Bab 74 : Rasa Sakit & Luka Dalamnya

730 32 18
                                    

Perlahan mata Arsenal mulai mengercap dengan sedikit berat karena cahaya lampu yang menerangi kamarnya yang cukup terang. Tanganya beralih untuk meraih ponselnya di atas meja kecil di samping ranjangnya.

Matanya sedikit menyipit ketika cahaya layar ponsel itu menyorot ke arah matanya.

Arsenal seketika terbangun dari posisinya setelah membaca  isi chat sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arsenal seketika terbangun dari posisinya setelah membaca  isi chat sahabatnya. Tangannya beralih untuk kembali menelfon sahabatnya.

Cukup lama.

"S-sen?"

"Van? Van sorry banget Van, gue belum jadi ke apart lo gue tadi udah mau kesana tapi tiba tiba gue malah ketiduran jadi...

"Sen? Kesini..."  ucap sosok di sebrang dengan lirih dan tentu saja hal itu membuat Arsenal terdiam dan bertanya tanya dengan pikirannya sendiri.

"Van? Lo gak papa kan? Lo baik- lo baik baik aja kan?" tanya Arsenal dengan gugup.

"S-sekarang."

Tak!

"Vano? Vano?!" panggil Arsenal panik setelah mendengar suara benda jatuh dari sebrang dan sepertinya ia yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik sahabatnya.

Dengan segera, Arsen menutup telfon dan Langsung beranjak meraih jaket serta kunci motornya dengan tak sabaran.

Arsenal mengendarai motornya dengan cepat, bahkan umpatan orang orang dijalanan tak ia hiraukan sama sekali pikirannya kali ini hanya tertuju pada sahabatnya yang saat ini ada di apartement yang entah kenapa Arsenal merasa bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik baik saja.

'Van, lo baik baik aja kan?'  ucap cowok itu sendu dalam hati.

🥀

Arsenal dengan cepat menekan pin apartement Zervano dengan tak sabaran. Setelah pintu terbuka dengan cepat Arsen masuk ke dalam dan terus memanggil nama pemilik tempat itu dengan keras.

"Zervano?? Vano??"

"Van??!"

"Van .."  ucapannya terhenti ketika matanya menangkap beberapa tetesan darah dan juga genangan darah yang ada di atas lantai dekat dapur. Pikirannya sudah berkeliaran ke arah lain.

Langkah cowok itu mendekat ke arah dapur dan mengikuti jejak darah yang semakin lama semakin banyak dan menuju ke sebuah ruangan yang mana ruangan itu adalah kamar milik Zervano.

Dengan cepat Arsenal berlari ke arah ruangan itu dengan pikiran yang kalut bahkan juga sesekali ia terus berbisik untuk memohon pada Tuhan-Nya agar semua ini bukanlah sesuatu hal yang buruk.

Cklek..

Deg ...

Jantung Arsenal sejenak terasa terhenti ketika melihat pemandangan menyakitkan di depannya. Langkah cowok itu juga mulai mendekat ke arah sosok Remaja yang terduduk di samping ranjang dengan seluruh tubuhnya penuh dengan Darah, mulai dari wajah hingga ujung kaki remaja itu kini penuh darah.

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang