Bab 31

1.3K 141 9
                                    

Suara deheman dari ambang pintu terpaksa membuat pelukan Ruka dan Ahyeon terlepas. Keduanya merasa canggung karena di tatap serius oleh Mahima, apalagi Ruka yang gelapan merasa tidak enak.

"Kok malem? Janjinya jam 5 sore," ucap wanita itu.

Ruka langsung membungkuk meminta maaf telah melewati dari yang di janjikan. Kalau saja keadaannya tidak sempat drop mungkin semua ini tidak akan terjadi. Ruka terus mengucapkan maaf.

Sementara Ahyeon menatap ibunya yang sengaja bersikap sangar di depan Ruka, padahal sudah janji tidak akan seperti itu kalau bertemu dengan Ruka. Ahyeon menepuk pelan lengan Mahima supaya berhenti menatap Ruka setajam itu.

Mahima menghela napas. "Tidak masalah, lain kali tepati waktu yang di janjikan."

"Mommy," ucap Ahyeon dengan tegas.

"Kamu masuk dan bersiap, kamu berangkat ke asrama sekarang," tukas Mahima yang membuat Ahyeon melongo tak percaya.

Mahima benar-benar serius tentang dirinya yang bertindak tegas atas hubungan mereka berdua. Bahkan Mahima tidak melepaskan dekapan tangan di dada menatap kedua sejoli itu.

"Mommy, jangan marahin Kakak. Aku yang salah kok, tadi kami main di rumah hantu dulu. Lalu kami---"

"Ahyeon, masuk," ucap Mahima dengan nada dingin.

"Mom---"

"Masuk!"

Ahyeon terpaksa masuk ke dalam dengan langkah kesal. Kenapa ibunya harus bersikap seperti itu di depan Ruka? Bagaimana kalau Ruka berpikir macam-macam lagi?

Dengan susah payah ia menenangkan Ruka, ibunya malah begini. Ahyeon menengok ke belakang, berharap Mahima tidak mengatakan apa-apa yang akan menyinggung perasaan Ruka.

Tidak mudah meredakan rasa sakit yang Ruka rasakan karena tersinggung.

Mahima menatap Ruka dari atas sampai bawah seperti sedang mengintimidasi. Ruka kembali menunduk dan meminta maaf telah membuat Ahyeon pulang terlambat.

"Maaf, lain kali aku tidak akan membiarkan Ahyeon pulang terlambat. Aku---"

"Tidak perlu," potong Mahima dengan ketus.

"Kamu tidak perlu mengajak anak saya jalan lagi. Cukup sampai hari ini saja, saya tidak ingin kamu mendekati anak saya."

"Saya tahu kemana arah hubungan ini akan berakhir, kamu juga seharusnya sudah tahu kalau ini akan merugikan."

Mahima menunjuk Ruka. "Jangan terlalu dekat dengan Ahyeon. Usahnya sudah sejauh ini untuk sampai ke tahap evaluasi terakhir. Kalau pun kalian dekat, pastikan tidak ada yang tahu. Jika ada yang tahu, semua usaha dan impian itu akan sia-sia. Semua mimpi itu akan hancur sebelum tercapai. Kamu jangan pernah menghancurkan hidup Ahyeon. Mengerti?"

****

Rami membawa koper dan satu tas besar. Gadis itu menyeret dengan susah payah karena ternyata isinya sangat berat. Rami menekan bel asrama yang menjadi tempat tinggalnya bersama para trainee.

"Mana sih, buka wei!"

Tak kunjung ada sahutan membuat Rami berdecak kesal. "Kemana sih orang-orang? Ini kan hari minggu, semua orang libur. Orang gila mana yang tidak ada di rumah di hari lbur begini."

"Wei, bukain!" Gadis itu berteriak.

"Rora!"

"Asa!"

"Pharita!"

"Chiqu--aduh!" Rami meringis mengusap kepalanya yang terlempar benda keras. Gadis itu berbalik ke belakang dan menemukan itu Rora bersama Asa.

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang