Bab 74 | Last Part

1.6K 141 56
                                    


🦋 selamat membaca 🦋

Asa berhasil menenangkan Rora yang terguncang hebat karena mengetahui kebenaran tentang Pharita. Rora tidak bisa menghakiminya karena yang Pharita lakukan ada akibat ulahnya juga. Andai saja dia bisa adil dan tidak fokus kepada Asa, mungkin Pharita tidak akan merasa terabaikan seperti ini. Semua ini karena dirinya yang telah gagal memahami sahabatnya.

"Sudah lebih baik?" tanya Asa mengusap lembut punggung Rora.

Rora hanya mengangguk sebagai balasan. Ketika ia menaikan wajahnya untuk melihat sekitar, rasanya begitu hening dan asing.

Pharita, Rami, Chiquita masing-masing berjauhan kalut dengan perasaan masing-masing. Rami tampak yang paling terluka di sini, seseorang yang dia sukai nyatanya adalah orang yang menghancurkan kepercayaannya. Kalau tau begini, Rami tidak akan jatuh cinta padanya.

Rami tidak memikirkan betapa kecewanya dirinya saat ini atas apa yang telah Pharita lakukan. Rami hanya pusing memikirkan nasib Ahyeon dan Ruka setelah ini. Apa yang terjadi dengan mereka?

Ruka telah di keluarkan sementara Ahyeon? Belum tau apa hukuman yang akan dia terima, belum lagi mereka yang ikut menanggung atas kesalahan yang di lakukan mereka berdua.

"Teman-teman, maaf sudah melibatkan kalian," ucap Ahyeon yang tiba-tiba datang menemui mereka kembali.

Rami yang pertama kali menyambutnya. Dia memeriksa seluruh badan temannya ini. "Lupakan soal kami, bagaimana denganmu? Apa di keluarkan juga?" tanya gadis itu terdengar cemas.

Ahyeon menggeleng pelan. "Aku belum tau, tapi aku di hukum untuk itu."

"Dan maaf membuat kalian juga ikut di hukum," ucapnya amat menyesal.

"Kamu tidak perlu meminta maaf. Seorang teman tentu akan melakukan ini untuk temannya. Kami tidak menyesal, lagipula kalau kalian dihukum maka kami pun memang harus dihukum, itulah yang namanya teman," ucap Asa sambil tersenyum.

Ahyeon sangat bersyukur setidaknya dia memiliki sahabat yang akan selalu mendukungnya dalam kondisi apapun. Hanya saja, Ahyeon baru menyadari kalau di antara mereka begitu menegangkan.

"Kenapa kamu menanggung semuanya sendirian? Kenapa kamu tidak memberitahu kami kalau kalian sudah putus?" tanya Rami dengan tegas.

"Maafkan aku, itu pun baru kemarin terjadi," balas Ahyeon.

"Kemarin? Baru satu hari kalian putus?" ucap Rami yang di balas anggukan oleh Ahyeon.

"Kenapa?"

"Karena aku tidak bisa memaksakan sesuatu yang bukan untukku. Kakak tidak pernah mencintaiku, dia tidak pernah menatap yang lain selain ...." Ahyeon menggantung ucapannya dengan melirik ke arah Pharita yang jauh dari mereka.

"Sudahlah. Aku baik-baik saja meskipun putus darinya," ucap Ahyeon berusaha tegar.

Rami langsung memeluk temannya dengan sangat erat. "Maaf kurang memperhatikanmu. Kalau saja aku tau lebih dulu, kita akan bisa mencegah hal ini terjadi. Maafkan aku," cekatnya menahan tangis.

"Sudahlah. Memang sudah seharusnya ini terjadi bukan?"

"Tidak." Rami menggeleng dengan tegas. Andai saja Ahyeon tau kalau hal ini tidak akan pernah terjadi kalau Pharita tidak berkhianat.

"Semua ini tidak akan pernah terjadi. Kalau dia tidak menusukmu dari belakang," ucap Rami melirik sinis ke Pharita.

Ahyeon mengerutkan keningnya. "Dia? Apa yang dia lakukan?"

"Dia sudah mengatakan semuanya, Ahyeon." Asa menimpalinya.

Ahyeon masih tak mengerti.

"Kamu benar tentang dia yang sekali berkhianat tetap berkhianat. Pharita menusukmu dari belakang lagi, dia memberitahu Sajangnim kalau kalian berpacaran. Poto-poto itu dia yang membocorkannya," ucap Rami memberitahu.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang