Bab 10 : Zervano Gengsian

1.4K 56 0
                                    

"Kak?"

"Cantik Na."

Deg ...

Aruna sejenak tersentak mendengar ucapan  Zervano barusan. Bahkan mata Aruna terlihat membulat dengan mulutnya Yang sedikit terbuka kerena terkejut dengan jawaban Zervano yang di luar prediksi BMKG.

Bukan hanya Aruna bahkan Keempat sahabat Zervano yang mendengar hal itu seketika ternganga dengan tatapan Mata yang tertuju ada Zervano.

Aruna sedikit susah menelan ludahnya bahkan hal ini terasa sedikit aneh bagi Aruna.

"Langitnya." celetuk Zervano tiba tiba dengan bola mata yang mengarah ke langit cerah di pagi ini. Berwarna biru dengan cerah tanpa ada awan.

Aruna tertawa canggung ketika mendengar hal itu dari Mulut Zervano. Sedangkan Arsen sudah dengan kesalnya menyenggol lengan Zervano, karena merasa Sahabatnya itu sangat bodoh. Tapi berbeda dengan Narendra dan Morgan yang malah terkekeh geli sambil menahan tawa mereka agar tak meledak. Sedangkan Athala hanya bisa mengulumkan bibirnya untuk menahan senyuman.

Sebenarnya Athala merasa tak enak pada Aruna tapi mau bagaimana lagi, Zervano paling bisa soal nge les dari Cewek.

Aruna menghela nafasnya berat. "Disuruh ke ruang BK sama Pak Budi." ucap Aruna dengan sedikit malas dan langsung berlalu Dari hadapan Kelima remaja tadi dengan langkah cepat.

Setelah kepergian Aruna dengan kompak Narendra dan Morgan tertawa sedangkan Arsen menatap kesal ke arah Zervano. "Lo bego atau gimana sih?!" tanya Arsen dengan kesal.

Zervano hanya mengangkat kedua bahunya tanpa rasa bersalah malah langsung berjalan mendahului keempat sahabatnya tadi. "Anjinglah Si Vano." Gumam Arsen sambil menggelangkan kepalanya dengan kesal.

"Suttt, udah udah ... cabut ke kelas sekarang." ucap Athala sambil merangkul bahu Arsen agar ikut dengannya ke kelas. "Ren, Gan ... cabut yuk." ajak Athala yang di balas anggukan oleh kedua cowok tadi.

🌿

"Anjirrr... baru kali ini gue liat, ketua geng tawuran nyapu halaman belakang sekolah?" celetuk Morgan yang tengah terduduk di salah satu kursi panjang di taman belakang sekolah. Sedangkan di sebrang Morgan juga terdapat kursi panjang yang sama, disana juga terdapat sosok Arsen dan Athala yang menatap Sosok Naren yang tengah sibuk membuat Vidio.

Sesekali Naren tertawa ketika melihat wajah Sosok Remaja yang ada di dalam rekaman videonya, Zervano.

"Ck ck ck, emang agak laen." ucap Naren sambil berdecak kagum ke arah Zervano yang masih sibuk menyapu dengan malas.

"Eh, kira kira kalo misalkan Bokapnya Vano tau nih anaknya di hukum gimana ya??"

"Ck, kaya gak tau aja. Lo lupa apa? Bokapnya Vano itu gak akan mempermasalahkan hal kecil kaya gitu, Vano di hukum itu udah biasa, yang gak biasa itu Vano bebas dari hukuman." Celetuk Morgan.

"Ya tapi, Hampir tiap hari Si Vano di hukum masa iya bokapnya gak keberatan? Ya pasti keberatanlah bokap gue aja keberatan apalagi bokap lo pada." ucap Naren.

"Ren ... Bokapnya Vano sama Bokap kita berempat beda, beda didikan, beda pemikiran dan beda perlakuan ... " ucap Arsen yang tiba tiba membuat mereka terdiam. "Vano itu di tuntunan untuk menjadi dewasa sejak kecil, beda sama kita yang apa apa masih selalu bokap nyokap yang tanggung...

"Gue enggak tuh."  celetuk Athala yang membuat Arsen menatap ke arah Athala.

"Iya, kecuali Athala dan Vano. Kita bertiga masih selalu di jaga sama orang tua kita, terutama sama Bokap. Dan Sekarang... prioritas orang tuanya Vano itu cuman buat kesembuhan Seana jadi gak heran kalo dengan Vano yang sering bikin ulah di sekolah itu buat cari perhatian orang tuanya."  jelas Arsen yang di balas anggukan oleh mereka, paham dengan maksud Arsen.

"Dan ... Athala?"

Athala yang merasa namanya di sebut seketika menatap ke arah Arsen. "Lo masih Sedikit beruntung dari Zervano, karena lo masih punya Tante Shifa yang jaga lo, yang sayang sama lo seperti Tante Syifa sayang sama Anaknya sendiri." ucap Arsen yang membuat Athala tersenyum tipis mendengarnya.

Memang benar apa yang Arsen ucapkan, kedua orang tuanya berada di luar negri belasan tahun hingga Membuat Athala hanya tinggal dengan tantenya yaitu Tante Syifa Adik dari Mamanya yang sudah sangat menyayangi Athala seperti anaknya sendiri.

"Kita semua sebenarnya beruntung, cuman takdir kita aja yang ngajakin bercandanya berlebihan." Ucap Narendra dengan santai yang seketika Membuat Mereka tertawa mendengarnya.

🌿

"Capek banget Van?" tanya Naren yang duduk di kursi sambil memijit bahu Zervano yang tengah duduk lesehan di lantai Rooftop sambil meminum es teh di Cup gelas Berukuran Sedang di tangan Kanannya.

"Banget." jawab Zervano sambil menyeruput minumannya.

"Van??"

"Hm??"

"Perasaan lo kemarin kaburnya sama Aruna kok tadi lo nyapu halaman belakang sekolah sendiri??" tanya Athala.

Hening sejenak, Zervano kembali menyeruput minumannya karena merasa sangat haus ditambah cuaca panas hari ini akibat tidak ada Awan.

"Aruna ada Ulangan Harian." jawab Zervano yang membuat Teman temannya saling pandang.

"Ya terus?" tanya Athala.

"Ya gue sekalian aja gantiin hukuman dia dari pada dia gak ikut Ulangan Harian."

"Owhhh." goda Morgan sambil menganggukkan kepalanya sambil sesekali melirik ke arah Zervano.

"Kenapa?" tanya Zervano dengan mata menyipit.

"Gak papa." jawab Morgan singkat.

"Lo suka ma Aruna?" tanya Narendra sambil menghentikan pijitannya dan menatap ke arah Zervano.

Hening...

Zervano terdiam cukup lama, sambil menimang nimang pikirannya tentang pertanyaan Naren. Zervano kembali meminum es tehnya sambil menggelangkan kepalanya pelan namun juga sedikit terlihat ragu dari ekspresi wajahnya.

"Yakin?" tanya Arsen sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ekhmm.... gue cuman kasihan sama dia, makanya gue gantiin hukuman dia." jelas Zervano dengan datar.

"Van? Lo tau gak, kebanyakan orang itu jatuh cinta karena berawal dari Kasihan, terus berubah jadi Perhatian, Penasaran, terus Jadian...  yakin lo kasihan sama Aruna cuman karena dia ada ulangan hari ini?" tanya Naren lagi yang membuat Zervano sukses terdiam seribu bahasa.

Melihat keterdiaman sahabatnya, Naren menatap ke arah sahabatnya yang lain dan seketika mereka ikut menatap ke arah Naren dengan senyum kemenangan mereka.

"Iya."

Satu kata yang menjadi jawaban Zervano. Keempat remaja tadi kompak menatap ke arah Zervano. "Iya apa?" tanya Athala.

"Iyaaa, gue cuman kasihan sama dia. Gak lebih." jawab Zervano dengan singkat dan kembali meminum es tehnya sambil memejamkan matanya menikmati semilir angin dari atas Rooftop siang ini.

🌿








Vote Dan Comment untuk Lanjut !!!

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang