Bab 36

1.3K 152 28
                                    

Sajangnim berpikir dengan keras setelah mendengarkan laporan tentang Ruka, baik secara psikis maupun kemajuan semasa training. Sajangnim menatap mading tempatnya mengatur rencana untuk mendebutkan girl grup, ada poto Ruka di sana, Sajangnim melepaskannya.

"Ruka semakin menurun secara psikis, semua bermula dari suasana hatinya. Aku sempat merasa mungkin dia mengalami bipolar karena mengalami perubahan suasana hati yang extream, terkadang sangat senang bahkan terlalu senang lalu merasa sedih sampai depresi," kata Yerim.

"Sepertinya obat khusus yang di berikan oleh ayahnya itu adalah masalahnya, pengaruhnya membuat Ruka hilang ingatan jangka pendek. Hari ini aku bertemu dengan Ruka yang mengaku sebagai Ruhi," ucap Yerim yang membuat semua yang di ruangan Sajangnim terkejut bukan main.

Yerim mengangguk membenarkan kalau mereka tidak semua tidak salah mendengar. Sajangnim menarik napasnya dalam-dalam, entah kenapa setiap kabar tentang Ruka membuatnya sesak.

"Ruhi seorang anak berusia sepuluh tahun, dia ketakutan melihat kedua orang tuanya bertengkar. Dia begitu senang ketika mendapat kebebasan, aku sempat kewalahan menghadapinya. Dia bahkan tidak segan menyakiti dirinya sendiri ketika tersinggung, itu adalah Ruhi," kata Yerim.

"Dan kemana sosok dominan yang seram itu?" tanya Junho penasaran. "Aku tidak mendengar keluhan tentang dia lagi."

"Junho, aku sudah menyuruhmu untuk memperhatikan Ruka bukan? Kenapa kau masih bertanya?" Sajangnim menatap intens.

"Sajangnim, ada yang mengawasi Ruka selain aku. Mungkin suruhan dari ayahnya?" balas Junho.

"Itulah sebabnya aku merasa semua ini bukanlah berasal dari suasana hati, tetapi keadaan. Setiap kali keadaan mengkhawatirkan atau berbahaya, sosok dominan itu akan muncul sebagai benteng perlawanan," ucap Yerim.

"Sedangkan Ruhi hanyalah seorang anak kecil yang kurang bahagia sewaktu kecil. Ruhi muncul ketika Ruka merasa senang dan bebas, karena dulunya dia kehilangan masa kecilnya yang indah, yang seharusnya dia habiskan untuk tumbuh dengan senang bersama teman-temannya Ruhi justru mendapat serangan dari keluarganya sendiri."

"Selain itu, Ruhi mungkin nama panggilan masa kecil Ruka?" tukas Yerim.

Tidak ada lagi yang membuka suara, semuanya kalut dalam pikiran masing-masing terutama Sajangnim. Dia berpikir dengan keras apakah keputusannya mempertahankan Ruka adalah keputusan yang benar atau tidak, mengingat kondisinya semakin menurun jauh dari kata pulih.

"Ruka menurun secara psikis, tetapi berkembang pesat secara kemampuan. Dia bernyanyi dengan sangat baik Sajangnim," ujar Bekhy—salah satu pelatih vocal di agensi.

Seorang perempuan dengan vocal terbaik di Korea.

"Walau kita melatihnya fokus pada Rapp, Ruka bisa bernyanyi dengan sangat baik ketika bagian vocal. Sajangnim, kita mempunyai 7 vocalis dan 7 rapper, kalau Ruka terus bertahan grup barumu akan sangat kuat dan sempurna, nyaris tidak ada celah untuk menghancurkannya," kata Bekhy.

"Selain itu kemampuan menari mereka sudah semakin kuat. Dengan ini, kita juga mempunyai 7 main dancer."

James menatap Bekhy dengan intens, jari-jarinya mengetuk meja. "Bagaimana dengan Jian Lee?"

"Jian Lee cukup kuat di vocal, sementara untuk rapper dia masih berada di bawah Chiquita. Kalau posisi Ruka kita ganti dengan Jian Lee, kurasa grup tidak akan sekuat bersama Ruka," balas Bekhy.

"Ruka sangat menguasai dance dan Rapp."

"Memasukan Ruka tetap dalam grup membuatku khawatir, dia tidak pernah bisa di tebak seperti hiu," kata James.

Yerim menghela gusar sembari bangkit dari tempatnya, menatap serius. "Aku menyarankan, kita harus membawa Ruka ke rumah sakit medictial dan melakukan lab padanya. Kita harus tahu obat apa yang selalu diberikan oleh suruhan ayahnya Ruka. Aku tahu itu bukanlah obat penenang, aku memberi Ruka obat penenang dan obat tidur karena dia kesulitan untuk tidur. Kita tidak bisa membiarkan Ruka terus bergantung pada obat-obatan."

Trainee Wala Love | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang