik tok tik.........
Suara jam yang terus berputar membuat kepala jeongwoo semakin pusing.
"Bukankah ini terlalu berlebihan untuku?, bahkan ini hampir waktunya untuk pesta" jeongwoo.
"Pelayan itu pasti bilang pada wonyoung aku sedang tidak sehat, jadi aku tidak bisa datang ke pestanya. Ngomong-ngomong memang benar aku sakit, tapi aku tidak bisa berdiam diri seperti ini saja".
Krincing......
Jeongwoo membunyikan bel yang ada disampingnya.
Creak........
"Apa anda memanggil saya?" Luci.
"Bisakah kau membantuku?. Pestanya hampir dimulai, aku juga ingin berada disana" jeongwoo tersenyum manis pada luci.
"Tapi nyonya aku diberitahu un..." jeongwoo langsung memotong perkataan luci.
"Kau hanya perlu membantuku berganti pakaian, aku sudah lama berada di dalam kamar sendirian dan aku mulai merasa frustasi sekarang. Aku hanya ingin keluar untuk bersantai sejenak dan aku akan segera kembali" jeongwoo menyelipkan perhiasan ditangan luci.
"Kumohon okay?" Luci sedikit ragu, tapi saat ia menatap perhiasan yang begitu berkilau ia langsung menghela nafas dan menganggukan kepalanya.
15 menit kemudian......
Luci mengantarkan jeongwoo sampai ke lorong luar kamar.
"Nyonya anda hanya boleh keluar sebentar lalu segeralah kembali kemari" luci.
"Aku tau, aku tau" setelah itu jeongwoo pergi sambil melambaikan tanganya pada luci yang merasa cemas.
"Hah misi berhasil" tanpa luci ketaui jeongwoo menyelipkan hadiah yang ingin dia berikan pada haruto di gaun yang ia pakai.
Jeongwoo berjalan menuju halama belakang tempat pesta ulang tahun haruto dirayakan.
"Bagus sekarang aku hanya perlu memberikan hadiah ini padanya dan kembali ke kamar" jeongwoo.
Clatar......JDERRRR
"WAAAA!!, hah yang benar saja" baru saja jeongwoo senang, sekarang ia harus menghadapi masalah baru. Tiba-tiba turun hujan yang membuat seluruh gaunya basah.
Tap tap tap
Walaupun kedinginan tapi jeongwoo tetap melanjutkan misinya.
"Bahkan air saja tidak berpihak padaku. Hah sekarang hadiahnya jadi basah semua" jeongwoo.
"Wow bukankah ini berita bagus, sekarang hari ulang tau siapa hah?".
Mendengar itu jeongwoo menghentikan langkahnya dan berdiri diambang pintu masuk.
"Kenapa semua orang ini terlihat bahagia?" batin jeongwoo.
Lagi-lagi jeongwoo menatap hadiahnya .
"Aku menyiapkan hadiah ini dengan susah payah tapi....".
"Itu tidak terlihat sesulit itu" seketika tubuh jeongwoo tersentak.
"Ayolah apa kau harus mengabaikan perhatian orang-orang sekeras itu" junkyu.
Jeongwoo yang sedari tadi semangat, mulai kehilangan semangatnya. Ia menatap junghwan, haruto dan junkyu yang sedang tertawa bahagia disana seperti tidak ada yang aneh. Wajah jeongwoo langsung berubah datar.
"Aku kan sudah pernah bilang padamu tuan, jangan bersikap baik padanya haha" junghwan.
"Hah omong kosong" haruto.
Tes tes tes........
Air hujan yang membasahi rambut jeongwoo menetes ke wajahnya yang telah dirias dengan cantik oleh luci.
"Hahahah".
Jeongwoo memundurkan badanya lalu menutup pintu masuk itu. Hatinya sakit melihat semua orang bahagia bahkan seperti menganggap jeongwoo itu tidak pernah ada didunia ini.
"Aku hanya tamu yang tidak diundang. Jika aku muncul seperti ini, aku akan lebih dibenci lagi".
Tap tap tap........
Jeongwoo mulai berjalan menjauh dari aula pesta.
"Aku bekerja keras walaupun sedang sakit. Haha lagipula hadiah ini sudah rusak" jeongwoo teringat hadiah yang diberikan junkyu pada haruto. Sebuah kalung permata berwarna ungu yang sangat cantik dan berkilau. Lalu lihatlah sekarang sapu tangan cantiknya yang telah basah kuyup.
"Hah bagaimana aku bisa memberikan ini setelah melihat hadiah itu?" Sedih jeongwoo.
"Achoo.....ah hujanya sudah berhenti" jeongwoo sedikit melamun sambil menatap langit-langit.
"Tapi tempat apa ini??" saat jeongwoo mengawasi sekitar ia tidak sadar ada orang di depanya.
"Akhh".
"Sepertinya bahuku akan patah, hah siapapun itu mari kita lari terlebih dahulu" batin jeongwoo.
"Nyonya, apa anda baik-baik saja?" Doyoung.
Mendengar suara itu jeongwoo langsung terdiam ditempatnya.
"Ah suara ini lagi, sangat menganggu".
"Terserah jika kau mau mengumpat padaku" jeongwoo.
"Apa?" Kaget doyoung.
"Aku tau jika semua orang membenciku, jadi kau tidak perlu menyanyikan lagu itu lagi. Kau bisa saja langsung memakiku" jeongwoo.
"N-nyonya apa yang anda maksud" panik doyoung.
"Sebenarnya aku sangat ahli dalam menebak. Aku tidak akan berambisi, aku akan hidup seperti serangga mati. Jadi kau tidak perlu kawatir" jeongwoo.
Setelah mengatakan itu jeongwoo membalikan badanya, meninggalkan doyoung yang kebingungan dengan mulut terbuka.
"Apa ini karna aku merasa terlalu sakit?, kenapa aku tiba-tiba menangis seperti ini?!" Kesal jeongwoo.
Saat jeongwoo menatap kedepan ia baru tersadar jika ada orang lain selain ia dan doyoung. Dan mereka adalah haruto, junghwan dan yoshi.
"Hah kenapa mereka semua ada disini?".
Bersambung.................
Kasian digantung mulu hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Make My Husband On My Side | Hajeongwoo
Romansacerita ini diambil dari manga yang berjudul sama "how to make my husband on my side". Dalam novel asli aku adalah penjahat yang digunakan sebagai alat politik oleh ayah dan kakaku. yang pada akhirnya aku akan mati ditangan suamiku sendiri. suamiku a...