Bab 29 | Dating (2)

1.5K 147 26
                                    

Ahyeon seharusnya percaya kepada Ruka, tapi entah kenapa pernyataan Ruka tentang yang mengejarnya tadi itu sangat ambigu sekali. Jika itu suruhan dari agensi tetapi kenapa agensi melakukan itu? Apa untungnya mengawasi Ruka?

Dan jika itu suruhan dari orang lain, untuk apa orang lain melakukan hal itu kepada Ruka?

Menurut Ahyeon, tidak ada siapa pun yang mengenal Ruka di sini. Dia anak rantau, pasti yang mengenalnya hanyalah staff agensi dan para trainee saja.

Ruka benar, dia tidak punya masalah dengan para gangster karena tidak mungkin mereka mengenalnya. Tapi tetap saja Ahyeon tidak tenang. Dia terus memikirkannya.

Beberapa kali Ahyeon melihat Ruka memijat keningnya bahkan wajahnya saja terlihat pucat. Apa dia sedang sakit?

"Apa yang membuatmu terus menatapku begitu?" tanya Ruka merasa malu terus di perhatikan sejak tadi.

"Apa kamu sedang sakit?"

"Tidak," jawab Ruka sambil menggeleng.

Ahyeon memiringkan kepalanya tak percaya. "Kamu terlihat pucat, Kak. Sedang sakit, ya?"

"Aku hanya merasa haus, kita berlarian sejak tadi," ucap Ruka berbohong. "Bisakah kita membeli minuman dulu?"

Ahyeon mengangguk, ia punya cara lain untuk memancing Ruka. Ahyeon tidak akan pernah mendesak Ruka untuk berbicara banyak, Ahyeon mengerti kalau semua perasaan itu harus di utarakan oleh dorongan hati bukan paksaan.

Jadi, Ahyeon menggandeng tangan Ruka dan membawanya mampir ke toserba terdekat. Ada kursi menunggu di sana, Ruka memilih duduk dan menunggu Ahyeon. Sementara Ahyeon masuk dan memilih minuman dan beberapa cemilan.

Ruka terus memijat kening yang berdenyut sakit. Semua orang benar, dia sedang tidak baik-baik saja. Ruka sedang sakit, tetapi harus berkemas dan pindahan. Kemudian, Pharita membangunkannya karena ada janji dengan Ahyeon. Ruka terus mengabaikan rasa sakitnya itu, demi kencan indah bersama Ahyeon.

Ruka merasa ada yang terus mengikutinya, Ruka mencoba untuk tidak peduli. Dia mempercepat langkahnya. Dugaan Ruka benar, ada orang sedang mengikutinya jadi dia segera berbalik menatap orang-orang berseragam hitam itu.

"Kalian suruhan agensi atau ayahku?" tanya Ruka.

"Sebaiknya kamu kembali ke asrama, kamu sedang sakit."

"Aku baik-baik saja dan aku tetap akan pergi."

Orang itu menahan lengan Ruka. "Kami tidak bisa membiarkanmu pergi, itu terlalu berisiko. Kami tidak mau mengambil risiko."

"Lepaskan tanganku!" Perintah Ruka dengan tegas.

"Asal kamu pulang ke asrama dan istirahat di sini."

"Aku ada janji."

"Kami tidak bisa membiarkanmu pergi, kondisimu sedang membahayakan."

Membahayakan? Dahi Ruka menyerit sempurna. Dirinya bukan monster yang akan membahayakan semua orang yang dia temui. Tangan Ruka mulai terkepal dengan kuat di sana.

"Siapa yang menyuruh kalian? Ayahku?" tanya Ruka.

"Benar. Beliau tidak ingin mendengar keluhan lagi tentangmu. Jadi sebaiknya kamu kembali ke asrama."

"Fuck," umpat Ruka kesal.

"Pulanglah dan istirahat. Kamu bahkan sangat pucat, jangan memaksakan untuk pergi. Kamu bisa melakukan apa saja tanpa kamu sadari," ucap orang itu.

"Bilang pada ayahku, tidak usah melakukan semua ini!" tegas Ruka.

"Kamu sedang sakit."

"Aku tidak sakit! Aku sehat total apa kalian buta?" bentak Ruka menggebu-gebu.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang