Bab 18 : Cantik

1.1K 56 2
                                    

Aruna memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya di jendela bis dengan lesu. Nampak gadis itu memang terlihat begitu lelah sehingga dengan mudah tertidur bahkan di saat sudah di dalam Bis.

Di samping itu, Sosok Remaja dengan postur tubuh yang tegap dengan topi hitam yang masih menjadi ciri khas cowok itu berdiri tepat di samping tempat duduk Seorang gadis cantik yang tengah terletak tidur itu.

Senyuman cowok itu perlahan muncul dengan sesekali menggelangkan kepalanya kecil ketika melihat bibir mungil milik gadis itu yang terlihat begitu indah, berwarna Pink namun juga tidak berwarna merah tapi juga tidak terlalu merah tapi yang pasti warna bibir gadis itu terlihat begitu cantik menurut cowok itu.

Bis secara tiba tiba berhenti hingga membuat Dahi Aruna hampir menghantuk jendela bis tapi dengan segera tertahan karena tangan cowok itu yang langsung menempel pada jendela tepat di depan Dahi Aruna untuk mencegah agar dahi gadis itu tak mengenai Jendela.

Please ... jangan bangun Na. Ucap Zervano dalam hati dengan was was sambil terus menatap wajah Aruna.

'' Gimana sih pak kok malah rem mendadak!!''

'' Hati hati Pak kalo nyetir. ''

'' Liat liat dong Pak.''

'' Jangan rem mendadak gitu dong, bahaya!! '

Zervano menolehkan Pandangannya ke arah para penumpang yang masih terus marah marah pada Supir dengan tatapan keslanya. Kenapa harus keras keras coba ngomongnya? Gak tau ada yang lagi tidur apa ? Pikir Zervano dengan kesal.

Aruna yang merasa terganggu dengan bising para penumpang yang terus mengerutu pada Supir karna rem dadakan membuat gadis itu mengercap.

Mata Aruna perlahan terbuka dan hal pertama yang ia lihat adalah sebuah tangan yang berada tepat di depan wajahnya. Sebuah jam tangan Rolex melingkar di pergelangan tangan kiri pada tangan itu. Aruna mengikuti lengan panjang itu hingga berhenti pada wajah pemilik dari lengan panjang itu.

Mulut Aruna sedikit ternganga ketika melihat wajah Zervano tepat di depannya dengan posisi menyamping. "Kak Vano?" Panggil Aruna pelan yang membuat Sang pemilik nama seketika menolehkan pandangannya dengan ekspresi wajah yang sama, dingin dan datar tapi bedanya sorot mata cowok itu terlihat sangat tenang.

Bola mata berwarna Coklat gelap dengan bulu mata yang panjang, Sudut mata yang tajam mampu membius tatapan Aruna terus tertuju pada manik mata tajam itu.

5 detik ...

10 detik ...

Tatapan keduanya masih beradu hingga Zervano perlahan menarik tangannya dari depan Aruna dan mulai bersikap aneh dengan terus menggaruk tengkuk lehernya yang sepertinya tidak gatal dan sesekali melihat ke arah luar jendela.

"Kak Vano ikutin aku?" tanya Aruna yang seketika Membuat Zervano menatap ke arah Aruna dengan gugup.

"Engak, ng- ngapain gue ngikutin lo? Kurang kerjaan aja." Jawab Zervano sedikit ketus. "Geser ... gue mau ikut duduk." Ucapnya lagi sambil mendorong bahu Aruna ke samping dengan pelan namun juga terkesan memaksa hingga cowok itu akhirnya duduk di samping Aruna dengan tatapan Mata yang terus tertuju ke depan tanpa menatap ke arah Aruna.

"Tumben naik Bis? Motornya kemana?" tanya Aruna membuka pembicaraan di suasana canggung ini.

"Ekhmm, gue gak bawa motor."

"Mogok?"

"Enggak."

"Terus ?"

"Di pake Sama Arsen." jawab Zervano berbohong. Tentu saja berbohong, karena sebenarnya motornya di titipkan di Markas PASJA karena memang ia ingin naik Bis bersama dengan Aruna bahkan tanpa teman temannya tau akan hal ini.

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang