Arsenal memarkirkan motor besarnya dengan tak sabaran di parkiran tepat didepan sebuah gedung gelap yang terlihat penuh dengan orang orang, bahkan bau aroma Alkohol langsung menyeruak di berbagai tempat gelap namun ramai itu.
Arsenal terus berlari kesana kemari mencari keberadaan Seseorang yang beberapa waktu lalu sempat menelfonnya melalui sambungan telfon.
Pandangan cowok itu terus menajam mencari seseorang yang mungkin saat ini tengah berada di banyaknya kerumunan manusia manusia berdosa di tempat ini.
"Van, Lo dimana sih??" gumam Arsenal dengan suara paraunya.
Tangannya bergerak untuk merogoh saku celananya untuk meraih ponsel menghubungi salah satu sahabatnya.
"Gan? Datang ke Bar sekarang, bantu gue cari Vano." ucap cowok itu dengan panik.
"Otw sekarang. "
Tut.
Pandangan cowok itu terus mengedar sambil sesekali memanggil nama seseorang yang saat ini tengah ia cari.
"Vano?!"
"Zervano?!"
"Van?! Lo dimana sih Van."
Langkah cowok itu terhenti ketika matanya tak sengaja menangkap seseorang yang duduk tak jauh dari tempatnya. Remaja itu adalah Sahabatnya, Zervano.
Arsenal terus berjalan mendekat hingga langkahnya terhenti di samping sahabatnya itu. "Vano?" panggil cowok itu sambil menepuk Bahu sahabatnya. "Van lo ngapain di sini??" tanyanya dengan sendu.
Arsenal terus menatap wajah sahabatnya yang sudah terlihat memerah karena minuman yang ada di depan sahabatnya itu yang sudah pasti aroma yang menyengat dari minuman itu bisa Arsen kenali, Alkohol.
"V-van??" panggil Arsen dengan berhati hati. "Kita pulang ya?"
"Pulang?" Zervano sedikit terkekeh. "Pulang kemana yang lo maksud?" tanya cowok itu sambil menatap wajah Arsenal yang tengah menatap wajahnya dengan sendu. "Gue gak punya rumah, jadi gue harus pulang kemana anjing? Huh?!"
"GUA HARUS PULANG KEMANA??!" sentak cowok itu dengan matanya yang memanas menahan air bening yang masing mengenang di pelupuk matanya. "Gue gak punya rumah Sen, gue gak punya." ucapnya lirih namun juga terdengar sangat menyakitkan.
Arsenal hanya diam melihat sahabatnya yang masih mengeluarkan kata katanya yang mungkin terdengar tajam tapi ia juga harus bisa menahan semua ungkapan amarah pada sahabatnya itu.
"Kita pulang sekarang, lo lagi gak baik baik aja Van." ucap Arsenal dengan tangan yang bergerak untuk menarik lengan Zervano yang masih terduduk di kursi dengan tatapan sayunya.
Merasa sedikit kesal dengan apa yang di lakukan oleh Arsen, cowok itu langsung menepis Tangan sahabatnya dengan kuat. "Kenapa lo peduli sama gue?"
Deg..
"Van? Kita pulang sekarang, lo makin ngaco tau gak kalo ngomong." jawab Arsenal dengan perasaan yang mulai kesal.
"Ngaco? Pertanyaan gue gak ada yang salah kan? Kenapa lo peduli sama gue?" tanya Zervano mengulangi pertanyaannya tadi.
Arsenal menghela nafasnya beberapa kali menetralkan deru nafas yang berat karena kesal. "Okey, lo tanya sama gue, kenapa gue peduli sama lo? Iya kan? gue bakal jawab sekarang."
Arsenal menghentikan ucapannya sejenak. Langkah cowok itu mulai mendekat ke arah Zervano dengan tatapan tajamnya. "Gue peduli sama lo karena gue males ngeliat Manusia Lemah kaya lo masih berani berpijak di bumi. Kalo gue merasa lo bukan lagi Manusia Lemah, gue juga gak akan peduli sama lo njing!!?" ungkap Arsenal tajam dengan tangannya yang mengepal dan memukul kuat bahu cowok di depannya.
"Jadi gue Mau, Lo berubah Van!!? Jangan jadi Manusia Sampah kaya gini begok!!!? LO PEMIMPIN BESAR PASJA UTAMA!! dan seorang pemimpin gak pantas untuk jadi Manusia Lemah kaya gini." ucapnya lagi dengan penuh penekanan.
Senyuman smirk langsung muncul di bibir tebal milik Zervano dengan tatapan yang tajam serta wajah keangkuhan yang dulu sering Arsenal lihat kini dengan jelas kembali cowok itu lihat.
"Apa yang akan lo lakuin kalo gue bener bener berubah, Arsenal Putra Pandhawa?" tanya Zervano dengan suara dinginnya.
Deg..
Sejenak tubuh Arsenal menegang mendengar pertanyaan sahabatnya itu, entah kenapa ia merasa bahwa sosok itu kembali pada raga seorang Zervano Aregas Bumantara.
"Perubahan apa yang paling lo inginkan dari gua?" tanya Zervano lagi dengan datar yang membuat Arsenal memejamkan matanya rapat sambil menggelangkan kepalanya seakan merutuki kebodohan atas apa yang ia ucapkan pada Sosok di depannya.
"Perubahannya yang kaya gimana Sen?? Kesalahan apa yang perlu gue ubah supaya gue bisa jadi Sosok Zervano yang kalian mau? Hum? Gue gak tau dimana letak benar dan salahnya gue di hidup kalian semua, jadi apa yang harus gue ubah? Sikap, sifat, kepribadian, atau... pemikiran gue?"
Arsenal sukses di buat terdiam dengan kata demi kata yang keluar dari mulut Zervano. Entah kenapa ia menjadi merasa bersalah dengan sahabatnya itu.
"Gua juga gak mau kayak gini Sen, gue juga gak mau jadi Manusia lemah seperti yang lo bilang tadi, tapi kenyataannya emang gitu kan?"
"Van maksud gue...
"Lo bener, gue emang Manusia Sampah yang cuman bisa berlindung di balik kata 'Pemimpin Besar PASJA UTAMA' . Yang orang tau, Zervano itu sosok yang hebat, sosok yang keras dan orang paling brandal karena dia ketua geng tawuran ... " ucap Zervano terhenti sejenak dengan Matanya yang mulai memanas.
... Tapi pernah gak? Sekali aja mereka berpikir, kenapa Zervano bisa jadi seperti ini? Enggak!! Sama sekali gak pernah mereka pikirkan!!! Karena yang ada di pikiran mereka itu cuman tentang bagaimana hebatnya sosok Zervano, tanpa pernah meraka berpikir tentang seberapa sampahnya sosok Zervano di belakang mereka!!" Ucap Zervano dengan mengebu gebu.
"Ketua Geng Tawuran itu juga manusia Sen!! Gue manusia, Gue gak bisa terus terusan jadi orang hebat di depan kalian semua, gue gak sehebat dan gua gak bisa untuk selalu menjadi orang hebat seperti yang kalian mau!!? GUA GAK BISA BANGSAADD!?" Sentak cowok itu yang langsung berlalu Dari tempat itu dengan air mata yang mengenang di pelupuk matanya.
Sedangkan Arsen masih terdiam di tempatnya Dengan mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Sahabatnya tadi.
Zervano masih dengan mata yang memanas membiarkan dirinya hanyut dalam pikirannya sendiri dengan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi membelah keramaian di jalan raya Kota Jakarta malam ini.
Pikiran Pikiran itu mulai berdatangan di bayangannya hingga setetes air mata itu menetes di pipinya hingga air itu terus meluruh secara bergantian dengan deras. Karena merasa sudah tak kuat cowok itu menghentikan motornya di tepi jalan yang cukup sepi.
Ia turun dari atas motornya dan langsung terduduk di trotoar dengan helm yang ia letakkan di sampingnya dengan kasar. Pandangan cowok itu memburam, air matanya terus membasahi pipinya bahkan juga mengenai sepatunya beberapa kali.
Cowok itu menundukkan kepalanya dengan cepet ketika beberapa mobil melaju di depannya, entah kenapa malam ini ia ingin sekali meluapkan segala emosinya yang selama ini tertahan, ia ingin segera melupakan semua ini, ia ingin segera bebas dari bayang bayang dari dunia hitamnya yang setiap harinya selalu mempu menyiksanya dengan luka yang semakin harinya semakin terasa sakit dan menyesakkan.
"Gue pengen mati." ucap cowok itu lirih.
🍂
Jangan lupa untuk Vote dan Comment ya!!!
Tim Happy End or Sad End ??Ig: masr.officialwp
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERVANO : [ END ] ✔
Teen Fiction[ Pasja Utama Series 1 ] □□□ "Duniaku udah hancur Aruna, kamu gak akan kuat sama lukaku." ucap Zervano. "Aku akan jadi rumah buat kamu Zervano." jawab Aruna. □□□ Zervano Aregas Bumantara, Seorang Remaja lelaki berusia 18 Tahun, dengan jabatannya se...