Bab 11 : Pulang Bareng

1.3K 65 0
                                    

Bruk ...

Aruna mengernyitkan dahinya ketika melihat sebuah cup gelas kosong terjatuh tepat di depan undukan tangga terakhir yang terhubung dengan tangga rooftop yang ada di lantai 3. 

"Buang sampah sembarangan banget sih." ucap Aruna sambil melangkah mendekati sampah itu tapi baru saja akan Aruna dekati, uluran tangan seseorang sudah lebih dulu meraih botol bekas itu.

Aruna mantap sosok itu dengan dahi yang mengerut. "Kak Morgan?" panggil Aruna pada Sosok itu.

Morgan, sosok Remaja yang mengambil sampah gelas tadi. "Aruna? Kenapa?"

"Itu sampahnya kak Morgan?" tanya Aruna.

"Ini....

"Jangan buang sembarangan dong Kak, kan udah di sediakan tong sampah." ucap Aruna memotong pembicaraan Morgan.

"I - iya, tapi ini bukan sampah aku." jawab Morgan sedikit gugup.

"Terus sampah siapa?"

"Vano." jawab Morgan sambil menatap ke arah tangga atas yang mana terdapat sosok Zervano dan ketiga sahabatnya yang lain, berdiri di belakang Zervano dengan tatapan kompak ke arah Aruna.

Aruna mengikuti pandangan Morgan dengan wajah sedikit kesalnya. Zervano perlahan menuruni tangga hingga berdiri di depan Aruna dengan wajah Datar, namun tatapannya terlihat berbeda ketika beradu dengan Manik mata Aruna.

Kedua tangan Aruna seketika mengepal di kedua sisi kanan dan kiri badannya, tatapan matanya bertemu dengan Manik mata Zervano yang tajam dan dingin.

"Kenapa liatinnya kaya gitu? Marah?" tanya Zervano dengan mata yang menyipit melihat dengan teliti wajah Kesal Aruna.

"Enggak." jawab Aruna singkat. "Ekhmmm lain kali kalo buang Sampah jangan sembarangan!"

"Siapa yang buang sampah sembarangan??"

"Kamu."

Hening ...

5 detik ..

10 detik ..

Zervano menghela nafas kesal dan dengan malas merebut cup gelas dari tangan Morgan dan membuang ke Tong Sampah yang ada di samping tangga.

Tatapannya beralih ke Aruna dengan wajah yang masih Datar. "Udah kan?"  tanya Zervano dengan dingin yang langsung berlalu Dari hadapan Aruna meninggalkan Aruna dengan keterdiamannya.

🌿

Aruna terduduk di salah satu Halte Bis di dekat SMA RAJAWALI, ia hanya seorang diri di sana sambil terus menoleh ke kanan dan kiri melihat siswa siswi yang masih berkeliaran di area depan gerbang Sekolah, dan juga ada yang tengah jajan di beberapa penjual sebrang gerbang sekolah.

Aruna sesekali melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul  3 sore yang itu artinya sebentar lagi bis yang akan ia tumpangi akan datang.  Aruna seketika tersadar, sebentar lagi Bis akan datang tapi kenapa para siswa dan siswi yang biasanya ikut dengannya naik Bis tak kunjung datang ke halte ?

Sepertinya sore ini tidak ada ekstrakulikuler apapun jadi secara otomatis para siswa akan pulang bersama pada pukul 2.30 bukan? Dan mereka akan datang ke halte menunggu bis mereka. Tapi ...

Pikiran Aruna seketika buyar ketika sebuah bis yang biasa ia naiki datang. Langsung saja Aruna memasuki bis itu melalui pintu depan.

Deg ...

Jantung Aruna serasa tiba tiba berhenti berdetak ketika melihat bis yang dipenuhi dengan para remaja lelaki dengan kompak menggunakan jaket kulit berwarna hitam dengan bertuliskan PASJA tercetak tebal di bagian punggung Jaket mereka serta nama nama Remaja itu yang juga terjahit rapi di bagian depan dada kanan mereka.

24 Remaja lelaki itu duduk dari kursi paling depan hingga di bagian paling belakang. Aruna sedikit ternganga ketika melihat para remaja itu, bahkan Aruna sempat berpikir dimana ia akan duduk sekarang jika semua kursi penumpang di penuhi oleh para remaja itu.

Pandangan Aruna beralih pada kursi panjang yang ada di bagian belakang sendiri dengan sosok Remaja lelaki yang duduk seorang diri di tengah kursi panjang itu. Topi berwarna hitam yang menjadi ciri khas cowok itu dapat Aruna pastikan jika Aruna mengenali sosok itu.

Topi hitam yang terpasang di kepala remaja itu mampu membuat Aruna bergidik ngeri, bagaimana tidak Topi itu terlihat menutupi sebagian wajah remaja laki laki itu hingga Aruna hanya bisa melihat hidung dan bibir Cowok itu.

Hidung mancung, bibirnya yang terlihat sedikit merah dengan Bibir bawahnya yang terlihat sedikit tebal membuat Aruna salah tingkah sendiri ketika melihatnya. Dia Sempurna.

Jari telunjuk milik cowok itu terangkat di kedepan dan beberapa kali cowok itu gerakan maju mundur seolah memberi isyarat pada Aruna agar datang mendekat ke arah cowok itu.

Aruna menipiskan bibirnya dan mulai berjalan ke arah cowok tadi hingga sudah hampir di depan cowok itu Aruna berhenti mengamati cowok itu dengan takut takut.

"Duduk." ucap cowok itu datar yang langsung membuat Aruna melangkahkan kakinya lagi hingga duduk di samping Remaja tadi dengan beberapa jengkal jaraknya.

"Geser." ucap cowok itu lagi yang membuat Aruna bergumam bingung sambil menatap wajah cowok itu dari samping. Zervano menolehkan kepalanya ke samping hingga berhadapan langsung dengan wajah Aruna.

Aruna seketika gelagapan dan langsung menggeser duduknya di samping Zervano dengan gugup, bahkan sedari tadi dirinya hanya bisa meremat kuat tasnya yang berwarna pink muda itu dengan meletakkannya di atas pahanya dengan takut.

Zervano beralih ke arah depan lagi dengan senyum smirk tanpa diketahui oleh Aruna. "Kak?"

"...."

"Kak Vano sengaja  ya nyuruh anak anak PASJA masuk ke bis ini?" tanya Aruna yang tidak mendapatkan balasan apapun dari Zervano.

"Kok diem sih?? Kan aku lagi nanya." ucap Aruna dengan kesal. "Kakak juga sengaja kan nyuruh siswa siswa lain buat gak masuk bis ini??"

"...."

Zervano masih diam dengan kepala yang sedikit menyender di kursi. Sedangkan Aruna sudah sangat kesal karena sedari tadi Zervano tidak menanggapi ucapannya.

"Kak?"

"Kak Vano?"

"Kak?!"

Aruna menghela nafas dengan berat sambil meremat lagi tasnya dengan kuat. "Kamu beneran gak mau jawab Kak?"

"...."

"ZERVANO?!!"

Aruna seketika berteriak yang membuat penghuni bis itu menatap ke arah Aruna dan Zervano dengan tatapan kaget sekaligus bingung.

Aruna mengerutkan keningnya ketika melihat Zervano yang tersenyum secara tiba tiba. Zervano menolehkan pandangannya ke samping menatap Aruna dengan senyumnya sedangkan Aruna malah menampakkan wajah datarnya.

"Gitu dong kalo manggil, gak usah pake Kata 'kak' . lebih gampang kan?" tanya Zervano santai.

Aruna tak langsung menjawab. Gadis itu menolehkan pandangannya ke arah Samping dengan kesal yang membuat Zervano kembali tersenyum tapi kali ini lebih lebar dari yang tadi.

"Dasar Nyebelin." Gerutu Gadis itu pelan.

🌿



Vote & Comment untuk lanjut!!!

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang