Bab 27

1.5K 162 38
                                    

"Mah, Pah," panggil Rora.

"Hmm?"

Kedua orang tuanya menyahut dengan nada yang sama dan tanpa menoleh ke arahnya, masing-masing sibuk dengan ponsel mereka.

Rora menghela napas, nafsu sarapan pun hilang. Gadis itu hanya mengaduk-aduk nasi di piring. Mata kucingnya melirik ke kiri dan ke kanan.

"Mah, Pah," ucap Rora lagi.

Kali ini tidak ada sahutan dari mereka, keduanya sibuk dengan ponsel yang Rora sendiri tidak tahu apa isinya. Apakah itu sangat penting sampai dirinya tidak pernah di anggap?

Kalau memang benar seperti itu, kenapa Rora bisa di lahirkan?

"Mah, Pah!" tegas Rora mulai kesal.

Rora menggenggam kuat sendok di tangannya, menahan diri untuk tidak melemparnya. Rora membuang napas dengan kasar.

"Aku hamil."

Degh.

"Apa?"

Barulah kedua orang tuanya mengalihkan diri ponsel, menatap terkejut dan tak percaya pada Rora.

"Apa-apaan kamu! Bagaimana bisa?" ucap pria paruh baya itu marah.

"Kamu bicara apa, Ra?" tanya wanita berkacamata itu.

Rora hanya memutar bola matanya jengah. Kalau gini aja baru mereka tertarik bicara dengannya.

"Aku hanya bercanda," ucap Rora.

"Itu tidak lucu!" cetus ayahnya.

"Kenapa takut? Bukankah kalian tidak peduli?"

"Siapa yang tidak peduli? Kami peduli padamu," bantah ibunya.

Rora merasa muak. "Kalau kalian peduli, kalian tidak akan mengabaikanku. Kalian tidak akan berpisah dan kalian tidak akan melempar aku kemana-mana," ucap Rora.

Kedua orang tuanya terdiam, tak mampu  bergeming sedikit pun. Rora bangkit dari tempat duduknya sambil memberikan surat pemberitahuan dari agensi.

"Aku tidak perlu tinggal bersama Mama atau Papa. Aku bisa tinggal sendirian," ucap gadis itu pamit dari meja makan.

Dan ibunya segera membuka amplop putih yang berisikan bahwa semua trainee yang terpilih last evaluation wajib tinggal di asrama yang di sediakan agensi.

Wanita itu melirik ke arah suaminya. "Ceraikan aku sekarang juga, dia bisa hidup sendiri."

****

Hari minggu adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh semua orang, selain menjadi hari libur tentu saja menjadi hari untuk bermalas-malasan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Ahyeon.

Dia tidak ingin malas-malasan, dia punya sesuatu yang harus di kerjakan di hari ini. Setelah merapihkan kamarnya, Ahyeon turun ke bawah menuju meja makan, sudah ada ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Selamat pagi, Mommy," sapa Ahyeon seperti biasa.

"Selamat pagi," jawab Mahima membalas senyumannya.

Ahyeon duduk dan terperangah dengan nasi goreng yang sudah tersaji di sana. Ahyeon semakin bersemangat menjalani hari, apalagi membayangkan hari ini habis hanya bersama Ruka.

"Ahyeon, kenapa tersenyum seperti itu?" tanya Mahima merinding.

"Aku punya sesuatu buat Mommy," kata gadis itu memberikan sebuah amplop putih berisi surat.

Mahima menerimanya dengan bingung. "Apa ini?"

"Sesuatu yang membuat Mommy tidak bisa berkutik sama sekali," kata Ahyeon bersiap-siap mau makan.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang