Bab 16 : Tatapan Meremehkan

1.1K 47 8
                                    

Morgan sedikit menguap karena sedari tadi terus mendengarkan guru Sejarah bercerita soal masa penjajahan dahulu hingga masa kemerdekaan bangsa Indonesia. Bukannya tak menghargai tentang kisah perjuangan pahlawan tapi jika kalian tau, mendengarkan cerita sejarah itu adalah hal yang sangat membosankan bagi sebagian siswa.

Sejak SD sudah mempelajari bahkan SMP juga sudah sering mereka mendengarkan pembelajaran ini di mata pelajaran IPS dan PPKN dan sekarang SMA juga ada di pembelajaran Sejarah.

Morgan menatap ke arah Samping kirinya yang mana terdapat sosok Naren yang tengah tertidur dengan santainya di atas meja dengan lengan yang menjadi bantalan. Cowok itu melirik ke arah Samping kanannya yang mana terdapat Sosok Athala yang tengah sibuk mencatat di buku tulisnya bersamaan dengan guru sejarah yang berbicara.

Beralih ke belakang yang juga terdapat sosok Arsen yang tengah menatap buku paket sejarah mengikuti bacaan sang guru dan di samping Arsenal sudah pasti kalian tau.

Zervano menatap tajam ke arah Morgan dengan tatapan tajamnya yang seketika Membuat Morgan serasa terkena sengatan listrik. Langsung saja Morgan kembali mengarah depan dan memilih untuk ikut merebahkan tubuhnya di atas meja tapi hal itu tak jadi karna tendangan kuat dari Zervano di kursi Morgan yang seketika Membuat seluruh atensi para siswa mengarah ke Morgan.

Sedangkan Naren yang juga terkejut karena tendangan kuat di sampingnya perlahan membuka mata dan mengangkat kepalanya sambil meraup wajahnya kasar karna juga terkejut saat semua orang menatap ke arahnya dan Morgan.

Sedangkan Morgan malah tertawa canggung karena hal itu dan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. "Ekhmm ... Maap." Ucap Morgan pelan.

🌿

"Payah lu Van, Kenapa gak mau bolos aja sihh?" celetuk Morgan yang tengah berdiri dengan hormat di tengah lapangan dengan kedua sahabatnya yang lain. Naren yang hormat pada tiang bendera sambil menguap dan Zervano yang dengan tenang hormat pada tiang bendera dengan topi hitam miliknya yang sudah menutupi kepala milik cowok itu seperti biasanya.

"Van?? Lahin kali Kalo lagi sejahrah langsung cabut ajaaa... ngantuk guaa." ucap Naren sambil menguap, sepertinya cowok itu memang bener benar mengantuk.

"Engak."

Satu kata yang menjadi jawaban Zervano yang seketika Membuat Naren dan Morgan menatap cowok itu dengan raut wajah Bingung sekaligus tak percayanya.

"Kita udah kelas 12, bentar lagi ujian."

"Ya ampun Van??! Kita kan masih semester satu, baru juga mau 2 Bulan sekolah di kelas 12 masa udah mikirin Ujian sih?" Celetuk Morgan.

"PTS." celetuk Zervano gabisa langsung membuat Keduanya diam.

Jujur saja, sebenarnya Zervano juga ingin sekali membolos tapi seketika ucapan Aruna kemarin membuat dirinya seakan urung untuk melakukan itu, ucapan Aruna yang kemarin itu seperti suatu hal pencerahan yang memang Zervano butuhkan saat ini.

"jangan kaya gitu. Kakak tuh kelas 12 Loh, bentaran lagi ujian Kak. Terus setelah itu kamu lulus, masa masih mau main main sih?"

Begitu ucap Aruna.

"Van?? Mau sampai kapan nih kita di jamur kaya gini??" tanya Naren yang membuat Zervano seketika sadar dari pikirannya.

Zervano melirik Jam tangannya yang mana menunjukkan pukul Setengah 10 pagi yang itu artinya matahari sudah mulai terasa sangat panas dan memang sangat membakar kulit jika terlalu lama di bawahnya.

"Bentar lagi."

"Okeyy." sambung Naren.

"Bentaran lagi?? Tapi Kan kita dihukumnya sampai pukul Sebelaaaaasss ...

Ucapan Morgan menggantung ketika melihat Zervano yang seketika berjalan menjauh dari Area lapangan sendirian yang langsung diikuti oleh Naren. "Beneran bentar lagi, Anjirrr." gumam Morgan yang masih terdiam ditempatnya.

🌿

"Lo ngapain balik lagi ke sekolah?? Udah bagus bagus lo gak datang ke sekolah beberapa hari ini." ucap Seorang gadis berpakaian seragam SMA dengan cardigan berwarna biru tua yang sedang beradu mulut dengan sosok Gadis SMA si pemilik Rambut berwarna Coklat dengan bandana warna Merah marun yang terpasang di atas rambutnya.

"Emang kenapa kalo gue balik lagi ke sekolah ?? Lo takut bakal kalah dari gue??" tanya gadis cantik berbandana merah marun tadi dengan tatapan dinginnya.

"Takut? Di dalam kamus kehidupan gue, gak ada kata takut buat lawan lo. "

"Oya? Bagus dong jadi kalo misalkan gue balik lagi ke sekolah, muka lo juga ga usah kelihatan kaya panik gitu dong." Ucap Gadis berbandana tadi dengan santai.

"Lo dengerin gue baik baik." ucap sang lawan sambil melangkahkan kakinya mendekat. "Bukan berarti lo adalah anak dari ketua yayasan SMAJA lo bisa dengan gampang bilang untuk kalahin gue, karena lo tau... mau lo balik lagi ke sekolah atau enggak itu juga ga akan ngerubah apapun dari gue."

Gadis berbandana tadi tersenyum smirk sambil menatap Remeh ke arah sang lawan. "Good, gue suka gaya lo. Semoga beruntung ya?" Ucap gadis itu sambil berlalu.

"Seana?" panggil gadis tadi dengan suara meninggi yang membuat banyak atensi siswa siswi kelas 11 untuk melihat ke arah dua gadis tadi.

Gadis berbandana tadi menghentikan langkahnya dan berbalik menatap sang lawan dengan santai. Bahkan Zervano yang baru saja akan menaiki tangga menuju ke kelas 12 setelah di hukum juga ikut menghentikan langkahnya diikuti oleh Kedua sahabatnya yang berdiri di belakang Zervano.

"Kita buat kesepakatan." ucap Gadis tadi, Namanya Keisya. Sebelah alis Seana terangkat seakan menantang sang lawan.

"Gue mau, di kelas 12 nanti siapa pun yang bisa dapat peringkat Paralel Pertama di Ujian Nasional nanti, dia harus mengakui kekalahannya di depan semua orang tepat di acara Prom Night gabungan antara SMAJA dan SMANSA, dan gak boleh ada penolakan dan juga gak ada yang boleh ingkar sama perjanjian ini." ucap Keisya dengan angkuh.

Seana tersenyum remeh pada Keisya, bukan karena apa tapi Seana tau jika Keisya berbicara seperti ini karena dia merasa lebih unggul dari Seana. Pasalnya sewaktu SMP dulu Keisya memang lebih unggul dari Seana soal nilai dan setelah memasuki SMA kelas 10, Nilai Seana jauh lebih unggul dari Keisya jadi Seana pikir mungkin ini adalah kesempatan Keisya untuk mengalahkannya.

"Buru buru banget?? Lagian kan kita juga masih kelas 11."

"Ohh? Emang kenapa kalo kita masih kelas 11 gak papa dong kita buat kesepakatannya sekarang, dari pada nanti lo balik ke rumah sakit gue juga gak bisa Deh kasih tau lo tentang kesepakatan ini."

Seana tersenyum tipis. "Okey. Tapi sebelum itu .... " Seana melangkah mendekat ke arah Keisya. "Akui dulu kekalahan lo tahun kemarin. Disini, di depan gue dan di depan semua anak anak kelas 11. Baru gue mau setuju sama kesepakatan itu."

"Kurang ajar lo ya!"

Keisya membolakan matanya ketika mendengar ucapan Seana dan dengan emosi tangan Keisya bersiap terangkat untuk menampar Seana tapi Tangannya seketika tertahan karena cengkraman tangan seseorang dari arah belakang Keisya.

"Lo berani tampar dia, lo akan berurusan sama gua." ucap Seseorang itu dengan suara rendahnya yang mampu membuat Keisya menegang di tempatnya. Keisya terdiam dengan matanya yang memerah seakan menahan rasa takutnya saat ini.

Bahkan tanpa Keisya menoleh pun Keisya sudah tau itu siapa. Dari suara itu Keisya sangat mengenalnya, Keisya melirikkan pandangannya dari ekor matanya karna Keisya tak berani untuk menoleh ke arah sosok tadi, ujung topi hitam yang di kenakan sosok itu sudah dengan mudah menjelaskan bahwa sosok itu adalah sosok Yang sangat ditakuti oleh para siswa siswa SMA RAJAWALI, karena dia adalah...

Zervano.

🌿




Vote dan Comment untuk Lanjut !!

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang