Bab 76 : Pesan Terakhir

816 34 34
                                    

Arsenal perlahan membuka pintu Ruangan sahabatnya itu dengan ragu. Air matanya dengan cepat turun ketika manik matanya bertemu dengan Manik mata sahabatnya. Langkahnya perlahan mendekat ke arah brangkar dengan senyuman remeh yang ia paksakan.

Arsenal duduk di samping brangkar dengan memejamkan matanya tak mau menatap ke arah Sahabatnya. Perlahan matanya terbuka dengan masih tertunduk Arsen memegangi tangan Zervano dengan bergetar.

"Lo baik baik aja?" tanya Cowok itu tanpa menatap ke arah Zervano. "Gue harap lo baik baik aja Van."

Zervano tersenyum di balik masker oksigennya dengan matanya yang semakin terasa berat. "Sen?" panggil Zervano lirih.

"Apa?"

"Setelah ini, lo akan jadi Pemimpin Besar PASJA UTAMA gantiin gue kan?"

Arsen berdecak pelan mendengar hal itu. "Ngapain sih ngomong kaya gitu?! Gak ngaruh buat gue begok!?" ucap Arsen dengan kesal.

"Sen?"

"Van? Lo dengerin gue." ucap Arsenal sambil mendekatkan kepalanya di samping kepala sahabatnya itu dengan tubuh yang bergetar. "Lo bakal baik baik aja, jadi buang pikiran lo yang gak masuk akal itu bodoh." ucapnya dengan lirih di samping telinga sahabatnya.

Zervano kembali tersenyum mendengar hal itu.

... tetap jadi Pemimpin Besar kita Van, dalam waktu yang lama, dan pada periode yang gak akan pernah berujung masanya." ucap Arsenal dengan lirih.

"Sen...

"Hari ini, gue baru aja 18 tahun Van. Lo janji bakal kasih gue sesuatu hal yang gak akan pernah bisa gue lupain kan? Gue tagih sekarang, apa hadiah itu?" tanya Arsenal dengan matanya yang mulai memanas.

Zervano memejamkan matanya kuat ketika rasa sesak dengan seketika menghimpit dadanya. Tangannya mulai bergetar dengan keringat dingin memenuhi wajahnya.

"Van?" panggil Arsen dengan lirih.

"Gue kasih jabatan gue sama lo."

"Selain itu."

"Jadi Pemimpin PASJA UTAMA. Gue minta lo yang Pemimpin mereka setelah ini." ucap Zervano lirih.

"SELAIN ITU??!" teriak Arsenal dengan keras bersamaan air matanya yang menetes di bahu sahabatnya dengan deras.

Zervano masih memejamkan matanya dengan rapat. "Jaga Aruna, jaga papa, jaga mama, jaga Seana dan jaga sahabat sahabat gue Sen."

Arsenal bener bener menangis kali ini dengan wajahnya yang mulai memerah, tangannya bergetar dengan hebat, dadanya bergemuruh, tangannya bergerak untuk mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata dengan kasar.

Ia kembali mendekat ke arah Sahabatnya dengan wajah yang semakin merah.  "Hadiah yang gue maksud bukan itu Zervano, Gue gak butuh jabatan itu, gue gak butuh posisi itu, gua gak butuh sebutan Pemimpin Besar PASJA UTAMA untuk gue, yang gue mau itu ....

... PASJA UTAMA kembali utuh dengan 50 Anggotanya, bukan jabatan sialan itu bodoh!!? Bukan itu. Kalo lo cuman mau bilang sama gue tentang itu, mending lo gak usah kasih tau gue Van, gak usah." ucap Arsen dengan mengebu dan memilih berlalu dari ruangan itu.

Tak berselang lama, Aruna kembali masuk ke dalam ruangan dengan senyuman yang tak luntur sejak tadi.

Gadis itu berjalan mendekat dan langsung duduk di samping brangkar dengan lembut gadis itu mengusap rambut Zervano yang membuat cowok itu dengan perlahan terbuka dengan sayu.

"Hai? Gimana? Udah selesai bicara sama mereka?" tanya Aruna lembut.

Tangan cowok itu bergerak mengenggam tangan Aruna dengan lembut. "S-Sakit Runa."

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang