Bab 72

907 109 6
                                    

🦋 selamat membaca 🦋

Sebagai seorang sahabat yang paling dekat dengan Ahyeon, Rami ingin memberitahu kejadian yang menimpa Ruka barusan. Sayangnya, panggilannya tak kunjung di angkat oleh Ahyeon membuat kepanikan terlihat di wajah si rambut blonde.

"Kenapa sih? Sebenarnya kalian kenapa," gumam Rami menahan kesal.

Tapi tak menyerang, gadis itu terus menghubungi sang sahabat. Di tengah keputusasaannya Rami mendapatkan jawaban.

"Hallo?"

"Ahyeon ...!" Gadis itu tak tau lagi harus beraksi seperti apa. Ahyeon membuatnya cemas.

"Kenapa baru angkat? Bisa tidur emang?"

Helaan napas terdengar gusar dari sebelah sana. Rami yakin kalau Ahyeon sedang insomnia malam ini.

"Ada apa?"

"Apa semuanya baik-baik saja? Ruka jatuh pingsan setelah pulang."

"Lalu?"

"Lalu?" Dia mengerutkan keningnya bingung. Kenapa jawaban Ahyeon terdengar tidak peduli sama sekali?

"Lalu doang?"

"Iya, lalu kenapa kalau dia pingsan? Ada kalian 'kan di sana?"

Rami tercengang. "Ahyeon?"

"Kalau kamu menelpon cuma buat mengatakan itu, aku sudahi, ya?"

"Ahyeon sungguh kamu beraksi seperti ini?" Rami masih tak menyangka kalau pacarnya Ruka malah bersikap demikian. Padahal Rami pikir, Ahyeon akan cemas terus datang menemui Ruka. Nyatanya tidak.

"Dia pacarmu?'

"Aku tutup, ya?"

"Tunggu sebentar, aku belum selesai bicara. Semuanya sedang kacau, tidak bisakah kamu kembali ke sini dan membantuku?"

Tidak ada jawaban dari Ahyeon.

"Ruka jatuh pingsan, merpati Rora mati, Asa bertengkar bersama Rora padahal baru setengah hari berkencan dan sekarang Chiquita bersikap aneh sejak pagi, enggan keluar dari kamar," ucap Rami.

"Apa maksudmu merpati Rora mati?"

"Itu yang aku maksud! Merpati Rora di temukan mati oleh Ruka. Dan kita tidak tau merpati siapa lagi yang akan mati."

"Ahyeon semuanya sedang kacau, apakah kamu dan Ruka baik-baik saja?" tanya Rami.

"Kita bertemu besok di agensi. Terima kasih atas informasinya."

Tut!

Rami mengerang kesal, berani sekali temannya itu mematikan telpon secara sepihak padahal dia belum selesai bicara.

"Anak itu benar-benar, ya, dasar tidak sopan!" kesal Rami.

Sekarang ia hanya perlu memikirkan bagaimana cara mengatasi semua masalah di dorm yang datang bertubi-tubi. Hanya dirinya dan Pharita yang tidak terlibat masalah sekarang. Haruskah Rami membahas masalah ini bersama Pharita?

Tidak. Dia menggelengkan kepalanya sambil menaruh ponsel milik Asa di atas meja nakas.

"Ini sudah malam, Riri harus beristirahat," ucap Rami.

"Dia juga terlihat mencemaskan Ruka tadi." Dia masih ingat bagaimana Pharita mencemaskan Ruka.

"Semua orang memang mencemaskannya tadi, tapi ... dia berbeda, mungkinkah?"

Entah kenapa Rami malah kepikiran kalau usahanya membantu Pharita untuk move on akan gagal. Sepertinya benar kata Ahyeon, itu tidak akan berhasil selama mereka masih sering bertemu dan terlibat.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang