"Aku lebih tau dari apa yang gak kalian tau tentang kejadian pada 20 tahun yang lalu." ucap Zervano dengan tiba tiba yang membuat Bima yang duduk di sebrang remaja itu menatap was was.
"Usia aku memang masih 18 tahun Om, tapi aku gak bodoh aku masih punya otak buat mikir, dan aku masih punya mata untuk melihat kejadian kejadian itu. Walau gak secara langsung, tapi aku tau apa yang terjadi."
Deg ...
"Apa yang kamu tau??" tanya Bima dengan was was.
Hening ...
Zervano sejenak terdiam mendengar pertanyaan itu. "Aku tau semuanya. Sebenarnya udah dari lama, mungkin setelah Bunda keluar dari rumah aku udah langsung tau."
"Gimana bisa Vano? Kamu masih kecil waktu itu, dan mustahil untuk kamu tau tentang rahasia sebesar itu."
"Om? Yang merahasiakan semua itu kalian, dan kalian yang membuat sebuah alur cerita sendiri dimana kedua orang tua aku menjadi pemeran utamanya. Kalian membuat cerita seolah olah semua ini adalah kesalahan Bunda karena Bunda melahirkan aku, tapi fakta yang sebenarnya gak kaya gitu. Ini adalah kesalahan Mama sama Papa bukan Bunda." ucap remaja itu dengan lirih.
"Cuman karena Mama sama Papa takut gak mendapat restu Kalian tega untuk membohongi Oma, dengan cara membuat Bunda Mutia ikut bergabung dengan rencana kalian...
... Bunda harus berpura pura mengandung dan menikah sama papa. Sampai akhirnya aku lahir ke dunia, dan kalian masih bisa menjalankan cerita itu dengan tenang, tanpa ada rasa salah sedikit pun?" jelas remaja itu yang jelas membuat Bima seketika menegang di tempatnya Dengan penuh tanda tanya tentang apa yang Zervano ketahui selama ini.
"Van?"
"Om, seharusnya Om Bima itu marah sama papa. Karena papa membawa Bunda dalam rencana kebohongan itu Om Bima jadi gak bisa menikah sama Bunda."
Deg...
"Van,Kita semua ngelakuin ini juga untuk melindungi kamu." Ucap Bima dengan mengebu gebu karena takut jika Zervano salah berpikir tentang mereka.
"Melindungi aku, atau melindungi harta warisan keluarga Radjasa?! Karena kalo Om Bima bilang, kalian ngelakuin ini semua untuk lindungi aku? Aku gak pernah merasa terlindungi, justru aku yang melindungi kalian dengan berpura pura menjadi orang bodoh di depan Oma Rieta ...
... aku berpura pura jadi bodoh di depan keluarga aku sendiri Om, menjadi seseorang yang gak tau apa apa padahal aku jelas tau semua Rahasia kalian di masa lalu. Dan Om Bima pikir, selama ini aku selalu berusaha untuk gak pernah mau tau soal ini itu karena apa ? Karena aku tau Om, ini adalah titik kelemahan Mama sama Papa." ucap Zervano dengan suaranya yang lirih.
Bima hanya bisa terdiam mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut remaja di depannya itu.
"Mereka memang seakan mau menjaga aku, tapi sebenarnya mereka juga takut untuk ngelakuin itu. kalo pada saat itu, secara tiba tiba Oma tau tentang kejadian itu ... hubungan mereka pasti gak akan baik baik aja karena, Kelahiran aku di tengah tengah Keluarga Radjasa itu bukan sebuah anugerah, tapi menurut mereka itu adalah aib. Maka dari itu, aku gak pernah mau bilang sama Mama kalo aku tau soal ini."
Deg ...
Zervano sejenak terdiam dan sejenak menundukkan kepalanya seakan menahan rasa sesak di dadanya. "Aku bakal terus kaya gini, berpura pura seakan aku gak tau tentang kejadian itu dan Aku bakal menjauh dari Mereka. aku bakal memulai hidup baru sama Bunda tanpa ada sangkut pautnya lagi dengan Keluarga Radjasa. "
"Zervano." ucap Bima dengan lirih.
"Aku tau, mereka orang tua kandung aku tapi gimana sama Bunda? Apa mereka gak pernah kepikiran sama perasaan Bunda ketika Bunda harus berpura pura jadi Ibu buat aku dan menikah sama Papa. Sedangkan di samping itu, Bunda punya hubungan sama Om Bima ... Om Bima berhak marah sama Papa bukannya malah kaya gini." ucap Zervano dengan lantang.
"Vano?"
"Aku pergi." ucap Remaja itu yang langsung bangkit dari duduknya dan keluar dari rumah milik lelaki tadi.
"Zervano?" panggil Bima yang sama sekali tak mendapat balasan apapun dari Zervano.
🍃
Zervano menatap dalam punggung seorang wanita cantik yang saat ini tengah sibuk berbares baju dari Almari dan memasukkan ke dalam koper berukuran besar di atas kasur.
"Van? Kamu yakin gak mau ikut Bunda pindah ke London aja?" tanya Mutia yang baru saja selesai mebereskan baju bajunya ke dalam koper.
"Gak usah, Bunda. Lagian kan sekarang aku udah kelas 12 nanggung banget kalo harus pindah, jadi Vano disini aja."
Mutia menghelas nafas berat sambil mengusap bahu remaja lekaki itu dengan lembut. "Maaf Ya, Bunda ninggalin kamu lagi."
"Gak papa Bunda, lagian kan sekarang juga Bunda udah punya Suami. Tugas Bunda itu cuman harus turuti apa kata suaminya Bunda gak usah terlalu pikirin Vano, disini kan Vano gak sendiri. ada Papa, ada Mama ada Arsen sama Om Dirga juga kan? Bunda gak usah khawatir." ucap Zervano sambil mengenggam tangan wanita di depannya dengan erat.
"Tapi Bunda gak tega ninggalin kamu lagi Van."
"Gak papa Bunda, Vano kan juga sekarang udah Dewasa bukan anak kecil lagi." Jawab Remaja itu.
Mutia hanya bisa tersenyum miris mendengar hal itu dan dengan segera wanita itu menghamburkan dirinya ke dalam pelukan remaja lelaki tadi dengan erat. "Bunda bakal selalu kangen sama kamu Vano."
"Vano juga."
Zervano perlahan menguraikan pelukannya dan menatap dalam wajah wanita di depannya itu dengan senyuman manisnya. "Bunda jaga diri baik baik ya? Jangan lupa kabarin Vano terus."
Mutia menganggukkan kepala dengan senyum tipisnya. "Iya, Bunda akan selalu kabarin kamu. Makasih ya?"
Zervano menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang tak pudar sedari tadi.
"Oh iya, Bunda jadi inget deh Van."
Kedua alis cowok itu bertaut. "Inget apa Bunda?"
"Kemarin, Bunda ketemu sama Sean dan tunangannya." Ucap Mutia yang membuat Zervano terdiam dengan memaksakan senyumannya. "Dan kamu tau gak? Ternyata tunangannya Sean itu adalah anak dari Sahabat Bunda, namanya Aruna anaknya itu cantiiiik banget. Beruntung banget Sean bisa dapatin dia." ucap Mutia dengan sorot mata bangga.
Sedangkan Zervano hanya diam juga dengan senyuman tipisnya menatap wanita tadi.
"Oya? Terus kamu gimana?"
"Gi-gimana apanya Bun?" tanya Zervano bingung.
"Ya kamu gimana? Kamu kan dulu tuh pernah cerita sama Bunda kalo kamu punya pacar kan? Mana? Sampai sekarang juga gak ada kenalin ke Bunda." ucap Mutia dengan tatapan yang menajam namun juga jail.
Zervano terkekeh mendengarnya. "Ada Bunda, nanti kalo waktunya udah pas- Zervano bakal kenalin dia sama Bunda."
"Yakin?"
"Iyaaa, Yakin."
"Bener ya? Janji?" ucap Mutia sambil mengangkat Jari kelingkingnya.
"Insya Allah." jawab Zervano sambil menurunkan tangan Mutia yang masih terangkat di depannya dengan jari kelingking yang masih berdiri.
Mutia tersenyum karena itu, dan dengan segera mengusap wajah Zervano dengan gemas. "Udah dewasa ya sekarang ya?"
"Udahlah Bunda, masa jadi anak kecil terus." jawaban Zervano jelas mampu membuat Mutia tertawa dengan keras begitu juga dengan sosok lelaki yang berdiri tak jauh dari kedua ibu dan anak itu, dia Hendi suami dari Mutia.
🍂
Jangan lupa untuk Vote dan Comment ya !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERVANO : [ END ] ✔
Ficção Adolescente[ Pasja Utama Series 1 ] □□□ "Duniaku udah hancur Aruna, kamu gak akan kuat sama lukaku." ucap Zervano. "Aku akan jadi rumah buat kamu Zervano." jawab Aruna. □□□ Zervano Aregas Bumantara, Seorang Remaja lelaki berusia 18 Tahun, dengan jabatannya se...