Bab 14

1.4K 149 13
                                    

"Oke semuanya, nama permainannya adalah Pernah dan Tidak Pernah. Jadi, siapa pun yang pernah melakukannya minum air dalam gelas masing-masing mengerti?" ucap Rami.

"Aku tidak mengerti," sahut Chiquita.

"Begini, misal aku mengatakan aku belum pernah naik kereta. Nah, kalau kalian pernah naik kereta, kalian minum airnya kalau tidak pernah ya tidak usah. Paham?"

Chiquita masih terlihat kebingungan, tapi mengangguk sok paham saja. Atau permainan mereka tidak akan pernah di mulai.

"Oke, bagus," ucap Rami semangat.

"Aku tidak suka permainan ini. Kenapa kamu sangat bersemangat?" tanya Rora sedikit mencibir.

Rami tersenyum lebar pada teman yang di sampingnya ini. "Karena hanya permainan ini aku selalu menang, kalau yang lain kalah mulu. Males."

"Itu curang namanya!" tukas Rora memukul lengan Rami.

"Ishh! Biarin, wlee!" ejek Rami.

Rora menahan dirinya, tidak mau kejadian sewaktu di mall waktu itu terulang lagi. Rora menarik napas dalam-dalam agar tidak terbawa serius, lagi pula ini hanya permainan.

"Nih, Kak," ucap Ahyeon memberikan gelas berisi jus jeruk pada Ruka.

Ruka menerimanya sambil menunduk, tentu saja karena di hadapannya adalah Pharita. Dalam waktu sesaat, Ruka merasa semua ini sudah di rencakan. Tidak mungkin 'kan tempat duduknya bisa kebetulan berhadapan begini?

"Ayo mulai," seru Ahyeon menoleh ke arah Rami.

Rami mengangguk, teringat pada tujuan mereka melakukan semua ini. Dia berharap bisa membantu masalah Ahyeon dengan cara ini. Rami akan berusaha tidak akan mengecewakan temannya itu.

"Aku mulai, ya," ucap Rami tersenyum kepada semua orang. "Sejujurnya ... aku belum pernah naik pesawat terbang."

"Aku datang dari Jepang, tentu saja naik pesawat," jawab Asa sambil meneguk air minumnya.

Pharita mengangguk setuju. "Aku juga anak rantau." Dia melakukan hal yang Asa lakukan.

Chiquita melihat Pharita dan langsung mengerti dengan permainannya. Padahal sebelumnya ia masih tak mengerti, setelah di kasih contoh nyata dia baru paham.

"Aku juga sama!" Si paling muda ikut berseru.

Ahyeon menoleh ke samping dimana Ruka sedang meneguk sedikit dari minumannya. Dia tidak perlu bersuara, semua orang sudah tahu dia datang dari Jepang juga.

Sementara yang berdomisili Korea tidak meneguk air mereka.

"Giliranku," ujar Rora mulai terbawa suasana permainan. Dia tersenyum menatap satu per satu teman-temannya.

"Aku ...." Rora menggantung ucapannya membuat yang lain tegang karena menunggu.

"Apa?" tanya Rami sudah tidak sabar.

Rora tersenyum malu. "Aku belum pernah jatuh cinta."

Rami dan yang lain langsung tertawa, karena merasakan hal yang sama. Di antara mereka belum ada yang merasakan yang namanya jatuh cinta di usia muda begini. Kecuali ... Ahyeon dengan semangat meminumnya.

Di ikuti Ruka dan Pharita.

"Woah! Ahyeon unnie sudah jatuh cinta?" Chiquita terkejut melihatnya.

Gadis itu ingat betul kalau usia Ahyeon masih 16 tahun, beda satu tahun dengannya. Jadi, sangat amat terkejut tahu sudah jatuh cinta semuda itu.

"Hei, tidak mengherankan karena dia mah sudah jatuhnya ke budak cinta," sahut Rami.

"Benar! Sudah gila karena yang namanya cinta," tambah Rora yang di angguki semangat oleh Rami.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang