Bab 17

1.3K 140 12
                                    


Ahyeon meringkuk di sofa sambil memeluk boneka sapi yang dia dapatkan bersama Ruka, kembali teringat momen-momen manis saat mereka bersama. Ya, awalnya Ruka memang keras dan sok jual mahal tapi sekarang?

Trainee asal Jepang itu sudah luluh oleh keseriusan Ahyeon selama ini. Perjuangan Ahyeon akhirnya membuahkan hasil, tidak ada lagi jarak di antara keduanya. Tidak ada lagi sesuatu yang di tutupi lagi. Namun, tetap saja Ahyeon merasa belum puas dengan semua ini.

Seperti ... ada sesuatu yang kurang.

Kemarin dia menangis sampai matanya bengkak, sengaja izin tidak masuk sekolah karena merasa lemas dan tidak mood.

Sekarang pukul 15:10 KST, artinya sebentar lagi Ahyeon harus berangkat ke agensi untuk latihan. Sejujurnya, Ahyeon belum siap bertemu dengan Pharita atau pun Rora, tentu saja tidak mudah menerima semuanya begitu saja.

Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam semakin mempererat pelukan pada Crowy. "Crowy, Sayang. Kamu rindu Mama tidak? Aku ingin sekali membawamu bertemu dengannya. Dia pasti sedih juga karena masalah kemarin."

"Apa aku keterlaluan, ya? Mombongkar dengan cara seperti itu? Ah, tidak deh. Lagian, mereka juga yang tidak mau terus terang dari awal, padahal aku sudah meminta baik-baik."

"Kamu semalam menangis, ya?" ujar Mahima ikut duduk di sofa sambil membawa secangkir teh hangat.

"Tidak," sahut Ahyeon.

"Terus itu matanya kenapa?"

"Aku tidak menangis, Mommy. Aku cuma kurang tidur," jawab Ahyeon berbohong.

"Kalau kurang tidur, mata kamu mirip panda. Sedangkan mata kamu ini bengkak. Ngaku aja sama Mommy, kamu habis nangis, ya?"

Ahyeon membuang napas gusar. Pada akhirnya ia tidak bisa membohongi seorang psikolog. Gadis itu mengangguk sambil cemberut.

"Kenapa nangisnya? Putus?"

"Putus gimana? Official aja belum, masa putus sih!"

"Terus kamu nangisin apa sampai bengkak seperti itu? Ayo ceritain sama Mommy," tukas wanita paruh baya itu.

Ahyeon mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan sang ibu, tanpa melepaskam Crowy dari pelukannya. Anggap saja dia sedang memeluk Ruka.

"Gara-gara cinta 'kan?" tanya Mahima.

"Aku merasa terluka karena teman dekatku, ternyata mantannya orang yang aku sayang," ujar Ahyeon sambil mengigit bibir bawahnya.

"Terus?"

"Dia tidak bilang padaku, padahal seharusnya dia cerita sama aku 'kan? Dia seharusnya bilang kalau dia pernah dekat sama Ruka, tapi tidak. Dia tidak bilang apa-apa, dia bersikap mendukungku tapi menusukku juga. Jahat!" geram Ahyeon memukul Crowy.

Mahima menggeleng sambil menahan senyuman. "Hal biasa, pasti ada kesalahpahaman baik dalam persahabatan mau pun cinta. Dunia memang sempit, ternyata teman dekatmu adalah mantan dari ...?"

"Mommy jangan mengejekku begini. Kalau pun aku berusia 27 tahun, kalau sakit hati mungkin tetap sakit hati?" ujar Ahyeon.

"Iya, tapi kalau 27 tahun kamu tidak akan separah ini nangisnya. Usia kamu sekarang emang lagi aktifnya, semua hormon kadang berlebihan," kata Mahima.

"Mommy sayang, kalau aku berusia 27 tahun semua ini tidak akan membuatku menangis. Paling bakal minum sampai tepar."

"Heh!" tegur Mahima melotot tajam.

"Mommy, di drama yang aku tonton. Orang dewasa akan minum alkohol dari pada menangis saat putus cinta."

"Ahyeon! Jangan menonton drama sembarangan, kamu kalau mau nonton harus sesuai usia kamu." Wanita paruh baya itu beneran kesal.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang