Bab 45

1.5K 176 79
                                    


"Aku masih menyukaimu, tapi aku menghargai perasaanmu terhadap seseorang yang benar-benar kamu cintai" - Jung Ahyeon

🦋 R U P H A J U N G 🦋

Hari minggu adalah hari libur, semua trainee mendapat kesempatan untuk beristirahat total dari semua kegiatan biasanya. Asa sudah menerima sarapan dari staf yang datang, sementara Chiquita mengetuk pintu membangunkan para trainee. Ia berharap pagi ini seperti biasanya dimana mereka sarapan bersama-sama.

"Sudah?" tanya Asa.

Chiquita mengangguk sambil membantu Asa menata makanan di meja. Tidak berlangsung lama Rami datang dan duduk di tempatnya. Ia meregangkan ototnya yang terasa kebas, melihat meja makan masih kosong ia mendelik bingung.

"Yang lain?" tanya Rami.

"Sudah aku bangunkan," jawab Chiquita.

Rami hanya beroh saja sambil tetap meregangkan otot bagian lehernya.

"Ada apa Unnie?" tanya Chiquita penasaran, karena tak biasanya Rami akan melakukan hal itu.

"Leherku kebas sekali, mungkin aku salah bantal semalam," jawab Rami.

"Mau aku bantu kerok?"

"Emang bisa?"

Chiquita mengangguk. "Bisa, kita coba saja nanti. Mungkin juga kamu masuk angin."

"Oke, kita lakukan itu nanti," balas Rami.

Meja makan langsung hening ketika Rora dan Pharita bergabung. Rami yang sebelumnya sangat antusias mendadak bungkam dan sengaja membuang tatapan sejauh mungkin. Dua orang di hadapannya ini sangat merusak moodnya di pagi hari.

Hanya Chiquita yang menyapa dengan antusias kedatangan Rora dan Pharita, itu pun tidak mendapat balasan yang setimpal. Dua sahabat itu menjawab dengan singkat selayaknya orang asing.

Chiquita tersenyum tipis, ini baru hari pertama mereka musuhan tapi rasanya sudah sesakit ini. Ia tidak suka keadaan hening begini, ia merindukan suasana meja makan yang ramai.

"Sudah kamu bangunkan Ahyeon?" tanya Asa mendudukan diri bergabung bersama mereka.

"Sudah, tapi tidak ada sahutan," balas Chiquita.

"Dia mana mau satu meja dengan para pembohong dan pengkhianat," sahut Rami dengan sengaja menyindir.

"Dengan orang yang tidak tau diri dan suka memanfaatkan kebaikan dari orang lain," tegas Rami sambil memasukan pangsit ke dalam mulutnya.

Perkataan Rami itu berhasil memancing emosi Rora. Ia bersiap membalas ucapan Rami, sayangnya Pharita menyentuh tangannya dan meminta untuk jangan bicara apa-apa. Hal itu membuat Rami tersenyum remeh.

"Cih, dasar pembelot."

Brak!

Rora menggebrak meja dengan kasar. "Diam ya! Aku tidak punya masalah lagi denganmu sialan."

"Rora, udah. Cepat duduk," ucap Pharita.

"Kita selesaikan semuanya sekarang brengsek!" umpat Rora dengan kasar.

"Kita memang sudah selesai, 'kan?" ucap Rami menaikan sebelah alisnya.

Chiquita panik bukan main, kemarahan Rora sepertinya sudah memuncak, terlihat jelas sorot matanya berubah merah. Ia menggoyangkan lengan Rami.

"Sudahlah, Unnie," pinta gadis itu.

"Kenapa aku harus berhenti? Aku itu bicara fakta!" tegas Rami menekan kalimatnya, matanya sengaja melirik ke arah Pharita dan Rora secara bergantian.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang