Bab 7 : Premannya Baik

1.7K 69 3
                                    

Pandangan mata Zervano masih terus tertuju pada Layar ponselnya yang menampakkan room chat.

Zervano itu memilih untuk mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam saku celana seragamnya berniat untuk bangkit dari posisinya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zervano itu memilih untuk mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam saku celana seragamnya berniat untuk bangkit dari posisinya sekarang. Berjalan Keluar area Rooftop dan berjalan ke arah belakang sekolah.

Zervano Berencana membolos

Tatapan Zervano kali ini menatap ke arah tembok tinggi di belakang sekolah yang kira kira sekitar 2 meter itu. Kali ini ia akan membolos seorang diri karena Naren dan Arsen sedang ada ulangan harian di kelas sedangkan Morghan tidak berangkat karena acara keluarga dan Athala sedang sakit.

Remaja itu melihat sekeliling dengan cemas takut ada yang melihatnya. Tapi setelah merasa bahwa dirinya aman, Zervano segera melompat dan menaiki tembok tinggi dengan sangat mudah. Bagaimana tidak mudah tinggi Zervano saja 180 Cm hanya berbeda 20 Cm dari tembok itu.

Hap ...

Hanya dengan hitungan detik, Zervano sudah mendarat dengan aman dengan posisi berjongkok. Zervano sedikit merasa beruntung karena tidak ada satupun orang yang melihatnya.

"Tapi gimana kalo Guru Kumis itu liat gue dari CCTV?" gumam Zervano dengan posisi yang masih terjongkok. Guru Kumis ? Siapa dia? Sudah pasti yang Zervano maksud itu Guru BK yang menghukum Zervano kemarin.

"Bodo amat lah, emang gue peduli." monolog Zervano yang langsung bangkit dari posisinya dan berjalan dengan santai menuju ke salah satu Warung di belakang sekolah yang selalu menjadi tempat berkumpul para Anggota PASJA UTAMA.

Zervano yang baru saja akan masuk ke dalam warung seketika pandangan teralih ketika mendapati sosok gadis berseragam sekolah baru saja keluar dari Angkot.

Alis Zervano mengerut. Apa gadis itu membolos pelajaran?? Kenapa bisa dia keluar dari Angkot?

Zervano baru saja akan melangkahkan kakinya menuju gadis itu seketika terhenti ketika melihat ada seorang guru Berkumis tebal sedang mondar mandir di depan gerbang sekolah. Tatapan remaja itu beralih ke arah Gadis tadi dengan tatapan cemasnya.

"Ngapain coba tuh cewek pake bolos segala?! " gerutu Zervano dengan kesal sambil meraih ponselnya untuk menelfon gadis itu.

🌱

Sedangkan Sekarang, Aruna masih dengan wajah sendunya berjalan sambil menunduk setelah pulang dari makam sang kakak dengan naik angkot tadi. Aruna menghentikan langkahnya ketika sebuah dering telfon dari saku roknya berbunyi.

"Kak Zervano? Ngapain kak Zervano telfon gue ? Masa iya dia salah pencet?" gumam Aruna tapi juga tak urung untuk mengangkat sambungan telfon itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Zervano? Ngapain kak Zervano telfon gue ? Masa iya dia salah pencet?" gumam Aruna tapi juga tak urung untuk mengangkat sambungan telfon itu.

"Halo Kak?"

"Terus jalan lurus, jangan lewat gerbang depan."

Alis Aruna mengerut, jelas Aruna bingung. "Maksud Kak Vano?"

"Lo kalo mau bolos bisa pinteran dikit gak?!"  ucap Zervano dengan nada kesal.

"Hah? Kakak ngomong apa sih?? Aku ga ngerti kak!!"

"Liat ke gerbang depan."

Setelah mendengar hal itu Aruna menolehkan Pandangannya ke arah Kiri yang mana manik matanya bertemu dengan Manik mata seorang guru Pemilik kumis tebal dengan sebuah rotan di tangan kanannya, nampak seram.

"Kak? Pak Budi udah liat akuuu." ucap Aruna cemas.

"Ikuti arahan gue."

"Lo lari ke arah belakang sekolah, gue ada di sini." Ucap Zervano setenang mungkin. 

Pandangan Aruna beralih pada arah ke samping Kiri yang mana tatapannya langsung bertemu dengan Manik mata sosok orang yang tengah bertelfonan dengannya saat ini. Aruna sedikit menyipit ketika melihat Zervano melambaikan tangannya tipis ke arahnya. Dengan seketika Zervano mematikan sambungan telfon dan menetapkan fokusnya pada Aruna.

"ARUNA?" teriak Guru tadi dengan garang yang membuat Aruna terkejut dan dengan segera berlari sekencang mungkin menuju ke arah Zervano berdiri sekarang.

"ARUNA, JANGAN LARI KAMUU!!" ucap Guru tadi dengan emosi penuh dan berniat untuk mengejar Aruna hingga ke tengah Jalanan.

Aruna menghampiri Zervano dengan wajah takutnya dan setelah hampir sampai di depan Zervano dengan cepat Zervano menarik tangan Aruna untuk ia ajak lari dan kabur dari kejaran Pak Budi sang guru BK yang saat ini masih terus mengajar meraka dengan langkah yang cukup cepat tapi juga tidak begitu cepat, setara kekuatan orang tua berlari saja.

🌱

"Kak Vanoo tungguuu." ucap Aruna sambil menghentikan langkahnya Zervano. "Aku capek kak. Tunggu bentar,  capek banget aku." Aruna berucap sambil menghela nafas beberapa kali untuk menormalkan nafasnya karena lelah berlari.

"Ayo dong Runa, emangnya lo mau dapat hukuman dari pak Budi ?" Tanya Zervano yang di balas gelengan kepala oleh Aruna. "Ya udah ayok."

"Tapi aku capek kak." ucap Aruna dengan malas.

"Ayok." ucap Zervano lembut sambil mengenggam tangan Aruna dan mengajaknya kembali berlari ketika melihat Pak Budi berada pada jarak 5 meter di belakangnya.

"JANGAN LARI KALIAN BERDUA!" teriak Pak Budi yang membuat Kedua Remaja itu kembali berlari.

Cukup jauh hingga Zervano yang merasa juga lelah memutuskan untuk bersembunyi di sebuah gedung terbegkalai yang tak jauh dari jalannya saat ini.

Keduanya bersembunyi di balik tong bekas yang terlihat sudah berkarat dengan posisi keduanya berjongkok dengan saling berhadapan.

"Kak Vano yakin kita bakal aman di sini??" tanya Aruna sambil menstabilkan nafasnya.

"Semoga Aja."

"ARUNA? VANO? DIMANA KALIAN?" teriak Pak Budi yang berhenti tepat di pinggir jalan. Aruna yang mendengar suara gurunya itu langsung menundukkan kepalanya di depan Zervano karena takut Pak Budi akan melihat dan dengan Segera Tangan Zervano ikut memegangi kepala Aruna hingga membawa kepala Aruna tepat di depan tubuhnya.

Langkah Pak Budi semakin dekat, hingga Aruna dengan perlahan semakin mendekat ke arah Zervano. Aruna Sedikit tersentak ketika sadar posisinya dengan Zervano sangat dekat bahkan kepala Aruna sudah hampir bertumpu pada bahu Zervano dengan hidung yang berjarak beberapa centi dari Leher Zervano.

Zervano sedikit menegang karena posisi ini, tapi sebisa mungkin ia terlihat biasa saja. Zervano perlahan menolehkan pandangannya ke belakang untuk melihat keberadaan Pak Budi sedangkan Aruna secara perlahan menjauhkan kepalanya dari tubuh remaja lelaki di depannya tadi.

Zervano menundukkan kepalanya ketika sadar Pak Budi akan menoleh ke arahnya dan hak itu refleks membuat Aruna ikut menunduk hingga beberapa saat kemudian kedua baru sadar jika keduanya tengah pada posisi saling berhadapan satu sama lain dengan mata yang terus beradu.

5 detik ..

10 detik ..

"Kak?"

🌱

Next >>

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang