"Kenapa harus denganku?"
"Karena cuma kamu yang aku mau."
Ruka meringis ketika mengingat kembali perkataan Ahyeon. Tujuan Ahyeon berkata seperti itu apa? Menggodanya?
Ruka segera membahasi wajahnya dengan air yang mengalir dari wastafel. Gadis itu perlahan menaikan kepalanya, menatap bayangan wajahnya di cermin. Ruka terdiam ketika seseorang muncul dari belakang. Orang itu berdiri di samping Ruka, keduanya saling menatap lewat pantulan cermin.
Ruka berdebar, jantungnya masih berdetak hebat untuknya.
"Apa yang kamu lihat?" Dia bertanya.
Ruka menatap sinis. "Suruh temanmu untuk jangan menggangguku."
"Kamu bisa mengatakan itu sendiri, kenapa harus aku?"
"Dia itu temanmu bukan? Dia pasti mendengarkanmu," kata Ruka berbalik badan menghadapnya langsung.
"Kamu bisa melakukannya sendiri, Ruka."
"Ruka sudah mati!" Ruka menggertak kesal. Dia munjuk mantan kekasihnya itu dengan napas memburu sesak.
"Dan kamu yang sudah membuatnya mati," lanjut Ruka terdengar mereda.
Ada hembusan napas kasar yang di tunjukkan oleh Pharita, merasa tercekat melihat reaksi Ruka yang malah seperti ini di saat ada momen mereka untuk bicara.
"Jangan seperti ini Ruka. Jangan berlebihan," ucap gadis itu.
"Itu kenyataannya, Ri."
Pharita menggeleng pelan lalu melangkah guna menghapus jarak dengan masa lalunya. "Jangan lampiaskan semua ini pada Ahyeon. Dia tidak pantas mendapatkan sikapmu yang seperti ini, dia---"
"Kalau kamu takut aku menyakitinya, suruh dia untuk berhenti."
"Kenapa kamu tidak mengerti? Ahyeon sangat baik dan dia tidak punya masalah. Dia hanya ingin berteman denganmu, jangan beraksi seperti ini."
"Kita dulu juga berteman lalu mencintai. Dan kamu ingin itu terulang lagi?"
Pharita menarik napasnya dalam-dalam, entah kenapa ia merasa jengkel dengan pembicaraannya dengan Ruka saat ini.
Coba bayangkan, mereka tinggal bersama di dorm, banyak hal yang mereka lakukan bersama, diam-diam menjalin hubungan lalu tiba-tiba berakhir dengan alasan tidak jelas sampai sekarang.
Ruka ingin memperbaiki hubungan mereka tetapi Pharita selalu menolak untuk kembali.
"Itu bagus kalau kalian nanti saling mencintai, artinya hatimu masih hidup," ucap Pharita tersenyum.
"Brengsek!" Ruka dengan kesal menyeret Pharita ke tembok, mengunci gadis itu dari kedua sisi.
"Tidak semudah itu menggantikan dirimu dengan orang lain, Ri. Perasaanku tidak sebercanda itu," ucap Ruka.
"Kamu selalu seperti ini, bersikap kasar dan memaksa. Itu membuatku muak," cetus Pharita menepis tangan Ruka yang menghalanginya.
"Bersikaplah baik pada Aheyon itu saja sudah cukup. Kalau kalian berakhir saling mencintai nantinya, itulah adalah takdir yang harus kamu terima."
Setelah mengucapkan itu, Pharita bergegas pergi meninggalkan toilet. Tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan, Pharita pun enggan membahas masa lalu karena tidak ada gunanya. Gadis itu kembali ke ruangan dimana trainee lain sudah bersiap-siap untuk latihan.
"Kenapa wajahmu kusut?" tanya Rora.
"Cieee kepo."
"Haish." Rora berdecak sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trainee Wala Love | END
RomanceSelamat bergabung dan menjadi saksi cerita antimenstrim tentang 7 trainee yang bertekad debut, terjebak dalam kisah cinta dan persahabatan. Namun, semuanya kacau setelah salah satu dari mereka terlibat pembunuhan - Mencintai belum tentu harus di ci...