Bab XXXIII

551 58 9
                                    

Harap bijak dalam membaca















"Luka karna kebiasaan muntah. Jika aku tidak melihatnya secara dekat tidak mungkin aku tau jika itu terluka. Jika dia sampai tau aku memiliki luka ini, apa dia mempuanyai pengalaman yang serupa?" Batin jeongwoo.

"Mungkin saja itu buka aku, wony?. Lalu siapa yang sebenarnya kau pikirkan saat itu?".





Pagi harinya saat sarapan suasana diantara jeongwoo dan wonyoung terasa sangat canggung. Mereka berdua makan dengan jarak yang sangat jauh dan sedaritadi hanya diam saja tanpa sepatah katapun.

"Uh apa yang harus kulakukan?. Aku tidak tahan lagi, aku harus keluar dari sini dengan cepat!" Batin jeongwoo.

"Aku pergi duluan" jeongwoo.

"Ah baiklah" wonyoung.

Saat jeongwoo akan membuka pintunya wonyoung langsung menghentikanya.

"Jeongwoo kuil mengirimkan permintaan untukmu, bagaiman jika pergi bersama?" Wonyoung.

"Apakah uskup agung ingin bertemu denganku?. Ini pasti ada hubunganya dengan kejadian keracunan yang menimpa junkyu".

"Ya tidak perlu wony" jeongwoo tetap tersenyum seperti biasa.

Brak...

Setelah kepergian jeongwoo. Wonyoung langsung memasang raut wajah sedih.



Saat diperjalanan jeongwoo terus kepikiran banyak hal.

"Tapi bagaimana jika ini semua adalah rencana jaehyuk?. Jika itu benar berarti memungkinkan bahwa uskup agung adalah mata-mata. Jika itu terjadi berarti dia telah mengambil bagian pekerjaanya dengan baik. Hah ntahlah aku tidak tau lagi, aku akan tau saat bertemu secara langsung".

Saat jeongwoo tiba suasana disana sangat sepi, mungkin itu semua karna kejadian yang menimpa junkyu?.

"Padahal belum lama ini aku datang kemari bersama haruto tapi rasanya jauh sekali. Pria itu....apa dia disini?, semenjak kejadian kemarin dia belum menunjukan kelakuan jahatnya padaku lagi. Jika aku masuk dan berjalan begitu saja pasti aku akan bertemu denganya. Mari kita berhati-hati..." saat jeongwoo mengendap-endap, ternyata benar ada orang lain disekitarnya.

"Doyoung".

"Aku benar-benar tidak tau apa-apa, mereka-mereka tidak melihatku kan?!" Panik jeongwoo, ia lalu bersembunyi dibalik dinding.

"Kakakmu apa dia baik-baik saja sekarang?" Yoshi.

"Apakah ini memungkinkan yoshi untuk ada disini juga?".

"Apa kau tidak bisa melihatnya?!" Doyoung.

"Kalau begitu kau harusnya duduk disamping kakakmu, apa yang mau kau lakukan diluar sini?, padahal kau adalah orang yang bahkan tunduk pada masa percobaanya" sindir Yoshi.

"Tutup mulutmu!!, jika itu kau. Apa kau bisa diam saja melihat mulut saudaramu penuh dengan darah?" Marah doyoung.

"Oh?, aku kan belum mengalaminya. Tapi jika aku mengalaminya aku tidak akan menyalahkan semua itu pada orang yang belum terbukti bersalah!" Yoshi.

"Sekarang semua kata-kata itu terdengar seperti sedang membicarakanku" batin jeongwoo, masih terus menguping.

"Orang yang salah?!" Doyoung.

"Ya jika ayahmu tidak datang saat itu kau hanya akan dapat berhayal menjadi seorang paladin seumur hidupmu. Apa kau tidak memikirkan itu?" Yoshi.

"Apa kau pikir aku seorang pengecut sepertimu?!. Apa yang salah dengan anak paus, paus bajingan dan apalah itu. Bilang pada mereka semua untuk pergi dari sini!!. Sebenarnya apa yang bisa dilakukan babi busuk itu?!!" Doyoung.

"Aku belum pernah melihat orang mengutuk di depan taman kuil seperti ini. Hah berhentilah berhalusinasi dan mulailah latihanmu. Jangan lupakan bahwa beliau adalah putri dari omarta" yoshi.

Doyoung yang mendengar itu jadi semakin murka.

"Jangan katakan itu, BERTINGKAH SEOLAH-OLAH POLOS. DASAR BORGIA KOTOR!!. Bagaimana bisa kau berpura-pura polos dan mencoba untuk bersaing dengan saudaraku?!" Doyoung.

"Kau ini benar-benar!" Habis sudah kesabaran yoshi, ia tak terima jeongwoo dijelek-jelakan seperti itu.

Yoshi lalu menarik kerah baju doyoung.

"Ada apa?, apa aku salah. Haha lain kali lihatlah wajah yang memuakan itu".

Cukup, jeongwoo tidak bisa mendengarnya lagi. Apa hidupnya memang seburuk itu?. Apa dia hadir di dunia ini sebagai kutukan untuk orang-orang. Sudah ia tidak kuat untuk mendengar semua kata-kata doyoung.

Hah hah

Tap tap tap

Dengan tergesa-gesa jeongwoo menuruni anak tangga. Kepalanya terasa sangat berat dan pusing, nafasnya terasa berat.

"Kenapa aku harus berusaha sekeras ini?. Aku tidak ingin melakukan apapun lagi" jeongwoo bersembunyi di semak-semak yang ada di luar kuil.

"Jika disini tidak akan ada yang melihatku".

"Mari tetap seperti ini untuk beberapa menit. Setelah itu aku harus kemana?. Apakah masih ada tempat untuku pergi?. Ini menyakitkan, seluruh badan dan pikiranku" disaat-saat sepeeti ini ia teringat pada haruto.

"Kenapa?, kenapa kau harus baik padaku?. Kenapa kau begitu murah hati?. Kenapa kau bisa mempercayaiku?, kenapa kau melindungiku?. Kenapa kau bersikap berbeda dari semua orang yang pernah aku temui?. Kau malah membuatku semakin berharap".

"Po po po!!".

"Suaran ini, tidak mungkin kan?" Batin jeongwoo.

"Po!".

"Popo!!" Jeongwoo.

Mendengar namanya dipanggil popo langsung merentangkan tanganya ke arah jeongwoo.

"Popo daerah ini dekat dengan kuil, berbahaya jika kau ada disini. Apa kau datang kemari untuk melihat keadaanku?" Jeongwoo.

"Po" popo menganggukan kepalanya.

"Popo...." jeongwoo jadi terharu.

"Tapi  badanku rasanya sangat sakit sekarang" jeongwoo.

"Po?".

"Bagaimanapun rasanya menyenangkan dapat melihatmu seperti ini" tanpa jeongwoo sadari ia kembali mimisan.

"Po!!" Melihat itu dengan cepat popo mengendong jeongwoo dan membawanya pergi masuk ke dalam hutan.

"Apa?, popo apa kau mencoba untuk membawaku pergi bersamamu?" Jeongwoo.

"Po!".

Jeongwoo melihat ke sekeliling sebentar.

"Ya jika aku menghilang pasti semua orang akan menyukainya" jeongwoo tersenyum pahit mengetahui fakta itu.

Setelah itu jeongwoo mengeratkan pelukanya pada tubuh popo dan memejamkan matanya.

"Mari pergi popo".
























Bersambung........

Mampus bininya diculik siluman🤣.

Popo be like: sory bini lu gua aja yang urus, lu kagak becus soalnya😌.


How To Make My Husband On My Side | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang