Bab 58 : Pemikiran Salah Dari Aruna

406 19 26
                                    

"Dua minggu, kamu mau ngapain selama dua minggu itu?" tanya Seorang Pria Dewasa yang duduk di sebrang Zervano. Sedangkan cowok itu malah sibuk makan tanpa memperdulikan celotehan lelaki di sebrangnya. "Van? Om Bima mau datang ke sekolah kamu itu karena papa yang minta, dan Om gak pernah kepikiran kalo kamu akan di skorsing selama dua minggu."

"Terus?" tanya remaja itu santai.

"Kamu gak kasian sama Papa? Hm?"

Zervano menggelengkan kepalanya santai dan kembali lanjut makan tanpa henti, bahkan Bima yang melihat anak remaja itu makan dengan tenang membuatnya tersenyum tipis.

"Kamu udah berapa tahun gak makan?" tanya Bima dengan malas.

"18." jawab remaja itu malas.

Bima menghela nafasnya berat. "Kamu bener bener marah sama Papa kamu?"

"...."

"Van?"

"Lagi makan." jawab remaja itu yang berniat untuk tak menjawab pertanyaan tadi.

Bima menganggukkan kepalanya paham. "Van? Kamu tau? Muka kamu mirip banget sama muka papa kamu waktu masih muda." ucap Bima dengan senyuman menatap Zervano. "Sangaaaaat mirip."

"Oya?" celetuk Zervano sedikit tak peduli.

"Dulu, Om Bima pikir setelah papa kamu menikah, Om Bima juga akan menikah tapi ternyata enggak, orang didepan kamu masih bertahan dengan kesendirian, itu sangat menyedihkan bukan?" tanya Bima pada remaja di depannya itu yang hanya diam dan sibuk dengan makanan.

"Seandainya waktu itu, Om Bima berhasil menikah dengan wanita yang Om Cintai pasti sekarang Om Bima sudah punya anak seusia kamu Zervano. Ck, ini semua karena rencana itu." Gurutu lelaki itu yang membuat atensi Zervano menatap lelaki di depannya.

"Rencana?"

"Iya sebuah Rencana. Rencana besar yang gak akan pernah mungkin bisa terpikirkan oleh manusia biasa seperti lelaki di depan kamu Zervano." ucap Bima menunjuk dirinya sendiri. 

'Ternyata bener, Rencana papa saat itu bener bener ngebuat banyak orang kehilangan kebahagiaan mereka.' ucap Remaja itu dalam hati.

🍃

"Seandra Hardes?" panggil seseorang yang membuat dua remaja berbeda gender yang tengah jalan bergandengan di sebuah cafe menatap ke arah sumber suara.

"Bunda." gumam Sean ketika matanya bertemu dengan Manik mata orang yang Memanggilnya tadi.

"Tante Mutia." gumam Gadis di samping Sean, Aruna.

Sean dengan segera memeluk wanita di depannya itu dengan erat, sedangkan wanita tadi juga membalas pelukan  Sean tak kalah erat. "Kamu sekarang udah besar Sean." ucapnya lirih.

Sean menguraikan pelukannya pelan dengan masih tersenyum menatap wanita di depannya. "Bunda baik baik aja? Sean udah lama banget gak ketemu sama Bunda."

Mutia menganggukkan kepalanya. "Bunda juga kangen sama kamu Sean, oya ... Aruna dan Sean? Kok bisa kalian jalan berdua?" ucap Wanita tadi dengan menunjuk dua remaja di depannya dengan tatapan curiga.


"Bunda, kenal sama Aruna? Aruna ini Tunangannya Sean." ucap Sean dengan senyumannya yang tak memudar.

"Tunangan? Kok Runa sama Sean gak ada yang kasih tau Bunda kalo kalian udah Tunangan?" tanya Mutia yang membuat Sean dan Aruna saling pandang. "Papa kamu juga gak kasih tau Bunda loh Sean."

"Eumm, mungkin papa lupa kasih tau Bunda." jawab Sean sedikit gugup.

"Ck, selalu aja kaya gitu tau gak papa kamu." ucap Mutia kesal menatap ke arah Sean. Sedangkan cowok itu hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Mutia.

Aruna yang melihat interaksi antara Sean dan Tante Mutia juga semakin bertanya tanya. Bagaimana bisa Sean mengenal Tante Mutia? dan juga kenapa Sean memanggil tante Mutia dengan sebutan Bunda? Apa mereka masih memiliki hubungan keluarga? Pikir Aruna.

🍃

"Sean?" panggil Aruna yang membuat sosok di sampingnya itu menatap ke arah Aruna dengan senyum tipisnya. "Kamu ada hubungan keluarga ya, sama Tante Mutia?"

Sean menganggukkan kepalanya. "Iya, jadi Bunda Mutia itu adalah mantan istrinya Papaku."

"Mantan istri?"

"Iya, dulu sebelum Papa sama Mama nikah. Papa itu lebih dulu nikah sama Bunda Mutia dan di pernikahan mereka itu juga mereka udah punya anak laki laki dan kamu tau gak siapa anak mereka?" tanya Sean.

"S-siapa?" tanya Aruna was was.

Sean terdiam sejenak dan dengan senyuman tipis cowok itu menatap Aruna dengan sendu. "Zervano."

Deg ...

Ucapan Sean benar benar sukses membuat Aruna terdiam, sebuah fakta yang baru saja Aruna tau bahwa Zervano adalah anak dari Tante Mutia dan papanya Sean? Apa itu artinya Harsa Radjasa itu bukanlah Om dari Zervano melainkan adalah ayah kandungnya sendiri?

"J-jadi, Zervano itu saudara kamu Sean? Bukan sepupu?" tanya Aruna dengan gugup.

"Iya, Zervano itu saudara aku dan bisa dibilang kalo Zervano itu kakak aku, ya walaupun kita beda Ibu tapi masih tetap ada hubungan darah dan masih bersaudara kan?" tanya Sean yang membuat Aruna menegang di tempatnya.

'Kalo Zervano itu adalah anak dari Om Harsa, waktu keluarga Radjasa jodohin aku sama Sean apa Zervano tau? Dan kalopun Zervano tau? Kenapa dia gak mencegahnya? Atau mungkin memohon sama keluarganya untuk gak melanjutkan Perjodohan itu ?'  pikir Aruna dengan kalut.

Pandangan gadis itu beralih pada Sosok Remaja di sampingnya dengan ekspresi wajah yang masih menegang dan juga terlihat was was. 'Tapi, apa Sean gak tau kalo Aku dan Zervano itu pacaran waktu itu? Dan juga di sana ada Seana, dan Seana jelas tau kalo Aku dan Zervano baru saja memulai hubungan itu kan?'

"Runa? Kamu kenapa? Hm? Pusing?" tanya Sean dengan panik sambil mengusap peluh keringat di dahi Aruna yang juga secara tiba tiba wajah gadis itu menjadi memucat.

"E-enggak kok, A-aku gak papa." jawab Aruna terbata. "Sean? Kita langsung pulang aja ya? Sekarang." ucap Aruna hati hati.

"Kamu sakit?" tanya Sean yang membuat Aruna menggelangkan kepalanya. "Ya terus? Kenapa? Kok tiba tiba muka kamu pucat gitu sih Na? Mau ke rumah sakit aja gak?" tanya cowok itu.

"Engak usah, Sean. Kita langsung pulang aja ya? Please."

"Jawab dulu? Kamu sakit atau enggak? Kalo iya kita langsung ke rumah sakit biar kamu langsung di tangani sama dokter ya."

"Gak usah Sendra~ aku mau pulang aja, aku emang lagi gak enak badan, tapi aku gak mau ke rumah sakit, kita pulang aja ya? Please." ucap Aruna dengan memohon yang tentu saja hal itu membuat Sean merasa gemas sendiri dengan tingkah Aruna, dan dengan segera Sean menganggukkan kepalanya paham dan dengan lembut membelai kepala Aruna dengan sayang.

"Okey kalo gitu kira pulang sekarang."

"Iya. Maaf Sean." ucap Aruna lirih.

"Itu bukan salah kamu sayang."

🍃








Part tanpa Zervano !!! Tenang aja di part selanjutnya udah pasti ada dong !!! Jangan lupaaa nyalakan notif untuk bisa dapat pembaharuan bab di cerita ini!!!

Vote dan Comment!!!

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang