Bab 19

1.3K 116 8
                                    


🦋 FLASHBACK MASA LALU RUKA 🦋

Suara musik menggema begitu kencang di ruang teater. Ruka bersama teman-teman pentas seninya sedang melakukan tarian modern, selaras dengan hentakan musik mereka tampil mengagumkan. Gerakan yang energic dan kompak begitu memanjakan mata.

Yang lain sudah beristirahat, kecuali Ruka. Ia masih bersemangat berlatih meski teman-temannya sedang istirahat, tak peduli dengan keringat yang sudah membasahi sekujur badan, gadis bermata sipit itu tetap menari.

Dia memang suka menari.

Hidupnya indah karena menari.

"Ruka, sudahlah. Kita masih punya waktu satu minggu buat tampil," ucap salah satu temannya yang memakai kacamata bulat.

Sepertinya suara musik itu membuat Ruka tidak mendengar perkataan dari temannya, terlihat masih menari sendirian.

"Sudahlah. Itu tidak akan berlaku padanya," bisik yang lain.

"Hahaha, tepat sekali. Dia akan stress kalau tidak menari, jadi biarkan saja." Yang lain ikut menimpali.

Dia yang berkacamata menggeleng, mana mungkin dia membiarkan Ruka tetap menari sedangkan yang lain sedang istirahat. Itu tidak adil namanya.

Gadis itu mengecilkan volume musik yang menggema, sontak membuat Ruka berhenti menari dan bingung menatap temannya itu.

"Kenapa?" tanya Ruka.

"Kakimu bisa patah jika terus menari sekeras itu," ucap si kacamata.

Ruka mengulum sebuah senyuman.

"Haha justru kakinya akan patah kalau tidak menari," sahut yang di belakang.

"Aku suka menari. Jadi aku akan tetap menari," ucap Ruka.

"Jangan begitu, Ruka. Kita satu tim, semuanya harus sama bukan?"

Ruka mengangguk, tapi keinginannya untuk menari masih membara. Ia belum merasa puas dengan tariannya hari ini, jadi mengabaikan ejekan dari teman-temannya.

Satu dunia tahu kalau Ruka seorang dancer gila. Menari tanpa mengenal lelah dan waktu, tak peduli di lakukan dimana saja.

Musik kembali terdengar karena Ruka yang menyetel ulang. Mereka hanya diam saja membiarkan Ruka menari dengan hebatnya.

"Waah, dia tetap menari, padahal aku sangat lelah."

"Sama. Dia itu manusia yang terbuat dari apa?"

Yang memakai kacamata tersenyum mendengar bisikan dari sesama rekan tarinya. Dia pun sama seperti mereka, bertanya-tanya dengan energi Ruka yang tidak ada habisnya.

Tiba-tiba saja musik kembali berhenti membuat sang pemeran utama berdecak kesal. Ia menoleh ke tempat pemutar musik berada, seorang gadis dengan kepang dua sedang mengejeknya.

"Hei, jagoan. Berhentilah menari dan simpan energimu untuk hari esok," ucapnya menatap Ruka.

"Apa masalahmu? Kenapa mematikan musiknya?" sahut Ruka berjalan mendekatinya.

"Berhentilah menari untuk hari ini. Kamu menari seperti tidak akan bertemu dengan hari esok saja," ucapnya sambil mengunyah permen karet.

Ruka menarik napasnya. "Itu urusanku dan bukan urusanmu."

"Yakk!" Dia menjerit sangat kencang sembari menutup kedua telinganya.

Bagaimana tidak? Ruka tanpa aba-aba menyalakan musik lagi dan sialnya gadis berkepang dua itu sedang berdiri di samping sound, tentu saja telinganya terkejut.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang