🦋 Selamat Membaca 🦋
"Itu tidak lucu!" bentak Rora.
Asa membuang napas untuk kesepuluh kalinya, tidak ada yang mereka bicarakan selain kejadian tadi waktu di tempat ski. Rora masih marah dan tak terima Asa menjahilinya dengan cara seperti itu.
"Biar apa kayak gitu? Aku takut beneran tau!" amuk gadis itu.
Asa mengangguk, untung pembicaraan mereka di lakukan di balkon sehingga tidak ada yang lain. Lagipula, semua trainee sudah beristirahat.
"Iya, aku salah aku minta maaf," ucap Asa selembut mungkin, karena di situasi seperti ini ia tak bisa membalas api dengan api. Asa harus menjadi air untuk memadamkannya.
"Jangan di ulangi," kata Rora sepelan itu.
"Kamu setakut itu?"
"Dulu Riri mau pergi dari agensi karena merasa sudah gila, Ruka membuatnya gila. Aku sudah kehilangan Ruka saat itu haruskah aku kehilangan Riri juga?" tanya Rora berkaca-kaca.
"Lalu orang tuaku, mereka tidak pernah memperhatikanku walaupun sedikitpun aku meminta mereka selalu punya alasan untuk tidak mau melihatku. Sekarang mereka sudah cerai, mereka pergi."
"Semua orang yang aku butuhkan justru meninggalkanku, dan kamu masih bertanya?" tanya Rora terlihat kesal.
"Aku tidak mudah percaya sama orang setelah kejadian itu! Itu sebabnya aku tidak mau berharap lebih, aku selalu berakhir sendirian."
Rora mengusap ujung mata yang mulai berair. "Pada akhirnya, aku sendirian lagi. Jika aku bertemu seseorang, apa aku akan punya seseorang yang tidak akan melepaskanku sepertimu?"
"Tidak mudah bagiku untuk menerimamu, tapi setelah apa saja yang kita lalui bersama aku merasa ... aku memang menyukaimu," ucap Rora.
"Tapi sulit untuk bersamamu setiap saat."
"Kan kamu yang minta backstreet?" tanya Asa sambil melipat tangan di dada.
"Karena aku masih ragu! Aku ragu pada diriku sendiri dan aku tidak percaya orang kalau ujungnya aku di tinggalkan!" tegas Rora.
"Ada banyak hal yang ingin aku berikan tentangku padamu, tapi kamu sibuk sendiri. Kamu memintaku menjadi pacarmu tapi tidak pernah bersikap seperti seorang pacar!"
"Kamu memintaku untuk membagi semua perasaanku padamu. Tapi apa? Apakah kamu ada waktu untuk bertanya apa yang aku rasakan? Kenapa menawarkan kalau sebenarnya tidak peduli?" cetus Rora.
Asa menghela gusar sembari meraih tangan Rora, meskipun respons Rora tampak tidak bersahabat. Rora melihat ke arah lain.
"Jadi ... aku yang salah?" tanya Asa.
"Baiklah. Aku salah dan aku minta maaf."
Rora masih diam menahan kekesalan yang ingin meledak. Ini bukan salah Asa tapi dirinya yang mempermasalahkan sesuatu yang tidak seharusnya di salahkan. Asa mencoba untuk mengalah dan memahami keadaan Rora, ia pun menarik Rora ke dalam dekapannya.
"Maaf, aku tidak akan begitu lagi."
"Aku salah 'kan? Aku harus apa supaya di maafkan?"
"Aku tidak bisa mengatakannya," jawab Rora.
Asa mendelik bingung sedikit melerai pelukan mereka. "Kenapa?"
"Aku tidak tahu."
Rora memang selabil itu tentang sebuah hubungan. Ia tak pernah mendapatkan hubungan yang serius, semuanya selalu berakhir kacau entah itu keluarga atau pertemanan. Sangat wajar kalau ia tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trainee Wala Love | END
RomanceSelamat bergabung dan menjadi saksi cerita antimenstrim tentang 7 trainee yang bertekad debut, terjebak dalam kisah cinta dan persahabatan. Namun, semuanya kacau setelah salah satu dari mereka terlibat pembunuhan - Mencintai belum tentu harus di ci...