Bab 34 : Perasaan Bersalah

714 31 0
                                    

Pagi ini kelas masih belum terlalu rame, Aruna masih menatap dalam layar ponsel yang masih menampakkan sebuah unggahan tweet milik SMAJA. ia masih terus bertanya tanya tengang apa yang sebenarnya terjadi kemarin antara Zervano dan Ketua Yayasan SMAJA?

"Ae? Lo udah liat unggahan SMAJA Kemarin?" tanya Aruna pada Aeris yang masih sibuk memainkan ponselnya.

"Unggahan? Yang soal Kak Zervano?"

"Iya, Ketua Yayasan SMAJA itu kan bokapnya Seana... itu artinya dia Omnya Kak Vano kan kalo emang benar Seana sama Kak Vano itu sepupuan?" tanya Aruna dengan was was tapi tanpa di ketahui oleh kedua gadis itu seseorang yang duduk di belakang keduanya mendengar semuanya.

Remaja itu hanya bisa diam saja Ia tidak tau harus bagaimana, ia juga bingung harus bagaimana dengan keadaan yang terjadi sekarang.

.

Flashback On

"Kak Vano!! Kak Vano tolongin!" teriak Sean, anak lelaki kecil yang sedang kesusahan mengumpulkan pot bunga yang pecah hingga tanahnya berserakan.

"Kak Vano! Tolongin Sean!"

Ckelk ...

Pintu terbuka dengan menampakkan Sosok anak lelaki tampan yang menatap sendu ke arah Sean. "Sean ngapain lagi sih?" tanya anak lelaki tadi dengan sedikit kesal dan juga dengan wajah yang terlihat lelah.

"Kak Vano, bantuin. Sean gak sengaja pecahin pot kesayangan Oma, aku takut dimarahin sama Oma." ucap Anak kecil itu.

"Kenapa di pecahin?"

"Aku gak sengaja, tadi Aku nendang bolanya kekencengan terus kena potnya Oma."

"Ya udah, Kak vano bantuin."

Zervano, anak kecil berwajah tampan itu adalah Zervano yang saat ini baru saja menginjak usia 10 Tahun. Zervano ikut berjongkok membantu adiknya itu memberesksn pecahan pot yang berserakan.

"Kak Vano? Gimana kalo nanti kita dimarahin sama Oma?"

"Gak papa. Nanti kita minta maaf aja sama Oma, dan jelasin sama Oma baik baik ya." ucap Zervano yang diangguki oleh adik lelakinya itu.

"Hey? Kalian ngapain Di situ?" ucap seorang Wanita Dewasa yang berjalan mendekati dua orang anak lelaki tadi dengan senyum tipisnya.

Sean berjalan mendekati wanita itu, Risa mamanya. Risa berjongkok menyamai putra kecilnya itu dengan senyum tipisnya. "Kenapa hm?"

"Mama? Mama tolongin, Sean pecahin Pot kesayangannya Oma. Sean takut nanti kalo Oma marah gimana?" jelas Sean dengan suara bergetar.

"Oma gak akan Marah, kan kamu juga gak sengaja Oma pasti ngerti." jawab Zervano sambil terus membereskan pot yang pecah.

"Tuh, bener kata Kak Vano. Sean kan gak sengaja pecahain pot oma, pasti oma juga ngerti kok kalo Sean jelasin yang sebenarnya sama Oma." ucap Risa.

"Tapi takut Ma, Oma Kan kalo marah nyeremin." Sean berucap dengan pelan tapi masih bisa di dengar oleh Zervano dan Mamanya.

Pergerakan Zervano terhenti ketika melihat mobil berwarna hitam masuk ke halaman rumah. Zervano tau siapa Orang yang ada di dalam mobil itu, sangat tau.

Pintu mobil terbuka dengan menampakkan seorang wanita paruh baya dengan wajah tegasnya seperti biasa. Pandangan wanita itu langsung tertuju pada Zervano yang tengah membereskan pot yang pecah. Di samping Wanita itu ada Harsa yang juga tengah menatap ke arah Zervano.

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang