Bab 7

1.6K 156 28
                                    

"Udah dong, ayo baikan." Pharita mulai putus asa.

Sejak tadi ia dan Asa berusaha memperbaiki hubungan Rami dan Rora, karena tidak biasanya mereka terlibat konflik serius. Entah kenapa masalah sederhana ini mampu memecah belah persahabatan mereka.

"Ra," ucap Pharita melirik ke kanan dimana Rora sedang jutek abis.

"Males."

Pharita menghela napas berat, ia berpindah menatap ke samping kiri dimana Rami duduk di sebelahnya.

"Rami-yaa ...." Pharita sudah menggunakan senjata andalannya, tapi tetap saja Rami enggan menyahut panggilannya.

Gadis itu menjadi putus asa berada di tengah-tengah Rami dan Rora yang sama-sama keras kepala.

"Terserahlah," ucap Pharita pada akhirnya menyerah.

"Terserah kalian, kalau Ahyeon datang dan melihat cold war kalian, aku tidak mau ikut campur."

Jujur saja, Pharita lelah menghadapi situasi seperti ini. Tidak tahu bagaimana cara membujuk kedua sahabatnya itu. Ia dan Asa frustrasi sendiri menghadapinya.

"Ahyeon masih dimana?" tanya Pharita.

Asa yang kebetulan duduk di paling ujung lebih tepatnya di sebelah Rora menatap ke Pharita. "Udah aku chat, mungkin sedang menuju ke sini."

Pharita mengangguk paham. "Seriusly ... kalian bersikap seperti ini? Dasar kekanak-kanakan!" umpat Pharita kesal.

"Rora duluan yang mulai, punya mulut tidak pernah di jaga. Suka bicara sembarangan," sahut Rami akhirnya mau bicara.

"Heh!" Rora yang tidak terima di sudutkan sepihak menggebrak meja. "Aku bicara fakta, tapi kamu yang menolak fakta seterang itu!"

"Fakta mana yang kamu bicarakan? Jelas-jelas semua itu hanyalah rumor, omong kosong yang tidak berguna."

"Trainee itu meninggal karena Ruka," ucap Rora.

Pharita memijat kepalanya yang pening. Dari sebelah kiri dan kanan saling bersahutan dengan nada bicara yang tidak bersahabat. Ia semakin pusing dan kesal karena rumor Ruka yang 'itu' di ungkit. Padahal Rora sudah berjanji akan diam.

Asa menahan lengan Rora yang ingin bangun. "Ra, tolong mengalah."

"Aku? Mengalah?" Rora menunjuk dirinya sendiri lalu tertawa sinis. "Tidak akan pernah! Karena aku bicara fakta!"

Dia menatap serius ke arah Rami. "Dengarkan ini baik-baik, Rami. Trainee itu memarahi Ruka karena lamban saat menari, lalu besoknya trainee itu di temukan tidak bernyawa. Menurutmu dia mati begitu saja padahal sebelumnya baik-baik saja?"

"Jelas-jelas si mata sipit itu monster! Pasti dia yang sudah membunuhnya."

"Rora cukup! Hentikan!" Pharita akhirnya menjerit kesal.

Ketiga temannya itu tercengang, baru kali ini kesabaran seorang Pharita bisa habis. Dia begitu marah mendengar semua ucapan Rora tentang Ruka. Meski ia tahu semuanya tentang Ruka, tetap saja ia tidak mau mendengar masalah itu.

Perlu waktu lama bagi Pharita untuk melupakan kejadian mengerikan itu.

"Aku mohon hentikan," ucap Pharita menutup wajahnya sedih. "Aku tidak mau mendengar itu lagi, kita sudah sepakat untuk tidak pernah membahas masalah itu lagi. Bahkan tidak ada satu pun saksi yang mengarah pada Ruka pelakunya."

Rami menjadi merasa tidak enak. Pharita yang kesabarannya selalu banyak kali ini terlihat sedih, Rami berdiri dan memeluk temannya itu.

"Maaf, Ri."

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang