Bab 46 : Perdebatan Pagi

581 30 10
                                    

Ckelk ...

Aruna seketika terkejut ketika mendapati sosok Zervano sudah berdiri tepat di depan gerbang rumahnya dengan mentap Aruna dengan senyuman tipisnya.

"Vano?"

"Runa?"

Keduanya saling bertatapan cukup lama, hingga ucapan Zervano selanjutnya jelas mampu membuat Aruna menegang di tempatnya.

"Lo gak keberatan kan, kalo kita berangkat sekolah bareng?"

Deg ...

Aruna menganggukan kepalanya.

Zervano tersenyum melihat hal itu sambil menganggukkan kepalanya pelan. Tak berselang lama, Aruna lebih dulu berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Zervano di belakangnya.

Keduanya berjalan dengan diam menuju ke Halte Bis di dekat rumah Aruna, sesekali Gadis itu melirikkkan pandangan ke arah  belakang melalui ekor matanya untuk memastikan bahwa Zervano masih berjalan di belakangnya.

Sedangkan Zervano yang berjalan di belakang Aruna sesekali tersenyum walaupun senyuman  sangat tipis, tapi bagi siapapun yang melihat cowok itu pasti mereka juga akan mengatakan bahwa cowok itu sedang tersenyum.

Perjalanan mereka akhirnya sampai pada Halte Bis di dekat rumah Aruna, dengan tenang Aruna melipat kedua tangannya di depan dada dengan Zervano yang berdiri di samping Gadis itu dengan kedua tangannya masuk ke saku celanannya.

Pagi ini Zervano tak mengenakan Jaket maupun Topi Hitam miliknya, ia sengaja melakukan hal itu karena ia ingin terlihat lebih berbeda hari ini di depan Aruna. Potongan Rambut dengan gaya Comma Hair menjadi pilihan cowok itu.

Sembari menunggu Bisnya datang, Zervano menghadapkan kepalanya sedikit menyamping untuk melihat wajah Aruna dari Samping. Aruna yang menyadari hal itu seketika menoleh ke arah Zervano dengan kedua Alis yang mengerut bingung.

"Ngapain liatin aku kaya gitu?"

"Karena lo cantik."

Deg ...

Aruna sejenak terdiam mendengar hal itu, bagaimana bisa Zervano mengatakan hal itu dengan sesantai itu? Apakah Zervano lupa kalo mereka itu sudah putus.

"Kak?"

"Hm?"

"Kamu gak lupa kan kalo kita udah Putus?"

Zervano tersenyum simpul mendengar itu. "Putus bukan berarti hilang rasa Aruna, yang Putus itu hubungan kita bukan perasaan aku buat kamu." ingkap Zervano dengan tatapan lurus menghadap jalanan.

"Tapi aku udah punya Tunangan Kak, kamu yakin masih mau menyimpan perasaan itu buat Aku?"

"Kalo Tuhan masih mengizinkan rasa itu buat kamu, kenapa juga aku harus menyerah?" jawab Zervano dengan santai?

"Lebih baik kamu Menyerah, Karena pada akhirnya aku bukan jadi takdir kamu Zervano."

"Hal itu memang kedengarannya sakit, tapi yang jalani ini aku bukan Kamu, Aruna." jawab Zervano.

Aruna terkekeh sinis mendengar jawaban dari Zervano. "Are You Sure? Takdir Tuhan itu nyata dan kamu sebagai Manusia, memang bisa Apa?" ucap Aruna sinis.

"Bisa berdoa, supaya Tuhan bantu gue untuk membuka hati lo lagi, Aruna." jawab Zervano sambil menatap dalam manik mata milik Aruna.

"Dan gimana? Kalo seandainya doa kamu itu tidak dikabulkan oleh Tuhan." tanya Aruna.

"Itu artinya Doa gue kurang banyak."

Deg ...

"Kenapa kamu yakin soal itu?"

ZERVANO : [ END ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang